THE IMPACT OF THE ADOPTION OF STATE RESPONSIBILITY FOR TRANSBOUNDARY ENVIRONMENTAL HARM PRINCIPLE UPON INDONESIAN ENVIRONMENTAL LEGAL SYSTEM
Main Article Content
Abstract
Rencana pemerintah mengadopsi prinsip hukum international yaitu tanggung jawab negara terhadap pencemaran lintas batas dalam revisi UU No 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup sebagai konsekuensi peratifikasian ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution akan berdampak luas bagi sistem hukum lingkungan Indonesia. Prinsip ini memberi kewajiban kepada Negara Indonesia untuk mengontrol kegiatan dalam negerinya sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap negara lain. Kewajiban ini tentu saja tidak begitu mudah untuk diimplementasikan mengingat banyak persoalan dan ketidakjelasan dalam manajemen pengelolaan lingkungan di Indonesia. Ada tiga persoalan utama yang menjadi tantangan Indonesia yaitu lemahnya UU lingkungan, lemahnya mekanisme penegakan hukum dan buruknya koordinasi antar lembaga yang mengelola lingkungan hidup. Sehingga jawaban untuk persoalan lingkungan hidup di Indonesia adalah menarik semua wewenang pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup pada satu badan yang bertanggung jawab secara penuh untuk membantu agar masyarakat Indonesia menaati hukum dan menegakannya. Key Words: state responsibility; state sovereignty; transboundary environmental harm; Indonesian environmental legal system; Asean Agreement for Transboundary Haze Pollution
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Alan K.J Tan, Preliminary Assessment of Indonesia’s Environmental Law, National University of Singapore.
Alan Khee Jin Tan, The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution: Prospect for Compliance and Effectiveness in Post-Suharto Indonesia, NYU Environmental Law Journal, Volume XIII, 2005.
Asian Development Bank, Fire, Smoke and Haze, The ASEAN Response Strategy, 2001.
Birnie P. W & Boyle A. E., International Law and the Environment, 2nd Edition, Oxford University, 2002.
David Hunter, James Salzman, Durwood Zaelke, International Environmental Law and Policy, Second Edition, New York, Foundation Press, 2002.
D.E Fisher, The Impact of International Law upon the Australian Environmental Legal System, this article is based on a paper delivered at the 1999 QELA Conference, Thursday, 20 May 1999.
Drew Hutton, Mining and the Environment in Queensland: where the law begins and enforcement fails–regulatory capture and implementation failure, The Australian Journal of Natural Resources Law and Policy (Volume 6 No 2 1999).
Minister of State for the Environment, Republic of Indonesia and United Nations Development Program, 1998, Forest and Land Fires in Indonesia, Volume I and II.
Pearmsak Makarabhirom, David Ganz and Surin Onprom, Community involvement in fire management: cases and recommendations for community-based fire management in Thailand, 2002.
Government regulation No 4/2001 on “the control of damage and pollution in relation to forest and land fires.”
ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution, 2002.
Trail Smelter Case (United States v Canada), Arbitral Tribunal, 1941, 3 UN Rep. Int’l Arb. Awards (1941).
Environment Management Act No 23/1997.
Rio Declaration, 1992.
Stockholm Declaration, 1972.