Perahu Tongkang dan Kehidupan Masyarakat Desa Kemang Bejalu

Authors

  • Suheri Suheri Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya
  • Farida R Wargadalem

DOI:

https://doi.org/10.55981/panalungtik.2023.1684

Keywords:

Barge, Kemang Bejalu, water transportation, tongkang

Abstract

Abstract

The problem in this paper is "What are the dynamics of boat building culture and the influence of barge building on the economic and social life of the Kemang Bejalu community?". This article aims "to explain the dynamics of boat-building culture and its influence on the economic and social life of the Kemang Bejalu community". The method used is the historical method, which consists of heuristic source criticism, interpretation and historiography. The results show that the construction of Barge boats must be connected to the urgent need of residents for water transportation facilities. They could fulfil this need because of the people from Meranjat Village, who were known to be experts in processing wood to make houses. They utilized this skill in building boats, and were successful. If initially it was just small boats and ketek, they began to develop barges as time progressed. The excellent quality of the boats made many people interested, both from this village and other villages, so slowly, Kemang Bejalu Village became synonymous with barge boat making. Significant developments occurred after 2010, marked by the use of generator engines, and the presence of highways also made the village grow. Lastly, the arrival of electricity in the area has made it easy for them to increase production. Marketing is also becoming more widespread and accessible by carrying out promotions through social media to reach various areas outside the district. The impact on economic life is that they can meet household needs and send their children to school so that some can reach university. The social field shows that kinship relationships are very prominent because they generally still have family relationships with the same job. The barge boat manufacturing industry has significantly improved the population's economy and harmonious relations between families and barge boat owners and workers. The obstacle they face is the increasing distance they need to get wood.

 

Abstrak

Masalah dalam tulisan ini adalah “bagaimana dinamika budaya pembuatan perahu dan pengaruh pembuatan perahu tongkang terhadap kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Kemang Bejalu”. Dengan demikian, maka tujuan dari artikel ini adalah “untuk menjelaskan dinamika budaya pembuatan perahu dan pengaruhnya terhadap kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Kemang Bejalu”. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari heuristik kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasilnya menunjukkan bahwa pembuatan perahu tongkang tidak terlepas dari mendesaknya kebutuhan penduduk setempat akan sarana transportasi air. Kebutuhan itu dapat mereka penuhi karena adanya orang-orang dari Desa Meranjat yang terkenal ahli mengolah kayu untuk dijadikan rumah. Keahlian ini mereka manfaatkan dalam pembuatan perahu, dan berhasil. Jika awalnya hanya berupa perahu-perahu kecil dan ketek, maka pada perkembangannya mereka mulai mengembangkan perahu tongkang. Kualitas perahu yang baik membuat banyak yang berminat, baik dari desa tersebut maupun desa-desa lainnya, sehingga secara perlahan Desa Kemang Bejalu identik dengan pembuatan perahu tongkang. Perkembangan signifikan terjadi setelah tahun 2010, ditandai dengan penggunaan mesin genset, dan hadirnya jalan raya juga membuat desa itu makin berkembang. Terakhir masuknya listrik di daerah tersebut, sangat memudahkan mereka untuk menambah produksi. Pemasaran juga makin meluas, dan dipermudah dengan melakukan promosi melalui beberapa media sosial, sehingga menjangkau berbagai daerah di luar kabupaten tersebut. Pengaruhnya terhadap kehidupan ekonomi adalah mereka mampu memenuhi kebutuhan rumahtangga dan menyekolahkan anak-anak mereka hingga sebagian mampu mencapai perguruan tinggi. Bidang sosial menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan sangat menonjol karena umumnya mereka masih memiliki hubungan keluarga, dengan pekerjaan yang sama. Simpulannya adalah bahwa industri pembuatan perahu tongkang secara signifikan telah berhasil meningkatkan perekonomian penduduk dan hubungan yang harmonis antar keluarga dan pemilik serta pekerja perahu tongkang. Kendala yang mereka hadapi adalah makin jauhnya jarak yang mereka butuhkan untuk mendapatkan kayu.

 

References

Apriana, & Heryati. (2021). Perekonomian Masyarakat Sumatera Selatan Abad 15-18 M. Danadyaksa Historica, 1(1), 1–11. https://doi.org/10.32502/jdh.v1i1.3552

Bellwood, P., & Kamil, T. . (2000). Prasejarah kepulauan Indo-Malaysia. Gramedia Pustaka Utama.

