Tragedi Kebun Tebu: Pengaruh Perubahan Sosial pada Pertunjukan Ludruk
Main Article Content
Abstract
Ludruk merupakan warisan budaya sejak jaman penjajahan yang dimiliki oleh masyarakat Jawa Timur. Ludruk merupakan sarana hiburan yang fenomenal pada saat itu. Cerita ludruk diambil dari kisah kehidupan sehari-hari yang dialami oleh masyarakat bawah yang mengalami kesulitan ekonomi dan ketertindasan. Oleh karena itu, ludruk juga menjadi alat perjuangan di masa penjajahan Belanda dan Jepang. Bahkan juga menjadi alat propaganda partai politik di masa orde lama maupun orde baru. Salah satu unsur yang sangat penting dalam pementasan ludruk ialah adanya pengarang. Proses kehidupan pengarang di masyarakat memiliki andil yang besar dalam proses pembuatan cerita ludruk. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan sosial pengarang dan masyarakat dalam lakon ludruk Tragedi Kebun Tebu dengan analisis sosiologi sastra. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial pengarang dan masyarakat berupa latar belakang keluarga dan tantangan masa depan, pimpinan grup ludruk Karya Budaya dan siasat menghadapi tantangan, karir pengarang dan kesempatan kerja masyarakat, ideologi pengarang dan perubahan sosial masyarakat, serta menyikapi travesti di masyarakat.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Afandi, H., & Matius, A. (2018). Film A Man Space (Film Tanpa Perempuan). Capture Jurnal Seni Media Rekam, 9(1), 27-37.
Alaini, N. N. (2017). Stratifikasi Sosial Masyarakat Sasak dalam Novel Ketika Cinta Tak Mau Pergi Karya Nadhira Khalid. Kandai, 11(1), 110-123.
Andayani, U. (2001). Dampak Arus Informasi Bagi Masyarakat di Negara Berkembang. Al-Maktabah, 3(2), 101-112.
Anwar, A. (2010). Teori Sosial Sastra. Yogyakarta: Ombak.
Arifianto, S. (2010). Memahami Produk Seni Pertunjukan Rakyat dalam Kemasan Teknologi Digital di Media Maya. Jurnal Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi IPTEK-KOM, 12(2), 127-147.
Devilito, R., Wardani, N., & Saddhono, K. (2016). Psychological Analysis of Novel Kerumunan Terakhir by Okky Madasari, The Value of Character Education, and Teaching Materials of Indonesian College in University. In Proceeding of International Conference On Teacher Training and Education Sebelas Maret University, 2(1), 677-684.
Djokosujatno, A. (2002). Novel Sejarah Indonesia Konvensi Bentuk Warna dan Pengarangnya. Makara Sosial Humaniora, 6(1), 14-19.
Escarpit, R. (2005). Sosiologi Sastra (Terjemahan Ida Sundari Husen). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Fatimah, F. N., Sulistyo, E. T., & Saddhono, K. (2017). Local Wisdom Values in Sayu Wiwit Folklore As The Revitalization of Behavioral Education. KARSA: Journal of Social and Islamic Culture, 25(1), 179-199.
Feneteruma, L. (2016). The World Until Yesterday (Dunia hingga Kemarin). Jurnal Masyarakat dan Budaya, 18(2), 311-318.
Hadi, S. (2003). Pengantar Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
Hantono, D. (2019). Kajian Perilaku pada Ruang Terbuka Publik. NALARs Jurnal Arsitektur, 18(1), 45-56.
Hidayatullah, P. (2017). Panjhak sebagai Agen Pengembang Karakter Budaya dalam Masyarakat Madura di Situbondo. Jantra, 12(2), 139-151.
Imelda. (2017). Bahasa Ibu yang Kehilangan ‘Ibu’ (Kajian Sosiolinguistis Bahasa yang Terancam Punah di Maluku Utara). Jurnal Masyarakat dan Budaya, 19(3), 419-433.
