Perkebunan Karet dan Kebangkitan Ekonomi di Afdeeling Indragiri Tahun 1920-An

Main Article Content

Dedi Arman

Abstract

Riau Province is currently one of the largest rubber producing regions in Indonesia. Rubber was produced by two regencies, namely Indragiri Hulu and Kuantan Singingi, which during the Dutch colonial era were included in the Indragiri Afdeeling area, Riau Residency. The existence of rubber plantations in Riau can be traced to its historical roots. This paper aims to examine the history of rubber plantations in the Indragiri Afdeeling in the 1920s. Writing using historical research methods. From the study it can be concluded that rubber has been planted in the Indragiri Afdeeling since 1910 but grew rapidly in the 1920s. Rubber is exported directly to Singapore. The existence of rubber plantation has an impact on the regional socio-economic revival. Among them, the people of Indragiri became heterogeneous due to the large number of migrants working in rubber plantations. A few highways, houses, and markets were built. Sea and land transportation is more available. More and more residents of Indragiri are going on the pilgrimage and also sending their children outside the residential area to study. The economic revival caused by rubber plantations in Indragiri ended after the world economic depression known as the malaise began in 1929. The world price of rubber fell, and farmers were reluctant to plant rubber anymore.


Keywords: history, rubber plantations, economic revival, Indragiri

Article Details

How to Cite
Arman, D. (2023). Perkebunan Karet dan Kebangkitan Ekonomi di Afdeeling Indragiri Tahun 1920-An. PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi, 12(1), 32–48. https://doi.org/10.55981/purbawidya.2023.219
Section
Articles

References

Akob, Bachtiar. 2014. “Malaise dan Pengaruhnya terhadap Gerakan Nasional Indonesia”. Jurnal Seuneubok Lada 1 (2): 16–30.

Asmuni, Marleiy Rahim, et. al. 1982. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Riau. Pekanbaru: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,.

Badan Pusat Statistik. 2022. Analisis Isu Terkini Pesona Pertanian Riau 2017--2021. Pekanbaru: BPS Provinsi Riau.

Cramer, H. 1917. Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra.Weltreveden: Zuid-Sumatra Landbouw- en Nijverheids Vereeniging.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kongres Nasional Sejarah 1996 Subtema "Dinamika Sosial Ekonomi". Jakarta: CV Putra Sejati Raya.

GE Hoedt, Th. 1929. Indische Bergcultuur-Ondernemingen in Zuid Sumatra. Wegeningen: H. Veenman & Zonen.

Graafland, A.F.P. 1880. Schetsen Uit Indragirie”. Batavia: G Kolff & Co.

Gusti Asnan. 2001. “Dari Sungai ke Jalan Raya: Perubahan Sosial Ekonomi di Daerah Perbatasan Sumbar-Riau pada Awal Abad Ke-20”. In Arung Samudera: Persembahan Memperingati Sembilan Windu A.B Lapian. Depok: PPKB-LPUI- Yayasan Adikarya.

Gusti, Asnan. 2016. Sungai& Sejarah Sumatera. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Harahap, Parada. 1926. Dari Pantai ke Pantai: Perdjalanan ke Sumatra, October--Dec, 1925 dan Maret-April 1926. Welterverden: Maatschappij Bintang India.

Inagurasi, Libra Hari. 2014. “Pola Pemukiman Kawasan Perkebunan Karet Masa Hindia Belanda Di Bogor”. Amerta 32.

Indriani. 2019. “Hubungan Kuantan dengan Kerajaan Indragiri dan Minangkabau pada Masa Kolonial Belanda (1905--1942)”. Renjis 5.

Kato, Tsuyoshi. 1997. “The Localization of Kuantan in Indonesia; From Minangkabau Frontier to a Riau Administrative District”. Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia 3.

Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana

Lindayanti. 1993. “Perkebunan Karet Rakyat di Jambi pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda 1906--1940”. Universitas Indonesia.

“Mededeelingen van Het Bureau Voor de Bestuurszaken der Buitenbezittingen Bewerk Door het Encyclopaedisch Bjureau Aflevering VI. Gedeelte de Gewesten van Sumatra”. 1916.

Nivel, W.J.M. 1927. “Verslag Eener Spoorwegverkenning in Midden-Sumatera 1920”.

Obdeijn, V. 1927. Het Zonnige Zuiden , Het Land der Toekomst. Medan: Deli Courant.

Obdeijn, V. 1930. “De Langkah Lama der Orang Mamak van Indragiri.” In Tijdschrift Voor Indische Taal-Land En Volkenkunde, 353–435. Dell LXIX.

Poesponegoro, Marwati Djoenoed Poesponegoro. 2019. Sejarah Nasional Indonesia V. Edisi Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto, Bambang. 1997. “Migrasi dan Kesempatan Kerja: Persoalan Tenaga Kerja dalam Perkebunan Karet Rakyat di Sumatera Bagian Selatan pada Akhir Masa Kolonial”. Dalam Laporan Kongres Nasional Sejarah (KNS) 1996 Subtema "Dinamika Sosial Ekonomi". Jakarta: CV Putra Sejati Raya.

Sadikin, Ikin, Irawan, Rudi. 2006. “Dampak Pembangunan Perkebunan Karet Rakyat terhadap Kehidupan Petani di Riau”. SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian 6 (3).

Slotemaker, C.G. 1926. “De Bevolkingsubbercultuur In Nederlandsch: VI. Riou Wen Onderhoorigheden, Ookust van Sumatra En Atje Hen Onderhoorigheden”. Weltevreden.

Touwen, Jeroen. 2001. Extremes In The Archipelago. Trade and Economic Development in The Outer Islands of Indonesia 1900--1942. Leiden: KITLV Press.

Umar, Mawardi. 2015. Mengadu Nasib di Kebun Karet: Kehidupan Buruh Onderneming Karet di Aceh Timur, 1907--1939. Banda Aceh: Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh.

Undri. 2004. “Konflik Lahan Perkebunan 1930--1960 Studi Kasus: Konflik Lahan Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatra Barat”.

Wind, R. 1924. “Bijdrage Tot de Kennis van de Plantaardige Looimiddelen en het Vraagstuk Der Looistofvoorziening van Nederlandsch-Lndië”.

Zed, Mestika. 2014. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Zubir, Zaiyardam. 2017. “Penguasa, Pengusaham dan Petani: Kapitalisme Perkebunan Sawit, Distorsi Sosial Ekonomi, dan Perlawanan Petani di Indragiri Hulu, Riau, 1978–2010”. Masyarakat Indonesia 43.

Zubir, Zusneli. 2015. “Sejarah Perkebunan dan Dampaknya bagi Perkembangan Masyarakat di OnderAfdeeling Banjoeasin en Koeboestrekken, Keresidenan Palembang, 1900--1942.” Penelitian Sejarah dan Budaya 1.