MENJAGA SEHAT, MENJAGA ADAT PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL TUMPUROO DAN PELESTARIAN ADAT DI HUKAEA-LAEYA
Main Article Content
Abstract
The Hukaea-Laeya community has been established as a customic village inhabited by the ethnic of Mororene who still strongly believe in tumpuroo whose function is as a traditional healer. In terms of medical treatment, even until nowadays the people of Hukaea-Laeya still place a great trust in tumpuroo. The existence of tumpuroo is very closely related to the preservation of Moronenean traditional culture and health. This paper aimed to explain the traditional practices of tumpuroo with various values ​​and perspectives and their influence on the preservation of tradition, especially spells. The study was conducted with the ethnographic method in Hukaea-Laeya with data collection techniques through observation and in-depth interviews. From the data analysis, it could be explained that tumpuroo had a strategic role in protecting Moronenean's public health from illness and disease. On the other hand, tumpuroo also became important actors in the effort to preserve local wisdom stored in medical spells. Moreover, when the concept and worldview about health was also connected with the process of preserving customs related to ancestral spirits and the transcendental figures. The social health role of the tumpuroo could be enhanced by the government to encourage the promotion and development of health based on the capacity of local communities.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Ahyar F., F. (2017). Mantra Dukun Beranak dalam Persalinan Tradisional
Masyarakat Bugis di Kabupaten Bulukumba: Kajian Antropolinguistik.
Universitas Hasanuddin.
Andaya, L. Y. (2018). Water in the study of Southeast Asia. Kemanusiaan, 25,
21–38. https://doi.org/10.21315/kajh2018.25.s1.2
Barker, C. (2006). Cultural Studies Teori dan Praktik (H. Purwanto, Ed.).
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Danandjaja, J. (1986). Folklor Indonesia. Jakarta: Grafitipers.
Daud, H. (2010). Oral Tradition in Malaysia. Wacana, 12(1), 181–200.
Fitrianti, Y. F. I. N. L. P. (2013). Peran Dukun Kampung Gayo dalam Kesehatan
Ibu. In Tri Juni Angkasawati; Lestari Handayani; Agung Dwi Laksono (Ed.),
Simpang Jalan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (pp. 13–30). Yogyakarta:
Kanisius.
Gerungan, W. A. (1987). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.
Hastuti, H. B. P. & Muis, E. W. (2016). Syair Mo’odulele sebagai Strategi
Lokal dalam Membentuk Pola Hidup Bersih dan Sehat di Tobu Hukaea-Laeya
(Sebuah Wacana). In S. S. F. A. Hanan (Ed.), Prosiding Seminar Nasional
Pemberdayaan Bahasa dan Sastra Daerah Sulawesi Tenggara dalam
Membangun Karakter Masyarakat Multikultur (pp. 185–194). Kendari: Kantor
Bahasa Sulawesi Tenggara.
Hastuti, H. B. P. (2015). Ritual Adat Mo’ooli Suku Moronene. Kendari:
Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara.
Herawati. (2015). Identitas Kultural dan Karakteristik Lisan Orang Kaili dalam
Mantra Tamabunto. Kandai, 11(2), 161–175.
Humaedi, M. Alie (2018). Etnografi Pengobatan: Praktik Pengobatan dan
Sugesti Masyarakat Adat Tau Taa Vana di Pedalaman Hutan Tojo Una-Una.
Yogyakarta: LKiS.
Lori L Thayer. (2009). The Adoption of Shamanic Healing into The Biomedical
Health Care System in The United States. University of Massachussets
Amherts.
Lumenta, B. (1988). Penyakit, Citra Alam dan Budaya. Jakarta: Kanisius.
Muamar. (2019). Pengobatan Tradisional Monttapali pada Suku Moronene di
Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana. Universitas Halu Oleo.
Muis, E. W. (2015). Adati Totongano Wonua: Identitas Moronene yang Tetap
Lestari. In F. A. S. S. Hanan (Ed.), Pemertahanan Bahasa Daerah dalam Bingkai
Keberagaman Budaya di Sulawesi Tenggara (Prosiding Kongres II Bahasa-
Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara (pp. 202–208). Kendari: Kantor Bahasa
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Muzaham, F. (1995). Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Ratna, N. K. (2011). Antropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sinapoy, M. S. (2018). Kearifan Lokal Masyarakat Adat Suku Moronene dalam
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Halu Oleo Law Review, 2(2),
513. https://doi.org/10.33561/holrev.v2i2.4513
Suratmin &Siregar. (1991). Pengobatan Tradisional pada Masyarakat Bali.
Yogyakarta: Kanisius.
Sudrajat, A., Surabaya, U. N., & Fahriani, A. A. (2017). REK 2015 Surga Dukun .
Mama Biang di Negeri Poilaten ( Etnik Talaud ).
