SUMBER DAYA ARKEOLOGI KUTAI KARTANEGARA: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya dan Daya Tarik Wisata
Main Article Content
Abstract
Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki warisan budaya dan keragaman budaya yang masih ada relevansinya sekarang. Bagaimana menjadikan keragaman budaya yang dimiliki masyarakat dapat dikemas sebagai identitas sekaligus sebagai daya tarik wisata? Penelitian ini membahas pengemasan keragaman sumberdaya arkeologi Kutai Kartanegara untuk dapat digunakan oleh komunitas yang lebih luas sehingga dapat menjadi identitas budaya dan daya tarik wisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif-deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber daya arkeologi di Kutai Kartanegara mengandung nilai simbolis dan estetika yang masih relevan dengan populasi
saat ini. Peningkatan pemahaman publik tentang nilai keanekaragaman budaya yang ditemukan dalam sumber arkeologi
adalah masalah penting dalam identitas budaya. Dengan demikian, mensinergikan sumber daya dan komponen pariwisata
lainnya yang melekat pada sumber daya arkeologi Kutai Kartanegara adalah tujuan yang penting.
Kutai Kartanegara Regency has a cultural heritage and cultural diversity that still have relevance today. How can we relate this heritage and diversity to the needs of modern tourism? This study discusses the diversity of archaeological resources in Kutai Kartanegara so that they can be used by the wider community for purposes of cultural identity and tourist
attraction. The method used in this research is qualitative-descriptive approach. Research results suggest the archaeological resources in Kutai Kartanegara carry symbolic and aesthetic values that are still relevant to the current population.
Increased public understanding of the value of cultural diversity found in archaeological resources is an important issue in cultural identity. Thus, synergizing the resources and other tourism components inherent in the archaeological resources of Kutai Kartanegara is an important goal
Article Details
References
Adham, M. 2002. Salasilah Kutai. Tenggarong: Bagian Kehumasan dan Keprotokolan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara.
Adrisijanti, I. 2000. Arkeologi Perkotaan Mataram Islam. Yogyakarta: Jendela
Ap, J. dan B. Mark. 1999. “Balancing Cultural Heritage, Conservation and TourismDevelopment in a Sustainable Manner” Paper presented at the International Conference: Heritage and Tourism, 13th–15th December. Hong Kong
Astiti, Ni Komang Ayu. 2010. “Pusat Kerajaan Kutai Kartanegara Abad XIII – XVII (Kajian Sumber Daya Budaya)”. Tesis. Depok: FIB UI.
______. 2017. “Kawasan Kompleks Bangunan Megalitik di Kabupaten Lahat Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya dan Alam”. Kapata Arkeologi 13 (2): 195-208.
Cleere, Henry. 1989. “Introduction:The Rationale of Archaeological Heritage Management”. Hlm 1-19 dalam Henry F.Cleere (ed) Archaeological Heritage Management in the Modern World. London: Unwin Hyman
Damanik, J. dan Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi.
Damanik, J. 2013. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dahlan. 2003. Dari Swapraja ke Kabupaten Kutai. Tenggarong: Museum Negeri Mulawarman
Davidson. 1997. Strategic Marketing Mix, 5th Edition. The Mc Graw Hill Companies, Inc
Gunn, C.A. 1998. Tourism Planning 2nd Edition. New York: Taylor and Francis.
Graburn, N.H.H. 2000. “Tradition, Tourism and textile: Creativity at the Cutting Edge”. Hlm. 338-353 dalam Building on Batik The
Globalization of a Craft Community, editor M. Hitchcock dan W. Nuryanthi. Burlington: Ashgate.
Jameson, Daphne A. 2007. “Reconceptualizing Cultural Identity and Its Role in Intercultural Business Communication”. Journal of Business Communication 44(3): 199-235
Koentjaraningrat. 1998. Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta: Rineka Cipta
Kotler, Philip. 1997. Marketing Management Analysis, Planning, Implementation and Control (9th ed.). New Jersey: Prentice Hall International, Inc.
Liliweri. 2001. Gatra gatra komunikasi antar budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset
Liliweri. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Lipe, W. 1989. “Value and Meaning in Cultural resources”. In approaches to the Archaelogical Heritage, ed. H.Cleere. New York: Cambridge University Press.
Maryani. 1991. “Pengantar Geografi Pariwisata. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP.
Pendit. 1999. Ilmu Pariwisata. Jakarta: Akademi Pariwisata Tri Sakti.
Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Jakarta
Presiden Republik Indonesia. 2010. Undang – Undang RI Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. Jakarta.
Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rai, Utama. 2011. “Refleksi Pembangunan Pariwisata Bali: Antara Pelestarian Budaya dan Pembangunan Ekonomi”. Di Unduh 21
Februari 2018 https://tourismbali.wordpress.com/2011/07/18/refleksi-pembangunan-pariwisata-balian t a r a - p e l e s t a r i a n - b u d a y a - d a n -pembangunan-ekonomi)
Rai, Utama. 2016. “Mengelola Warisan Budaya sebagai Produk Pariwisata”. Di Unduh 21 Februari 2018 (https://
www.r esearchgate.net/publica tion/280011503).
Sedyawati, Edi . 2003. “Warisan Budaya Intangible yang Tersisa dalam yang Tangible”. Ceramah Ilmiah Arkeologi disampaikan pada tanggal 18 Desember 2003 di Fak. Ilmu Pengetahuan Budaya UI. Depok: Universitas Indonesia.
Sihite. 2000. Tourism Industry. Surabaya : SIC.
Soebadio H. 1993/1994. “Arkeologi dan Pengembangan Sosial Budaya Bangsa”. Hlm 3-13 dalam Proceeding PIA VI. Jakarta: Puslit Arkenas.
Tjandrasasmita. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia Dari Abad XIII-XVIII Masehi. Jakarta: Penerbit Menara Kudus.
Wiryomartono. 1995. Seni Bangunan dan Seni Binakota di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.