Kusmarwanti. (2015). Tokoh Orang Tua dan Refleksi Politik Orde Baru dalam Novel-novel Karya Kuntowijoyo. Litera, 14(1), 148-156.
Mardijani, P. (2011). Partisipasi Masyarakat terhadap Peningkatan Pembangunan Desa. Paradigma, 13(2), 41-46.
Masyhuri, & Dadit. (2010). Model Pengembangan Kemandirian Masyarakat: Pendekatan Sebuah Pembudayaan IPTEK. Yogyakarta: Total Media.
Michael, T. (2018). Law Enforcement Through ‘Ludruk’ and Cultural Advancement. Asia Pacific Fraud Journal, 3(1), 125-131.
Normuliati, S. (2016). Ideologi dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Jurnal Paradigma, 11(2), 61-66.
Nurhayati, dkk. (2013). Strategi Pemertahanan Bahasa Jawa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Litera, 12(1), 159-166.
Prayudi, S., & Dewi, L. (2017). Peningkatan Keterampilan Tata Rias Karakter Kabuki pada Penari Yosakoi melalui Pelatihan di Komunitas Doya-Doya Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Tata Rias, 6(1), 154-161.
Ratna, N. K. (2011). Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rinaldi, R. (2016). Warna Lokal Minangkabau dan Kesosialan Pengarang dalam Kumpulan Cerpen Penari dari Kuraitaji Karya Free Hearty. Jurnal Puitika, 12(2), 149-159.
Sedyawati, E. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.
Setiawan, B. (2016). Kreativitas dan Inovasi Seni Pertunjukan sebagai Jembatan Membangun Multikultur Studi Kasus Masyarakat Kota Mataram. Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional, 23(1), 1-14.
Setyawan, B., Saddhono, K., & Rakhmawati, A. (2017). Sociological Aspects and Local Specificity in the Classical Ketoprak Script of Surakarta Style. Journal of Language and Literature, 17(2), 144-151.
Setyawan, B., Saddhono, K., & Rakhmawati, A. (2018). Potret Kondisi Sosial Masyarakat Jawa dalam Naskah Ketoprak Klasik Gaya Surakarta. Aksara, 30(2), 205-220. (DOI:10.29255/aksara.v30i2.315.205-220).
Soedarsono, R. (1999). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soetomo. (2011). Pemberdayaan Masyarakat Mungkinkah Muncul Antitesisnya?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sujarno, dkk. (2003). Seni Pertunjukan Tradisional, Nilai, Fungsi, dan Tantangannya. Yogyakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Sulaksono, D. (2015). Sarbaneka Bahasa Jawa. Surakarta: Cakra Books.
Sungkowati, Y. (2016). Kritik Sosial dalam Puisi-Puisi Jawa Dialek Surabaya. Bebasan, 3(2), 92-104.
Susanto, E. (2014). Ludruk Karya Budaya Mbeber Urip. Mojokerto: Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto.
Suyono, H. (2005). Pemberdayaan Masyarakat: Mengantar Manusia Mandiri, Demokratis, dan Berbudaya. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Tindaon, R. (2012). Kesenian Tradisional dan Revitalisasi. Ekspresi Seni Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni, 14(2), 214-224.
Uniawati. (2016). Warna Lokal dan Representasi Budaya Bugis-Makassar dalam Cerpen “Pembunuh Parakang” Kajian Sosiologi Sastra. Kandai, 12(1), 101-114.
Yulianto, A. (2017). Unsur-unsur Lokalitas dalam Novel Galuh Hati Karya Randu Alamsyah. Kandai, 13(1), 61-74.
Wawancara kepada Drs. H. Eko Edy Susanto atau yang akrab dipanggil Cak Edy Karya, peneliti lakukan pada tanggal 5 Agustus 2018. Tempat wawancara yaitu di kediaman Cak Edy Karya yang dekat dengan sanggar ludruk Karya Budaya di Dusun Canggu, Kabupaten Mojokerto.