PERSEBARAN ARCA BUDDHA ABAD KE-7-9 MASEHI: HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN KAWASAN AWAL KERAJAAN SRIWIJAYA

Main Article Content

Eka Asih Putrina Taim

Abstract

Pada daerah aliran Sungai Musi dan Batanghari di Sumatera, terdapat sebaran arca-arca Buddha dari abad ke-7 hingga ke-10 Masehi. Berdasarkan karakteristiknya, maka dapat diketahui pengaruh kebudayaan pembuatannya, serta kronologi pembuatannya. Tujuan penelitian ini adalah memahami perkembangan wilayah pengaruh agama Buddha dan kawasan politik dan agama Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7-9 Masehi berdasarkan pengamatan karakteristik arca Buddha. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode seriasi terhadap tipe dan bentuk arca untuk mengetahui pola sebaran situs yang dipengaruhi oleh perkembangan agama Buddha pada masa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi-lokasi ditemukannya arca-arca Buddha selaras dengan perkembangan kebudayaan dan aktivitas politik masyarakat kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7-9 Masehi. Perkembangan tersebut diawali dari hilir daerah aliran Sungai Musi, dan bergerak ke arah hulu daerah aliran Sungai Batanghari. Pada skala makro, tampak pula perkembangan kawasan pengaruh kebudayaannya mulai dari Sumatera bagian selatan ke Jambi, Sumatera bagian barat, dan Aceh.

A number of 7th-9th centuries Buddhist statues are found distributed on the catchment areas of Sungai Musi and Sungai Batanghari, in Sumatera. The characteristics of Buddhist statues may suggest the cultural influence of their manufacture, as well as the technology and chronology. The purpose of this study is to understand the development of the area of influence of Buddhism and the political and religious region of the Sriwijaya Kingdom in the 7th-9th centuries, based on observing the characteristics of Buddha statues. This research was conducted using the seriation method on the type and shape of the statues to determine the distribution patterns of sites that were influenced by the development of Buddhism at that time. The results showed that the locations where the Buddha statues were found were in accord with the cultural developments and political activities of the people of the Sriwijaya kingdom in the 7th-9th centuries. This development began from the downstream regions of the Musi River catchment and moves towards the upstream regions of the Batanghari River catchment. On a macro scale, the regional development of the culture-influenced commenced from southern Sumatra upwards to Jambi, western Sumatra and Aceh.

Article Details

How to Cite
Eka Asih Putrina Taim. (2024). PERSEBARAN ARCA BUDDHA ABAD KE-7-9 MASEHI: HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN KAWASAN AWAL KERAJAAN SRIWIJAYA. Naditira Widya, 16(2), 95–106. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/nw/article/view/5633
Section
Articles

References

Beals, Samuel. 1883. “Some Remaks Respecting Name Calle d Shi-Li -Fo Shi Ferequenly Named in the Work of Chinese Buddhis It TSing C672.”

Boechari. 1979. “An Old Malay Inscription of Sriwijaya at Palas Pasemah (South Lampung).” Hlm. 18–40 dalam Pra Seminar Penelitian Sriwijaya. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Bosch, FDK. 1961. “An Archaeological Approach to Brahna Problem.” Hlm. 173–98 dalam Selected Studies Indonesian Archaeology.

Brandes, Jan Laurens Andries. 1904. “Toelihcting Op Het Rapport van Den Controleur Der Onderafdeeling Lemaatang Ilir Dan de in Die Streek Aangeroften Oudheden”. NBG 42 Bijlage VI.

Coedes, G. 1930. “les Inscriptions Malaises de Criwijaya” BEFEO 30: 28-80.

Ferdinandus, P. dan Lisa Ekawati. 1995. Penelitian Arkeologi di Museum Mpu Tantular Surabaya. Jakarta.

Guys, John. 2014. “Lost Kingdoms Hindu-Buddhist Sculpture of Early Southeast Asia” The Metropolitan Museum of Art: 74–263.

Krom, N. J. 1931. “Antiquities of Palembang’ .” ABIA: 20–33.

Majumdar, RC. 1935. “The Origin Art of Srivijaya.” JISOA 33:75–78.

Miksic, John N. 2016. Ancient Southeast Asia. London: Taylor&Francis Ltd.

Rangkuti, Nurhadi. 2007. “Peradaban Indonesia Kuno” dalam Menelusuri Jejak-jejak Peradaban di Sumatera Selatan. Palembang: Balai Arkeologi Palembang.

Sartono, S. 1979. “Pusat-Pusat Kerajaan Kerajaan Sriwijaya Berdasarkan Interpretasi Paleografi.” Hlm. 43–73 dalam Pra Seminar Penelitian Sriwijaya. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Schnitger, F. M. 1937. Archaeology of Hindoo Sumatra. Leiden: E.J Brill.

Schnitger, F. M. 1939. Forgotten Kingdom in Sumatra. Leiden: EJ Brill.

Shastri, Hirananda. 1924. “The Nalanda Copper Plate of Devapaladeva.” Ephigraphic Indee 17: 310–27.

Hadiati, Endang Sri. 2010. “Hindu Buddist Iconography in Sumatra.” Aspects of Indonesia Archaelogy 28.

Suhaimi, N. H. 1984. “Art, Archaeology and the Early Kingdom in the Malay Peninsula and Sumatera C 400-1400 AD.” unpublish Phd thesis University of London , London.

Suhaimi, N. H. 1992. “Arkeologi, Seni dan Kerajaan Kuna Sumatera. Selangor”. Ikatan Ahli Arkeologi Malaysia.

Sulaiman, S. 1977. Concise Ancient History of Indonesia (2nd Review). Jakarta: The Archaeological Foundation.

Sulaiman, S. 1979. Sculpture of Ancient Sumatra. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi.

Sulaiman, S. 1981. Scuptiure of Ancient Sumatra. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Utomo, B. B. 2016. Pengaruh Kebudayaan India dalam Bentuk Arca di Sumatera. Jakarta: Yayasan Obor.

Utomo, Bambang Budi. 1994. Situs-Situs Masa Klasik di Wilayah Palembang. Palembang: Pemda TK I Provinsi Sumatera Selatan.

Wolters, OW. 1979. “A Note on Sungsang Village at Estuary of The Musi River in Southeastern Sumatera: A Reconsidation of HIstorical Geography of The Palembang Region.” INDONESIA XXVII: 35–50.

Yamin, M. 1958. Penyelidikan Sejarah tentang Negara Sriwijaya dan Rajakula Syalendra dalam Rangka Kesatuan Ketatanegaraan Indonesia (Vol. 1). Jakarta: Buju Obor.