Togobu, D. M. (2018). Jurnal Kesehatan Masyarakat MENCARI PENGOBATAN
DUKUN ( MA ’ SANRO ) Dian Mirza Togobu Departemen Epidemiologi ,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tamalatea Makassar J-Kesmas Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 4(1).
Zulfa, V. (2016). Penyebab Masyarakat Memilih Melakukan Pengobatan ke
Dukun (Studi Kasus di Kenegerian Batubasa, Jorong, Kecamatan Pariangan,
Kabupaten Tanah Datar). STKIP PGRI Sumatera Barat.
Ahyar F., F. (2017). Mantra Dukun Beranak dalam Persalinan Tradisional
Masyarakat Bugis di Kabupaten Bulukumba: Kajian Antropolinguistik.
Universitas Hasanuddin.
Andaya, L. Y. (2018). Water in the study of Southeast Asia. Kemanusiaan, 25,
21–38. https://doi.org/10.21315/kajh2018.25.s1.2
Barker, C. (2006). Cultural Studies Teori dan Praktik (H. Purwanto, Ed.).
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Danandjaja, J. (1986). Folklor Indonesia. Jakarta: Grafitipers.
Daud, H. (2010). Oral Tradition in Malaysia. Wacana, 12(1), 181–200.
Fitrianti, Y. F. I. N. L. P. (2013). Peran Dukun Kampung Gayo dalam Kesehatan
Ibu. In Tri Juni Angkasawati; Lestari Handayani; Agung Dwi Laksono (Ed.),
Simpang Jalan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (pp. 13–30). Yogyakarta:
Kanisius.
Gerungan, W. A. (1987). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.
Hastuti, Heksa Biopsi Puji ; Muis, E. W. (2016). Syair Mo’odulele sebagai
Strategi Lokal dalam Membentuk Pola Hidup Bersih dan Sehat di Tobu Hukaea-
Laeya (Sebuah Wacana). In S. S. F. A. Hanan (Ed.), Prosiding Seminar Nasional
Pemberdayaan Bahasa dan Sastra Daerah Sulawesi Tenggara dalam
Membangun Karakter Masyarakat Multikultur (pp. 185–194). Kendari: Kantor
Bahasa Sulawesi Tenggara.
Hastuti, H. B. P. (2015). Ritual Adat Mo’ooli Suku Moronene. Kendari:
Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara.
Herawati. (2015). Identitas Kultural dan Karakteristik Lisan Orang Kaili dalam
Mantra Tamabunto. Kandai, 11(2), 161–175.
Lori L Thayer. (2009). The Adoption of Shamanic Healing into The Biomedical
Health Care System in The United States. University of Massachussets
Amherts.
Lumenta, B. (1988). Penyakit, Citra Alam dan Budaya. Jakarta: Kanisius.
Muamar. (2019). Pengobatan Tradisional Monttapali pada Suku Moronene di
Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana. Universitas Halu Oleo.
Muis, E. W. (2015). Adati Totongano Wonua: Identitas Moronene yang Tetap
Lestari. In F. A. S. S. Hanan (Ed.), Pemertahanan Bahasa Daerah dalam Bingkai
Keberagaman Budaya di Sulawesi Tenggara (Prosiding Kongres II Bahasa-
Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara (pp. 202–208). Kendari: Kantor Bahasa
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Muzaham, F. (1995). Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Myer, L. (1998). Biodiversity conservation and indigenous knowledge:
Rethinking the role of anthropology. Retrieved from Indigenous knowledge and
development monitor website: http://www.iss.nl/ikdm/IKDM/IKDM/6-1/myer.html
Ratna, N. K. (2011). Antropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sinapoy, M. S. (2018). Kearifan Lokal Masyarakat Adat Suku Moronene dalam
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Halu Oleo Law Review, 2(2),
513. https://doi.org/10.33561/holrev.v2i2.4513
Siregar, S. &. (1991). Pengobatan Tradisional pada Masyarakat Bali.
Yogyakarta: Kanisius.
Sudrajat, A., Surabaya, U. N., & Fahriani, A. A. (2017). REK 2015 Surga Dukun .
Mama Biang di Negeri Poilaten ( Etnik Talaud ).
Togobu, D. M. (2018). Jurnal Kesehatan Masyarakat MENCARI PENGOBATAN
DUKUN ( MA ’ SANRO ) Dian Mirza Togobu Departemen Epidemiologi ,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tamalatea Makassar J-Kesmas Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 4(1).
Zulfa, V. (2016). Penyebab Masyarakat Memilih Melakukan Pengobatan ke
Dukun (Studi Kasus di Kenegerian Batubasa, Jorong, Kecamatan Pariangan,
Kabupaten Tanah Datar). STKIP PGRI Sumatera Barat.