SITUS-SITUS MAHKAMAH DAN LEMBAGA PERADILAN KERAJAAN RIAU-LINGGA PADA ABAD KE-19-20 MASEHI

Main Article Content

Anastasia Wiwik Swastiwi
Dedi Arman

Abstract

Kepulauan Riau memiliki tinggalan budaya berupa situs-situs dan artefak-artefak yang berkaitan dengan keberadaan lembaga mahkamah dan lembaga peradilan masa Kerajaan Riau-Lingga. Penelitian ini memakai metode penelitian sejarah yang tahapannya adalah heuristic, kritik, interpretasi, dan penulisan sejarah (historiografi). Metode taksonomi digunakan pula dalam mendeskripsikan situs, bangunan dan artefak. Sumber primer yang digunakan antara lain Undang-Undang Melaka, Undang-Undang Polisi Kerajaan Riau-Lingga 1893, serta Kitab Tsamarat al Muhimmah, Pedoman Pemerintahan dan Hukum Kerajaan Riau-Lingga karya Raja Ali Haji. Subyek penelitian lainnya berupa situs mahkamah di Daik Lingga, situs kantor mahkamah besar di Pulau Penyengat, gedung hakim di Pulau Penyengat, rumah Hakim Raja Haji Abdullah, dan makam Raja Haji Abdullah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kantor mahkamah besar Kerajaan Riau-Lingga awalnya berada di Daik Lingga kemudian pindah ke Pulau Penyengat. Situs kantor mahkamah juga ada di Midai yang wilayahnya meliputi gugusan Kepulauan Natuna. Fungsi mahkamah pada zaman Kerajaan Riau Lingga tidak hanya mengadili perkara terkait hukum pidana dan perdata saja, namun lembaga tersebut juga yang mengeluarkan surat-surat keputusan Kerajaan Riau-Lingga. Mahkamah juga menerbitkan perizinan di bidang pertanahan, membuka kebun dan perizinan lainnya. Setelah Kerajaan Riau-Lingga dibubarkan secara politis pada tahun 1913, Belanda mendirikan landraad atau kantor pengadilan negeri. Gedung Landraad sampai saat ini masih berfungsi sebagai Kantor Pengadilan Tinggi Agama Kepulauan Riau. Pada masa pendudukan Jepang selama 1942-1945, lembaga pengadilan yang dibangun Belanda dibubarkan. Jepang mendirikan lembaga peradilan sendiri bernama Mahkamah Islam Besar Bintan To yang membawahi Kepulauan Riau. Pada masa Jepang, segala aspek sistem peradilan masa Belanda dihapuskan, termasuk penamaan kelembagaan peradilan.


This research focuses on sites and artefacts related to courts and judicial institutions during the sovereignty of the Riau-Lingga Kingdom in the Riau Islands. Therefore, this study uses historical methods consisting of heuristics, criticism, interpretation, and historical writing (historiography). Taxonomic methods are also used to describe sites, buildings, and artifacts. Research results show during the Riau Lingga Kingdom sovereignty, the court acted to adjudicate cases relating to criminal and civil law and issued the kingdom's decrees. The court also issues permits concerning land, plantation establishment, and other concessions. After the Riau-Lingga Kingdom was politically dissolved in 1913, the Dutch established a landraad office or district court. During the Japanese occupation in 1942-1945, the judicial institutions built by the Dutch were dissolved. The Japanese government established its judicial institution called the Bintan To Islamic High Court which oversees the Riau Islands.

Article Details

How to Cite
Swastiwi, A. W., & Arman, D. (2024). SITUS-SITUS MAHKAMAH DAN LEMBAGA PERADILAN KERAJAAN RIAU-LINGGA PADA ABAD KE-19-20 MASEHI. Naditira Widya, 18(1), 33–48. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/nw/article/view/3441
Section
Articles

References

Andaya, Leonard Y. 1975. The Kingdom of Johor, (1641-1728), Economic and Political Developments. Kualalumpur: Oxford University Press.

Angelbeek, Vam Christiaan. 1826. Korte Schets van Het Eiland Lingga En Deszelfh Bewonemedegees Medegedeeld Door NU Wijlen. Batavia.

Anggie, Muhammad Farizqi Prasadana. 2023. “Sejarah Pengadilan Di Batavia Tahun 1619-1942.” Historia: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah 11(2): 204-212. doi:10.24127/hj.v11i2.7259

Azra, Azyumardi. 2004. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII, Akar Pembaruan Islam Indonesia. Jakarta: Kencana.

