Upaya Pelestarian Wayang Potehi Di Tengah Modernisasi Pada Masyarakat Tionghoa Kota Semarang
DOI:
https://doi.org/10.55981/panalungtik.2025.13666Keywords:
modernization, cultural preservation, cultural transmission, potehi puppetryAbstract
This article focuses on the preservation of Wayang Potehi amidst the modernization of the Chinese community in Semarang City. This research aims to analyze in depth the efforts to preserve Wayang Potehi as a traditional performing art that has become the cultural identity of the Chinese community in Semarang City, amidst the current modernization and changes in the lifestyle of the younger generation, and the existence of Wayang Potehi which faces serious threats. The methods used in this article are observation and history, which include heuristics, source criticism, interpretation, and historiography, as well as data collection through interviews with puppeteers, temple administrators, and art community members, accompanied by direct observation of performances and studio activities. The results show that the main challenge of Wayang Potehi preservation lies in the lack of regeneration of puppeteers and puppet craftsmen, as well as the lack of interest of the younger generation. However, a number of strategies have been implemented, such as regular training, the active role of the Tek Gie Hien studio, cooperation with the temple, and the use of digital media as a means of promotion and education. This study concludes that the preservation of Wayang Potehi requires collaboration between local communities, cultural institutions and technology to remain relevant in the modern era.
References
Adrianne, A. A. (2013). Pecinan Semarang. Kepustakaan Populer Gramedia.
Andry, at. al. (2015). Wayang dan Topeng: Tradisi menjadi seni. Tempo Publishing.
Eliyani, E. (2023). Pramoedya Ananta Toer Dan Lekra : Kisah Perjuangan Dan Penindasan Seniman Revolusioner.
Hardani, H. A., Ustiawaty, J., Istiqomah, R. R., Fardani, R. A., & Sukmana, D. J. (2020). Buku metode penelitian kualitatif & kuantitatif. Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group
Herlina, N. (2020). Metode Sejarah. Satya Historika. https://digilib.isi.ac.id/6127/
Herwiratno, M. (2007). Kelenteng: benteng terakhir dan titik awal perkembangan kebudayaan Tionghoa di Indonesia. Lingua Cultura, 1(1), 78-86.
Heryanto, A. (2015). Identitas Dan Kenikmatan. Kepustakaan Populer Gramedia.
Insriani, H. (2015). Modal dan Makna Kerja Dalang Wayang Potehi di Semarang: Kisah Hidup Thio Tiong Gie. Jurnal Kajian Seni, 1(2), 149. https://doi.org/10.22146/art.11638
Iqbal, G. M. (2023). Pertunjukan Wayang Potehi Dan Wayang Daun Sebagai Media Dalam Pembentukan Karakter Budaya Lisan Depok Jawa Barat. Jurnal Locus Penelitian Dan Pengabdian, 2(3), Article 3. https://doi.org/10.58344/locus.v2i3.930
Kuardhani, H. (2018). Potehi Puppet (布袋戲) in Java. Dance and Theatre Review, 1(1), Article 1. https://doi.org/10.24821/dtr.v1i1.2247
Kuardhani, H. (2021). Mengenal Teater Boneka Potehi dan Budaya Tionghoa Peranakan di Indonesia. Mirra Buana Media.
Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Maskurin, S., & Alrianingrum, S. (2014). Perkembangan Wayang Potehi Di Surabaya Tahun 1967-200. 2(3).
Natalia, N., & Widayatmoko, W. (2019). Pelestarian Kebudayaan Peranakan Tionghoa Wayang Potehi melalui Media Digital. Koneksi, 2(2), 479. https://doi.org/10.24912/kn.v2i2.3926
Ngesti, D., Lestari, & M.Si. (2009). Dari Wayang Potehi Ke Wayang Thithi (Suatu kajian Historis Seni Pertunjukan Wayang Potehi di Semarang dan Perkembangannya). https://www.semanticscholar.org/paper/DARI-WAYANG-POTEHI-KE-WAYANG-THITHI(Suatu-kajian-di-Ngesti-Lestari/2984a344fa4c727ac319665165c7955f51f3f17c
Samongilailai, H. N., & Utomo, A. B. (2024). Strategi Melestarikan Budaya Indonesia di Era Modern. WISSEN : Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 2(4), 157–168. https://doi.org/10.62383/wissen.v2i4.376
Suparno, A. (2017). Memaknai Kembali Tradisi Wayang Potehi. LITERA, 16(2), Article 2. https://doi.org/10.21831/ltr.v16i2.15241
Suparno, A. (2021). Wayang Potehi: Eksistensi, Fungsi, dan Pelestariannya. Penerbit Lutfi Gilang.
Supartono, A. (2000). Lekra vs Manikebu Perdebatan Kebudayaan Indonesia 1950-1965. Skripsi STF Driyarkara. https://mobile.isukarno-perpusbungkarno.perpusnas.go.id
Susanti, N., Supriatna, N., & Sumantri, Y. K. (2019). Lekra Vs Manikebu: Perlawanan Majalah Sastra terhadap Politik Kebudayaan Pemerintah Masa Demokrasi Terpimpin (1961-1964). FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah, 8(1), Article 1. https://doi.org/10.17509/factum.v8i1.20121
TEMPO, T. B. (2014). Seri Tempo: Lekra dan Geger 1965. Kepustakaan Populer Gramedia.
Ulumuddin, I., Biantoro, S., Nurrochsyam, M. W., Pratiwi, I., & Julizar, K. (2018). Pemanfaatan literasi digital dalam pelestarian warisan budaya tak benda. Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Widyani, T., Tjaturrini, D., & Sutanto, F. (2018). WAYANG POTEHI: MAKNA RAGAM HIAS HEWAN PADA DEKORASI PANGGUNG PERTUNJUKAN. PARAFRASE : Jurnal Kajian Kebahasaan & Kesastraan, 17(2). https://doi.org/10.30996/parafrase.v17i2.1371
Wawancara:
Andre. (2025, Maret 22). Wawancara pribadi. Petugas Kelenteng & tokoh pendaftaran Wayang Potehi sebagai warisan budaya, Semarang.
Irawan, H. C. (2025, Maret 22). Wawancara pribadi. Dalang Wayang Potehi Semarang, Semarang.
Willy. (2025, Maret 22). Wawancara pribadi. Anggota Sanggar Wayang Potehi Semarang, Semarang.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 PANALUNGTIK

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.



