BUDAYA SAGU DI PAPUA DARI MASA PRASEJARAH HINGGA MASA KINI
Main Article Content
Abstract
Sagu merupakan bahan makanan pokok masyarakat Papua dan banyak ditemukan di lingkungan sekitar permukiman mereka. Aktivitas mengolah sagu tidak memerlukan pengeluaran yang banyak, baik tenaga, biaya, dan waktu serta resikonya kecil, dibandingkan dengan aktivitas berburu atau menangkap ikan. Oleh karena itu, tanaman sagu menjadi salah satu karakteristik kebudayaan Papua sekarang, yaitu sebagai penanda identitas, batas wilayah, bahkan memiliki fungsi dalam aktivitas adat. Sejumlah ahli arkeologi telah membahas tentang eksistensi sagu yang berkaitan dengan wadah-wadah tanah liat. Tujuan penelitian ini adalah memahami perkembangan budaya sagu di Papua sejak masa prasejarah hingga masa kini. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka, observasi, wawancara dan pendekatan etnoarkeologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa sagu merupakan tanaman penting orang Papua. Kebudayaan yang berkaitan dengan sagu di Papua sudah dikenal sejak sekitar 30.000 tahun yang lalu. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya asosiasi antara fragmen forna atau tungku pemanggang, serta fragmen periuk dan tempayan dan pengolahan sagu di situs-situs hunian prasejarah. Budaya sagu juga masih berlangsung hingga saat ini di Papua, hal ini terlihat pada tradisi menokok sagu, rumah gaba-gaba, peralatan sehari-hari berbahan pohon sagu, kuliner sagu, serta ritual yang berkaitan dengan sagu.
The environment around the Papuan settlements provides abundant sago for their staple food. Therefore, sago has become one of the characteristics of Papuan culture today, whether as an identity marker and territorial boundaries or a means of traditional activities. This research aims to understand the development of sago culture in Papua from prehistoric periods to the present. This research uses literature study, observation, interviews, and an ethnoarchaeological approach. Research results suggest that the Papuan people have known culture related to sago in Papua since around 30,000 years ago. Archaeologically, this is evident from fragments of ‘forna’ or roasting stoves and sherds of pots and jars found at prehistoric settlement sites. The sago culture continues today in Papua, which can be seen in the tradition of sago felling, ‘gaba-gaba’ houses, daily utensils, sago culinary delights, and rituals related to sago.
Article Details
References
Arif, Ahmad. 2019. Sagu Papua Untuk Dunia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Ave, JB. 1977. “Sago In Insular Southeast Asia: Historical Aspects And Contemporary Use.” Pp. 21–30 in Sago-76: Papers of the First International Sago Symposium, edited by T. Koonlin. Kuala Lumpur: University of Malaya Press.
Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Boelaars, Jan. 1986. Manusia Irian. Dulu, Sekarang, Masa Depan. Jakarta: PT Gramedia.
Bulbeck, D., and I. Caldwell. 2000. The Land of Iron: The Historical Archaeology of Luwu and the Cenrana Valley. Results of the Origin of Complex Society in South Sulawesi Project (OXIS). Hull: University of Hull Centre for South-East Asian Studies.
Djami, Erlin Novita Idje. 2020. “Megalitik Gunung Srobu Dalam Konteks Budaya Melanesia.” Amerta 38(2):129–44. doi: 10.24832/amt.v38i2.129-144.
Djami, Erlin Novita Idje, and Hari Suroto. 2023. “Distribution of Austronesian Languages and Archaeology in Western New Guinea, Indonesia.” L’Anthropologie 127(3):103153. doi: 10.1016/j.anthro.2023.103153.
Ellen, Roy. 2009. “Local Knowledge and Management of Sago Palm (Metroxylon Sagu Rottboel) Diversity in South Central Seram, Maluku, Eastern Indonesia.” Journal of Ethnobiology 26(2):258–298. doi: 10.2993/0278-0771(2006)26[258:LKAMOS]2.0.CO;2.