Coronel, R. E., Pudjaatmaka, A. H., Verheij, E. W. M., Hoesen, D. S. H., Sutarno, H., Utami, N. W., & Danimihardja, S. (1997). Sumber Daya

Nabati Asia Tenggara 2: Buah-Buahan Yang Dapat Dimakan (E. W. M. Verheij & R. E. Coronel (ed.)). Gramedia Pustaka Utama.

Daliman, A. (2018). Metode Penelitian Sejarah. Ombak.

Goenmiandari, B. ddk. (2010). Konsep Penataan Permukiman Bantaran Sungai di Kota Banjarmasin berdasarkan Budaya Setempat. 1–14.

Humaira, A. N. S. (2014). Penyelenggaraan Sistem Transportasi Air Terpadu Untuk Mengakselerasi Dan Memantapkan Konektivitas Nasional. Warta Penelitian Perhubungan, 27(1), 39–53.

Indriastuti, K. (2010). Perekonomian Dan Perdagangan Kajian Data Megalitik Di Dataran Tinggi Pasemah. Kajian Banding, 2(1), 77–95.

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta.

Nurdin, W. O. M. (2016). Sejarah Transportasi Laut di Kelurahan Tolandona Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah (1960-2015). Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah, 1(2), 81–90. https://doi.org/10.36709/jpps.v1i2.6109

Rochgiyanti. (2011). Fungsi Sungai Bagi Masyarakat di Tepian Sungai Kuin Kota Banjarmasin. Jurnal Komunitas, 3(1), 51–59. https://doi.org/10.15294/komunitas.v3i1.2293

Rokian, A. (2014). Sejarah Hasanah Budaya dan Profil Potensi Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Dinas Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Banyuasin.

Simanjuntak, T. (2015). Progres Penelitian Austronesia Di Nusantara. Amerta, 33(1), 25. https://doi.org/10.24832/amt.v33i1.211

Sitio, P. A. H. (2021). Transportasi Perahu Tongkang di Sungai Musi Tahun 1995-2005 (Sumbangan Materi Mata Kuliah Sejarah Lokal Sumatera Selatan). Skripsi. Universitas Sriwijaya.

Soemarmi, A., & Diamantina, A. (2019). Konsep Negara Kepulauan Dalam Upaya Perlindungan Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia. Masalah-Masalah Hukum, 48(3), 241. https://doi.org/10.14710/mmh.48.3.2019.241-248

Syarofie, Y. (2009). Bidar Cermin Filosofis Budaya Tepian Sungai. Program Kegiatan Pengelolaan Kelestarian dan Pembinaan Nilai Budaya, Dinas Pendidikan. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.

Tanudirjo, D. A., Zaim, Y., Prasetyo, B., Aziz, F., Ardika, I. W., Su;istyanto, B., & Abdullah, T. (2012). Indonesia dalam Arus Sejarah, Jilid 1 Prasejarah. PT Ichtiar Baru van Hoeve.

Undang-undang (UU) Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.

Wargadalem, F. R. (2017). Kesultanan Palembang dalam Pusaran Konflik (1804-1825). KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Ecole Francaise d’Extreme-Orient. https://drive.google.com/file/d/1T6d21tWYDWA5d4lTcoG9iCSgo0giuawy/view

Wicaksono, B. (2018). Perubahan Budaya Bermukim Masyarakat Riparian Sungai Musi Palembang, Tinjauan Proses dan Produk. Jurnal Tekno Global, 7(2), 54–60. https://doi.org/10.36982/jtg.v7i2.547

Wiyana, B. (2018). Teknologi Moda Transportasi Air Masa Sriwijaya di Pantai Timur Sumsel. Seminar Kesejarahan Sriwijaya dan Poros Maritim Dunia, 6-9 Agustus 2018.

Wolters, O. W. (1967). Early Indonesian, Commerce: a Study Of The Origins Of Srividiaya. Cornell University Press.

Downloads

Published

2023-09-26

How to Cite

Suheri, S., & Farida R Wargadalem. (2023). Perahu Tongkang dan Kehidupan Masyarakat Desa Kemang Bejalu. PANALUNGTIK, 6(01), 38–56. https://doi.org/10.55981/panalungtik.2023.1684