Laktosa sebagai Material Dosimeter ESR Dosis Tinggi

Authors

  • Budhy - Kurniawan Universitas Indonesia, Depok dan 16451, Indonesia
  • Dr. Arif Rachmanto Universitas Indonesia, Depok dan 16451, Indonesia
  • Akhmad Rasyid Syahputra Badan Riset Inovasi Nasional, Jalan Lebak Bulus Raya No 49, Jakarta Selatan dan 12440, Indonesia)
  • Ade Lestari Yunus Badan Riset Inovasi Nasional, Jalan Lebak Bulus Raya No 49, Jakarta Selatan dan 12440, Indonesia)
  • Nunung - Nuraeni Badan Riset Inovasi Nasional, Jalan Lebak Bulus Raya No 49, Jakarta Selatan dan 12440, Indonesia)

DOI:

https://doi.org/10.17146/jair.2023.19.1.6798

Keywords:

laktosa, electron spin resonance (ESR), dosis, iradiasi, dosimeter

Abstract

Pemanfaatan iradiasi gamma dalam kehidupan sehari-hari cukup beragam, seperti sterilisasi, pasteurisasi, polimerisasi, mutasi bibit unggul, dan lain sebagainya. Tujuan iradiasi terpenuhi jika dosis dosis iradiasi terpenuhi dan tepat mengenai sampel. Dosis iradiasi yang terserap bahan dapat dipastikan dengan menggunakan dosimeter. Saat ini banyak penelitian menggunakan material baru untuk pengembangan dosimeter dosis tinggi. Penelitian tersebut dilakukan menggunakan Electron Spin Resonance (ESR). Material yang dapat dijadikan dosimeter ESR adalah material tersebut memiliki nilai g-value cukup besar, garis-garis spektrum yang tajam, kestabilan sinyal yang bagus pada temperatur ruang dan jumlah radikal bebas meningkat secara linier terhadap dosis iradiasi. Kriteria ini terdapat pada material disakarida. Jenis disakarida yang sedang diteliti umumnya adalah sukrosa dan laktosa. Namun, penelitian laktosa sebagai dosimeter ESR belum banyak dilakukan. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menggali potensi laktosa sebagai dosimeter ESR. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakterisasi laktosa sebagai dosimeter ESR dosis tinggi melalui iradiasi gamma. Pengujian yang dilakukan untuk mengkonfirmasi karakteristik laktosa sebagai dosimeter dosis tinggi adalah linieritas respon laktosa iradiasi terhada dosis iradiasi, microwave power, g-value, waktu kestabilan respon, peluruhan respon terhadap waktu, dan pengujian Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk mengetahui perubahan gugus fungsi laktosa setelah iradiasi yang diduga menjadi penyebab munculnya sinyal ESR.  Laktosa iradiasi memiliki respon linier terhadap dosis iradiasi pada rentang 250Gy – 80 kGy, waktu respon stabil 2 hari setelah iradiasi, g-value laktosa iradiasi 5 kGy,10 kGy dan 15 kGy secara berturut-turut 1,9991 ± 0,0002, 1,9991 ± 0,0003, dan 1,9989 ± 0,0001, terdapat gugus fungsi karbonil pada laktosa iradiasi 15 kGy dengan masa simpan 7 dan 23 hari, dan terdapat gugus fungsi nitro pada laktosa iradiasi 10 kGy dan 15 kGy dengan masa simpan 23 hari.  Hasil tersebut menunjukkan bahwa laktosa baik digunakan sebagai dosimeter ESR dosis tinggi.

Downloads

Published

2023-12-28

How to Cite

Kurniawan, B. .-., Rachmanto, D. A., Syahputra, A. R., Yunus, A. L., & Nuraeni, N. .-. (2023). Laktosa sebagai Material Dosimeter ESR Dosis Tinggi. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop Dan Radiasi, 19(1), 1–9. https://doi.org/10.17146/jair.2023.19.1.6798