ATAP TUMPANG TIGA MASJID DI KALIMANTAN SELATAN: KAJIAN STRUKTUR MORFOLOGI ATAP
Main Article Content
Abstract
Budaya dan masyarakat Banjar identik dengan budaya Islam. Kalimantan Selatan memiliki masjid kuno dengan arsitektur khas masjid kuno di Indonesia, yaitu menggunakan atap tumpang bersusun tiga. Struktur seperti itu menciptakan atap berbentuk kerucut bertingkat tinggi yang unik. Arsitektur masjid kuno di Kalimantan Selatan juga menampilkan unsur budaya asing dan lokal. Budaya Banjar yang dominan terlihat pada penggunaan warna dan ornamen pada dinding dan tiang masjid. Masjid kuno di Kalimantan Selatan tidak hanya memiliki nilai penting bagi etnis Banjar, namun juga memiliki nilai sakral bagi etnis Dayak Meratus yang menganggap bahwa etnis Banjar adalah saudara sedarah mereka. Bentuk atap yang menjulang tinggi menjadi penanda kehadiran agama Islam di kawasan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analisis. Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses silang budaya dan perpaduan unsur budaya lokal dengan budaya asing yang menghasilkan corak budaya baru pada arsitektur masjid kuno di Kalimantan Selatan. Berdasarkan hasil observasi terhadap masjid Banua Halat, Su’ada Wasah, dan masjid Pusaka Banua Lawas ditemukan bukti terjadinya hibridasi budaya yang tampak pada bentuk atap masjid dengan bentuk menjulang tinggi. Hibridasi budaya ini terjadi sebagai respon terhadap kondisi lingkungan dan masyarakat Kalimantan Selatan pada masa-masa masih tergantung pada transportasi sungai.
Banjar culture and society are identical to Islamic culture. South Kalimantan has an ancient mosque with the typical architecture of ancient mosques in Indonesia, which use three tiers overlapping roofs. Such a structure creates a unique high-rise cone-shaped roof. The architecture of South Kalimantan's ancient mosques also shows elements of both foreign and local culture. The dominant Banjar culture can be seen in the use of colours and ornaments on the walls and pillars of the mosque. The ancient mosques in South Kalimantan not only have important value to the Banjar ethnic group but also have sacred value to the Dayak Meratus ethnic group who consider the Banjarese to be their blood relatives. The towering shape of a mosque roof is a sign of the presence of Islam in the region. The research method used is descriptive analysis. This research aims to understand the cross-cultural process and the combination of local and foreign cultural elements that produce new styles in the architecture of ancient mosques in South Kalimantan. Based on the results of a study of mosques of the Banua Halat, Su'ada Wasah, and Pusaka Banua Lawas, it is evident that cultural hybridization is present in the towering shape of the mosque's roof. This cultural hybridization occurred as a response to environmental conditions and the people of South Kalimantan at a time when they still depended on river transportation.
Article Details
References
Aiyub. 2023. “Hibriditas Budaya dan Bagaimana Menerapkannya.” Diunduh tgl 4 Juli 2024 (https://qtube.id/.)
Ambari, Hasan Muarif. 1998. Menemukan Peradaban Arkeologi dan Historis Islam di Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Arfianti, A. 2020. “Apakah Sejarah Arsitektural Itu?” SIAR: Seminar Ilmiah Arsitektur 8686 (2001):110–21. Diunduh 13 September 2021 (https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/12052/15.pdf? sequence=1&isAllowed=y
Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur. 2021. “Masjid Pusaka Banua Lawas.” Diunduh tgl 19 Juni 2024 (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/.n.d.)
Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur. 2016a. "Masjid Tua Banua Halat atau Masjid Al-Mukarramah" Diunduh 19 Juni 2024. (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/. n.d.).
Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur. 2016b. “Masjid Su’ada.” Diunduh 19 Juni 2024 (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/. n.d.)
Buseri, Kamrani. 2012. “Kesultanan Banjar dan Kepentingan Dakwah Islam.” Al-Banjari 11(2):221–230.
Chintya, Fahriah. 2008. “Tiang Masjid Banua Halat Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan.” Naditira Widya 2(2): 190–199.
Effendi, Riskan. 2009. “Kayu Ulin di Kalimantan : Potensi, Manfaat, Permasalahan Dan Kebijakan Yang Diperlukan Untuk Kelestariannya (Eusideroxylon Zwageri’s Wood in Kalimantan : Potency, Utilization, Problems and Needed Policy for Its Sustainability).” Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 6(3):161–168.
Grube, Ernest J, James Dikie, Oleg Grabar, Eleanor Sims, Ronald Lewcock, Dalu Jones, Gut T. Petherbridge. 1978. Architecture of the Islamic World: Its History and Social Meaning, edited by George Michell. First edition. New York: William Morrow and Company.
