Perkembangan Kesenian Tradisional Calung Renteng di Kecamatan Cibaliung Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten

Authors

  • Emah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
  • Ana Nurhasanah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
  • Yuni Maryuni Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

DOI:

https://doi.org/10.55981/panalungtik.2023.4349

Keywords:

Traditional Arts, , Calung Renteng, , Cibaliung District

Abstract

The traditional art of Calung Renteng Cibaliung is the only traditional calung art that is still very traditional with very simple musical instruments, but can survive to this day in the midst of technological developments and modernization that occur in society. The traditional art of Calung Renteng Cibaliung as a traditional art must be preserved, because in addition to the heritage from the ancestors, it is also a traditional music that is full of aesthetic value. This research aims to find out the development of Calung Renteng Traditional Arts in Cibaliung District, Pandeglang Regency. The research method is the historical method, which includes heuristic (collection of sources), source criticism, interpretation, and historiography. The community in Cibaliung District created calung renteng as a traditional art that functions to eliminate boredom and boredom while waiting for rice. The beginning of the emergence of the art of calung renteng is not known for sure, but it has appeared since the 1990s. The art of calung renteng experienced rapid development in 2003-2020. Previously, the art of calung renteng was only played in huma. However, after being inaugurated as a typical art, the calung renteng changed its function to become a folk performing art, which is displayed in events organized by the community and the government. This shows that there is a change in function that occurs in the art of calung renteng. This change also makes the art of calung renteng not extinct because it adapts to the movement of the times that continue to change.

 

References

Adeng. (2013). Sejarah Sosial Kabupaten Lebak. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 5(2), 264. https://doi.org/10.30959/patanjala.v5i2.137

Ahmad, I. I., Hanifah, N., Aeni, A. N., Ismail, A., Sujana, A., & Maulana, M. (2024). Pengembangan E-Angklung untuk Meningkatkan Keterampilan Bermain Alat Musik Siswa SD Kelas V. Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan, 18(1), 418. https://doi.org/10.35931/aq.v18i1.3009

Aprilia, R., Maryuni, Y., & Nurhasanah, A. (2021). Perkembangan Kesenian Rudat Banten di Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten Pada Tahun 2013-2018. Sejarah Dan Ilmu, 4(2), 109–124. http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/bihari/article/view/4385

Aziz, F., & Pamungkas, J. H. (2018). Instrument Musik Pada Masa Kerajaan Majapahit. Avatara, 6(1), 52–63.

Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Kencana Prenada Media Group.

Daliman. (2018). Metode Penelitian Sejarah. Penerbit Ombak.

Djuhara, U. (2014). Pergeseran Fungsi Seni Tari. Jurnal Ilmiah Seni Makalangan, 1(2), 99–117.

Ferdinandus, P. (1995). Alat Musik Perkusi di Asia Tenggara (Sebuah Kajian Arkeomusikologi). Berkala Arkeologi, 15(3), 215–217. https://doi.org/10.30883/jba.v15i3.697

Fitriana, R., Sujana, D., & Leonandri, D. G. (2020). Women’s Participation in Tourism Activities: A Case Study of Baduy Tribe. Society, 8(2), 640–649. https://doi.org/10.33019/society.v8i2.220

Ghaida, N., & Mahfud, R. (2022). Upaya Pelestarian Susualan Melalui Calung Renteng Khas Banten Selatan. Journal of Economic Perspectives, 2(1), 1–4. http://www.ifpri.org/themes/gssp/gssp.htm%0Ahttp://files/171/Cardon - 2008 - Coaching d’équipe.pdf%0Ahttp://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203%0Ahttp://mpoc.org.my/malaysian-palm-oil-industry/%0Ahttps://doi.org/10.1080/23322039.2017

Hadiprayitno, K. (2009). Perlunya Belajar Wayang Dalam Kehidupan Budaya Jawa. Sejarah Dan Budaya, 4, 1–15.

Haki, U., & Permatasari, D. (2023). Potensi Wisata Religi Situs Banten Lama Sebuah Khazanah Lokal Arsitektur Islam Banten dalam Menunjang Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Kasemen Kota Serang. Jurnal Bina Bangsa Ekonomika, 16(2), 537–547. https://jbbe.lppmbinabangsa.id/index.php/jbbe/article/view/395

Hidayat, H. A., Wimbrayardi, W., & Putra, A. D. (2019). Seni Tradisi Dan Kreativitas Dalam Kebudayaan Minangkabau. Musikolastika: Jurnal Pertunjukan Dan Pendidikan Musik, 1(2), 65–73. https://doi.org/10.24036/musikolastika.v1i2.26

Idianto, M. (2004). Sosiologi Untuk SMA Kelas X. Erlangga.

