TOPONIMI BENTENG PENGARON DAN PERISTIWA AWAL PERANG BANJAR
Main Article Content
Abstract
Toponimi ‘benteng’ merupakan nama desa di wilayah Kecamatan Pengaron, in Kalimantan Selatan. Toponimi
tersebut diyakini berhubunan dengan keberadaan benteng Belanda ‘Pengaron’ yang diakui sebagai lokasi awal meletusnya
perang Banjar atau perang Barito. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kembali kawasan Benteng Pengaron yang asli. Penelitian ini menggunakan metode induktif-deskriptif dan teknik pengumpulan data melalui survei, ekskavasi, dan wawancara. Hasil ekskavasi berupa dua struktur bata yang merupakan bagian dari fondasi rumah. Selain bukti-bukti arkeologis berupa
struktur bangunan yang menguatkan hubungan toponimi dan Benteng Pengaron, masih perlu dilakukan kajian arsip tua atau sumber tertulis yang mendukung keeratan hubungan tersebut.
The toponym ‘benteng’ is a name of a village in Kecamatan Pengaron, in Kalimantan Selatan. The toponym is suggested to be associated with the existence of the Dutch fortress ‘Pengaron’ which is recognized as the location of the initial outbreak of the Banjar or Barito War. This study aims to rediscover the original Pengaron fort area. This study uses inductive-descriptive methods and data collection techniques by surveys, excavations and interviews. The excavation yielded two brick structures that are parts of a house foundation. Besides the archaeological evidence of building structures that strengthen the relationship between the toponym and Pengaron fort, it is necessary to undertake a study on old archives or written resources that supports the strong relationship between both data.
Article Details
References
Ayatrohaedi. 1993. “Kata, Nama dan Makna”. Pidato Pengukuhan. Diucapkan pada upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar Madya
Tetap. Depok: Fakultas Sastra, Universitas Indonesia
Erman, Erwiza. 2005. Membaranya Batubara Konflik Kelas dan Etnik Ombilin Sawah Lunto, Sumatera Barat (1892-1996). Depok: Desantara
Ideham, M. Syuriansyah. (Ed) 2007. Sejarah Banjar. Banjarmasin: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan
Selatan
Ikbar, Yanuar. 2013. Perang Fisabilillah di Kalimantan 1859-1863: Menguak Peranan Pangeran Hidayatullah. Jatinangor: Credible
Posewitz, Theodor. 1892. Borneo: Its Geology and Mineral Resources. London: Edward Stanford.
Ress, WA.Van. 1865. Bandjarmasinse Krijg van 1859-1863. Tweede Deel Arnhem. D.A. Thieme Nader Toegelicht : Leiden University
Saleh, Idwar.1979. Studi Mengenai Peranan Pangeran Antasari dalam Perang Banjar 1859-1865. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Simanjuntak, Truman, Dwi Yani Yuniawati, Naniek Hartatiningsih, Endang Sri Hardiati, Sonny Wibisono, dan Fadhila Arifin (eds.). 2008.
Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
Sugiyanto, Bambang. 2006. “Ekskavasi Benteng Oranje Nassau, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan”. Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
Susanto, Nur Nugroho. 2015. “Model Pertambangan Batu Bara Oranje Nassau Pengaron, Inspirasi Penyelamatan Kawasan Pegunungun Meratus”. Hlm. 175-206 dalam Budaya di Kawasan Pegunungan Meratus dalam Perspektif Arkeologi, diedit oleh Bambang Sulistyanto. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin
Syamsuddin, Helius. 2001. Pegustian dan Temenggung Akar Sosial, Politik, dan Dinasti. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Penelitian. 2016 “Penelitian Arkeologi Situs Pengaron Sektor Benteng, di Pengaron Kabupaten Banjar”. Laporan Penelitian
Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Kalimantan Selatan.
Tim Penelitian. 2017 “Penelitian Terpadu Kawasan Tambang Batu Bara Pengaron Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan”.
Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Kalimantan Selatan.
Wirayudha, Randi. “Tiga Versi asal-usul Warung Buncit”. Diunduh 23 Oktober 2018 (https://historia.id/kota/articles/tiga-versi-asal-usulwarung-
buncit-P14rM)