Haryanto, Eko Tri. 2018. “Nilai Kerukunan pada Cerita Rakyat Dayuhan- Intingan di Kabupaten Kalimantan Selatan.” Jurnal SMaRT Studi Masyarakat, Religi Dan Tradisi Volume 04(01):1–14. doi.org/10.18784/ smart.v4i1.598.g315.
Husin, dan Nor Anisa. 2021. “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dari Ornamen Arsitektur Masjid Assu’ada Waringin.” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan 15 (1): 51. doi: 10.35931/aq.v15i1.541.
Imran, Mohammad. 2013. “Pengaruh Iklim Terhadap Bentuk dan Bahan Arsitektur Bangunan.” Radial – Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa, dan Teknologi 1(1):1-10. doi.org/10.37971/radial.v1i1.19
Jalil, Laila Abdul. 2012. ”Arsitektur Masjid Kuno di Aceh: Kajian Terhadap Masjid-Masjid Kuno di Pesisir Aceh.” Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry-Banda Aceh.
Koentjaraninggat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Media Indonesia. 2022. "Masjid Pusaka Banua Lawas Tertua di Kalimantan". Diunduh tgl 20 Juni 2024. (mediaindonesia.com).
Michiani, Meidwinna Vania, and Junichiro Asano. 2017. “A Study on Settlement Characteristics towards Traditional Area Improvement along the Kuin Utara Riverside.” In Proceedings of 2017 International Conference of Asian-Pacific
Planning Societies. Japan: Toyohashi University of Technology.
Muchamad, Bani Noor dan Ronald, Arya. 2010. “Arsitektur Melayu Banjar : Ajaran Islam Dalam Budaya Melayu Banjar Berkaitan Dengan Konsep Arsitekturnya.” Yogyakarta: Jurusan Arsitektur Universitas Gadjah Mada.
Muchlis, Aulia Fikriarini. 2009. “Masjid: Bentuk Manifestasi Seni dan Kebudayaan.” Jurnal El Harakah 11(1): 1-16. doi:10.18860/el.v1i1.4200.
Mudhoffir, Abdil Mughis. 2013. “Teori Kekuasaan Michel Faucault:Tantangan Bagi Sosiologi Politik.” Jurnal Sosiologi Masyarakat 18(1):1-27. doi: 10.7454/MJS.v18i1.1253
Rum, Gan Gan Muhamad, dan Ikaputra. 2021. “Arsitektur Hibrida : Kombinasi Untuk Menghasilkan Karya Arsitektur Yang Lebih Baik.” Sinektika: Jurnal Arsitektur 18(2): 107–12. doi:10.23917/sinektika. v18i2.15313.
Saefullah, Asep. 2018. “Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah Dan Arsitektur.” Jurnal Lektur Keagamaan 16(1): 127-158. doi:10.31291/jlk.v16i1.486.
Saud, Mohammad Ibnu. 2012. “Tanggapan Terhadap Iklim Sebagai Perwujudan Nilai Vernakular Pada Rumah Bubungan Tinggi.” Architecture 1(2):106-116.
Sen, Tan Ta. 2009. Cheng Ho and Islam in South East Asia. Singapore: : Institute of South East Asia Studies.
Setyawan, Dharma. 2021. "Sejarah Masjid Pusaka Banua Lawas.” Diunduh tanggal 19 Juni 2024 (https://kesultananbanjar.or.id/. n.d).
Surat, M., M.T.M. Rasdi, a.R. Musa, N. Utaberta, and M.M. Tahir. 2011. “Salah Tanggapan Terhadap Kubah Pada
Senibina Masjid: Pengaruh Pengisian Sejarah Dalam Hasrat Rekabentuk Masjid.” The Journal of Design Built, Mosque Edition: 1–16.
Tjandrasamita, Uka. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Wajidi. 2017. “Ragam Arsitektur Masjid Tradisional Banjar Kalimantan Selatan Dan Makna Simbolisnya.” Jurnal Kebijakan Pembangunan 12(2):149-161.
Wismantara, Pudji Pratitis. 2012. “The Dynamics of the Form of Nusantara Mosque: Architectural Homogeneity Vis a Vis Architectural Hybridity.” Journal of Islamic Architecture 2(1). doi: 10.18860/jia.v2i1.2101
Zainuri, Ahmad. 2021. “Integrasi Islam dan Budaya Lokal dalam Seni Arsitektur Masjid Kuno di Jawa: Sebuah Tinjauan Umum.” Heritage 2(2):125-44. doi: 10.35719/hrtg.v2i2.58.
Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2015. “Tamaddun Sebagai Konsep Peradaban Islam.” Tsaqafah 11(1):1—28.doi:: 10.21111/tsaqafah.v11i1.251