THE HISTORY AND DYNAMIC OF CUSTOMARY LAND TENURE IN THE VILLAGE OF PROBUR UTARA HABOLLAT, ALOR DISTRICT
Main Article Content
Abstract
This article aims to describe the history as well as the dynamics of customary land tenure in Probur Utara Habollat Village Alor District. There are six factors influencing the dynamics of customary land tenure, namely: (1) The expansion of village administration area as a consequence of the rising demand on public services; (2) The rising of the village infrastructure development, that needs legal formal regulation on land; (3) The customary land tenure, which is closely related with the local system believe, in the recent days have changed along with the process of Islamization and Christianization; (4) The implementation of community forestry programme under government’s control that has weakened the authority of traditional leaders in the land use management; (5) The land titling policy from the local government of Alor District that has shifted the land rights from the community rights to the personal rights; and (6) The very weak social economic life of the Beilel as a minority tribal group. Keywords: dynamic, customary land tenure, Probur Utara Habollat Village
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Akimichi, T. (1991). Anthropology of Fishing, dalam Annual Review of Anthropology, Annual Review Inc.
Arifin, B. (1999). “Kebijakan Ekonomi Kerakyatan: Intervensi Pemerintah
Dalam Sistem Pengelolaan Sumberdaya Alam†dalam Menggugat Posisi
Masyarakat Adat Terhadap Negara. Jakarta: Panitia Bersama Saresehan dan Konggres Masyarakat Adat Nusantara dengan Lembaga Studi Pers dan
Pembangunan (LSPP).
Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyaakat Provinsi Nus
Tenggara Timur dan Pusat Studi dan Advkasi Hak Asasi Manusia, Universitas Nusa Cendana. (2013). Laporan Hasil Penelitian “Peta Konflik Di Provinsi Nusa Tenggara Timur 2004- 2013â€. Kupang.
Campbell, J.Y. (2003). “Beragam Pandangan Mengenai Hutan Kemasyarakatanâ€, dalam Kemana Harus Melangkah? Masyarakat, Hutan, dan Perumusan Kebijakan di Indonesia. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Fauzi, N. (1999). “Sengketa Tenurial Atas Tanah dan Kekayaan Alam Kepunyaan Masyarakat Adatâ€, dalam Menggugat Posisi Masyarakat Adat Terhadap Negara. Jakarta: Panitia Bersama Saresehan dan Konggres Masyarakat Adat Nusantara dengan Lembaga Studi Pers dan Pembangunan.
Lindayanti, R. (2003), “Gagasan dan Kelembagaan dalam Kebijakan Perhutanan Sosialâ€, dalam Kemana Harus Melangkah? Masyarakat, Hutan, dan Perumusan Kebijakan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Pradja, O.S. (1999). “Hutan dan Masyarakat Adatâ€. dalam Menggugat Masyarakat Adat Terhadap Negara. Jakarta: Panitia Bersama Saresehan dan Konggres Masyarakat Adat Nusantara dengan Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP).
Peluso, N.L. (1992). Rich Forests, Poor People:Resource Control and Resistance in Java. Berkeley: University of California Press. crossref
Pollnac, R.B. (1983). Investigating Territorial Use Rights Among Fishermen, dalam K. Ruddle & T. Akhimichi (Eds.). Maritime Institutions in the Western
Pacific. Osaka, Senri Ethnological Studies No: 17, National Musseum of
Ethnology.
Siburian, R. dkk. (2009), Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan di Daerah: Sebuah Bunga Rampai Studi Ketahanan Pangan di Kabupaten Alor. Jakarta: LIPI Press