J. Kunts. (1973). Music in Java (Its History, Its Theory and Its Technique). Springer Dordrecht. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/978-94-009-3469-6

Jazuli, M. (2016). Sosiologi Seni (Edisi 2). Graha Ilmu. https://www.researchgate.net/publication/361435685_Sosiologi_Seni_Edisi_2

Kubarsah, U. (1994). Waditra : Mengenal Alat-Alat Kesenian Daerah Jawa Barat. Beringin Sakti.

M.Setiadi, E., Hakam, K. A., & Effendi, R. (2006). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana Prenada Media Group.

Nugraha, A. (2015). Angklung Tradisional Sunda: Intangible, Cultural Heritage Of Humanity, Penerapannya dan Pengkontribusiannya Terhadap Kelahiran Angklung Indonesia. Awi Laras, 2(1), 1–23.

Nugroho, A. C. (2021). Teori Utama Sosiologi (Fungsionalisme Struktural, Teori Konflik, Interaksi Simbolik). Majalah Ilmiah Semi Populer Komunikasi Massa, 2(2), 185–194. https://portal-ilmu.com/teori-utama-sosiologi/

Ramdan, R. C. (2012). Eksistensi Kesenian Musik Tradisional Calung Renteng di Kampung Sukapura Desa Malangnengah Kecamatan Cibitung Kabupaten Pandeglang Provensi Banten. Program Studi Seni Musik FBS UNJ. http://lib.unj.ac.id/tugasakhir/index.php?p=show_detail&id=53258

Ririmasse, M. N. (2007). Tinjuan Kembali Seni Cadas di Maluku. Kapata Arkeologi, 3(4), 1–21. https://doi.org/10.24832/kapata.v3i4.57

Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2004). Teori Sosiologi Modern (Terjemahan). McGraw-Hill.

Rohendi Rohidi, T. (2017). KESENIAN TRADISIONAL “NUSANTARA” Bahasan tentang Pelestarian dan Pengembangan untuk Indonesia Maju. Journal Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.

Rohidi, T. R. (2000). Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. STISI Press.

Rosyadi, R. (2012). Angklung: Dari Angklung Tradisional Ke Angklung Modern. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 4(1), 25. https://doi.org/10.30959/ptj.v4i1.122

Santosa, H., Kustiyanti, D., & Sudirga, I. K. (2018). Jejak Karawitan dalam Kakawin Sumanasantaka. Panggung, 28(1), 48–61. https://doi.org/10.26742/panggung.v28i1.272

Setiawan, I. (2019). Akulturasi dalam Tradisi Lisan Maca Syekh di Kabupaten Pandeglang. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 11(1), 49. https://doi.org/10.30959/patanjala.v11i1.481

Sujana, D. (2014). Bahasa Sunda Banten di Pandeglang. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pandeglang.

Sumaludin, M. M. (2022). Angklung Tradisional Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal. Prabayaksa: Journal of History Education, 2(1), 52. https://doi.org/10.20527/pby.v2i1.5033

Thresnawaty, E. (2012). Kesenian Debus di Kabupaten Serang. Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research, 4(1), 115–128.

Waluyo, D., & Rosmawati. (2021). Dinamika Seni Tradisional Pada Era Digital. Majalah Ilmiah Semi Populer Komunikasi Massa, 2(2), 161–172. https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/mkm/article/view/4523

Zafi, A. A. (2018). Transformasi Budaya Melalui Lembaga Pendidikan (Pembudayaan dalam Pembentukan Karakter). Al-Ghazali, I(1), 1–16. https://www.ejournal.stainupwr.ac.id/index.php/al_ghzali/article/download/5/1/

Downloads

Published

2024-06-26

How to Cite

Emah, Nurhasanah, A., & Maryuni, Y. (2024). Perkembangan Kesenian Tradisional Calung Renteng di Kecamatan Cibaliung Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten . PANALUNGTIK, 6(2), 97–114. https://doi.org/10.55981/panalungtik.2023.4349