Flach, M. 1977. “Yield Potential of the Sago Palm, Metroxylon Sagu, and Its Realization.” Pp. 157–77 in Sago-76: Papers of the First International Sago Symposium, edited by T. Koonlin. Kuala Lumpur: University of Malaya Press.
Hisa, La, Agustinus Mahuze, and I. Wayan Arka. 2019. “Dokumentasi Etnobotani Linguistik Tumbuhan Sagu: Laporan Awal Dari Etnis Marori Di Taman Nasional Wasur Merauke.” Linguistik Indonesia 35(2):187–200. doi: 10.26499/li.v35i2.69.
Mansoben, Johszua Robert. 1995. Sistem Politik Tradisional Di Irian Jaya. Jakarta: LIPI – RUL seri 5.
Mene, Bau. 2021. “Pengelolaan Situs Gua Andarewa Kampung Goras Distrik Mbahamdandara Kabupaten Fakfak.” Pp. 1–9 in Buku Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Arkeologi. Pengelolaan Dan Pengembnagan Sumberdaya Arkeologi Papua Untuk Kepentingan Pembangunan (Masa Lalu, Masa Kini Dan Masa Depan, edited by I. W. Ardika. Jayapura: Balai Arkeologi Papua.
Muller, Kal. 2008. Mengenal Papua. Singapore: Daisy World Books.
Muller, Kal. 2011. Pesisir Selatan Papua. Singapore: Daisy World Books.
Petocz, Ronald G. 1987. Konservasi Alam Dan Pembangunan Di Irian Jaya: Strategi Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara RasionalNo Title. Jakarta: Pustaka Grafiti Pers.
Post, The Jakarta. 1995. Sentani Old and New in The Land of Clear Water. Jakarta: The Jakarta Post.
Rabett, Ryan J. 2005. “The Early Exploitation of Southeast Asian Mangroves: Bone Technology from Caves and Open Sites.” Asian Perspectives 44(1):154–79. doi: 10.1353/asi.2005.0013.
Simanjuntak, Truman dkk.. 1999. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
Ruddle, K. 1978. Palm Sago: A Tropical Starch from Marginal Lands. Canberra: Australian National University Press.
Stasch, Rupert. 2009. Society of Others: Kinship and Mourning in a West Papuan Place. California: University of California Press.
Sukandar, S. C., Z. Mas’ud, Nasruddin, Hamrullah, A. Putri, Irmawati, and R. Y. Deda. 2019. Jejak Peradaban Di Pulau Terdepan Kabupaten Raja Ampat Papua Barat. Jayapura.
Suroto, Hari. 2012. Ekskavasi Gua Karas Kabupaten Kaimana. Jayapura.
Suroto, Hari. 2015. Ekskavasi Di Situs Kampung Tua Mosandurei, Distrik Napan, Kabupaten Nabire. Jayapura.
Suroto, Hari. 2020. Prasejarah Danau Sentani Bagian Timur. Jayapura.
Suroto, Hari. 2021. Penelitian Hunian Awal Prasejarah Di Kawasan Danau Sentani Bagian Tengah. Jayapura.
Tulalessy, QD. 2016. “Sagu Sebagai Makanan Rakyat Dan Sumber Informasi Budaya Masyarakat Inanwatan: Kajian Folklore Non Lisan.” Melanesia: Jurnal Ilmiah Kajian Sastra Dan Bahasa 1(1):85–91. doi: 10.30862/jm.v1i1.740
Vita. 2017. “Etnobotani Sagu (Metroxylon Sagu) Di Lahan Basah Situs Air Sugihan, Sumatera Selatan: Warisan Budaya Masa Sriwijaya.” Kalpataru Majalah Arkeologi 26(2):107–22. doi: 10.24832/kpt.v26i2.314