Bakar, Ali Abu. 2018. Undang-Undang Melaka. Bandaaceh: Sahifah-Fakultas Syariah UIN Ar Raniry.

Faisal, Muhammad. 2020. “Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah Di Kepulauan Riau Berdasarkan Kitab Kaifiyah Al-Dzikir ‘Ala Tha-Rīqah an-Naqsabandiyah Al-Mujaddidiyah Al-Ahmadiyah.” Perada 3(1):11–27. doi: 10.35961/perada.v3i1.65.

Friskap, R. 2020. “Sejarah PerkembanganKekuasaan Kehakiman di Indonesia.” Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 20(1):320–28. doi.org/10.33087/jiubj.v20i1.890.

Ghalib, Wan. 1994. Serbaneka Hukum Adat Daerah Riau. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu Riau.

Herawati, Andi. 2018. “Eksistensi Islam di Asia Tenggara.” As-Shahabah Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 4(2):119–29. doi: 10.59638/ash.v4i2.188

Ismanto dan Suparman.2019. “Sejarah Peradilan Islam di Nusantara Masa Kesultanan Islam Pra Kolonial.” Historia Madania: Jurnal Ilmu Sejarah 3(2): 67–88. doi: 10.15575/hm.v3i2.9169

Junus, Hasan. 1996. Perhimpunan Plakat. Pekan Baru: Pusat Pengajian Bahasa dan Kebudayaan Melayu Universitas Riau.

Kuntowijoyo. 2014. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

L.F Reis, Thomas. 1993. Malaca’s Society on the Eve of the Portuguese Conquest. A Tentative Interpretation Based on the Extant Portuguese Documents’. Kualalumpur.

Liamsi, Rida. 2023. Tengku Muhammad Saleh, Ulama Pejuang dari Lingga. Daik Lingga: Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga.

Rahmat, Syahrul. 2022. “Tertolak Di Kepulauan Melayu: Penolakan Pengajaran Tarekat Syatariah Di Kepulauan Riau Awal Abad XX.” Pp. 319–35 in International Symposium Proceeding Cosmopolitanism of Islam Nusantara: Spiritual Traces and Intellectual Networks on the

Spice Route. Jakarta: Fakultas Islam Nusantara, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia.

Ridlo, Miftakhur. 2021. “Sejarah Perkembangan Peradilan Agama Pada Masa Kesultanan Dan Penjajahan Sampai Kemerdekaan.” Asy-Syari`ah: Jurnal Hukum Islam 7(2): 152-167. doi:10.55210/assyariah. v7i2.612.

Roolvink, R. 1980. “Sadjarah Riouw Lingga Dan Daërah Taäloqnja.” Archipel 20(1):225–31. doi: 10.3406/arch.1980.1603.

Rouse, Irving. 1960. “The Classification of Artifacts in Archaeology.” American Antiquity 25(3):313–23. doi: doi.org/10.2307/277514.

Swastiwi, Anastasia Wiwik. 2022. “Penyengat Island Riau Island: Towards a Word Heritage.” International Journal of Environmental, Sustainability, and Social Science 3(1):116-129. doi: 10.38142/ijesss.v3i1.169.

Swastiwi, Wiwik. 2022. Lingga Dan Jejak Sejarahnya. edited by R. K. Liamsi. Tanjungpinang: CV Milaz Grafika.

Syahri, Aswandi. 2019. Khazanah Manuskrip Riau Lingga Abad 19, Pemberian Tiga Puluh Manuskrip Melayu Warisan Zaman Kerajaan Riau Lingga. Tanjungpinang: Dinas Kebudayaan Provinsi Kepri.

Syahri, Aswandi. 2023. Naskah Rekomendasi Penetapan Tapak Kompleks Kantor Mahkamah Besar Kerajaan Riau-Lingga Sebagai Struktur Cagar Budaya. Tanjungpinang.

Syarkowi, Asmu’i. 2021. “Tugas-Tugas Kejurusitaan Tentang Pemanggilan dan Seputar Wacananya.” Diunduh 15 Januari 2024 (https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/tugas-tugas-kejurusitaan- tentang-pemanggilan-dan-seputar-wacananya-oleh-asmu-i-syarkowi-24-8).

Tarobin, Muhammad. 2018. “The Nūr Al-Salāh Book by Tengku Muhammad Saleh (1901-1966): Internalization of ‘Salat’ in Malay Tradition Perspective.” Jurnal Bimas Islam 11(1):1–42.