STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU SERAM MALUKU TENGAH, INDONESIA
Main Article Content
Abstract
Tulisan ini memberikan gambaran tentang perbandingan motif hias prasejarah yang terdapat pada arsitektur di wilayah Pulau Seram Maluku Tengah. Permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana bentuk dan keletakan motif-motif hias tersebut pada rumah di wilayah Seram bagian Selatan dan Seram Bagian Utara. Kawasan Maluku Tengah dipilih dalam pembahasan ini, karena memiliki dua alasan penting, yaitu secara geografis Pulau Seram (Maluku Tengah) merupakan salah satu Pulau Besar yang membentang secara horizontal di garis wallacea; dan lokasi penelitian yang dibahas tidak mengenal atau memiliki tradisi megalitik. Tujuan penelitian kiranya dapat memberikan informasi penting bagi penelitian arkeologi di Maluku. Metode penelitian menggunakan pendekatan etnoarkeologi, dengan teknik pengumpulan data berupa observasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan motif hias arsitektur di Seram Utara lebih banyak ditemukan pada tiang-tiang kayu penyangga rumah panggung dan anak tangga, sedangkan pada arsitektur di
Seram Selatan lebih banyak ditemukan motif hias pada dinding, pintu, ruang tamu, tiang, dan digantung. Motif-motif hias
arsitektur tersebut pun variatif seperti, motif binatang, geometris, antropormorfik, dan manusia. Jenis-jenis motif hias tersebut
untuk wilayah Seram Utara lebih didominasi oleh motif geometris dan antropormorfik, sedangkan Seram Selatan lebih didominasi oleh motif binatang, geometris, dan antropormorfik.
This paper provides an overview of the comparison of prehistoric ornamental motifs found on architecture in the
area of Seram Island in Central Moluccas. The problems in this paper is how the shape and llocation of decorative motifs
at traditional houses in the Island of South Seram and North Seram. The Central Moluccas region is chosen because of two
important reasons. Firstly, Seram Island (Central Moluccas) is the big island that stretches horizontally in the Wallacea line.
Secondly, the sites did not recognize or have megalithic traditions. The study aims to provide important information of
archaeology in Moluccas. Research method is using ethnoarchaeology approach, data are collected by observation technique and literature study. The results show that the comparison of decorative motifs of architecture in North Seram is more commonly found on the supporting wooden poles and stair of houses, while in South Seram, ornamental motifs are
more found on walls, doors, living room, pole, and some of ornament are hung. Architectural motifs are also varied, such as
animal motifs, geometric, anthropormorphic, and human. The type of decorative motifs for the North Seram region is dominated by geometric and anthropormorphic, while South Seram is more dominated by animal motifs, geometric, and anthropormorphic.
Article Details
References
Ajawaila, J. W. 2005. “Dinamika Budaya Orang Maluku.” Hlm. 159-79 dalam Maluku Menyambut Masa Depan. Ambon Maluku: Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
Arifin, Karina. 1992. Lukisan Batu Karang Di Indonesia: Suatu Evaluasi Hasil Penelitian. Depok: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.
Forth, G. 1998. “Ritual Implications of Settlement Change An Eastern Indonesian Example.” Bijdragen Tot De Taal-, Land – En Volkenkunde 154 (4): 593–612.
Fox, James J. 2006. Inside Austronesian Houses Perspective on Domestic Design For Living. Canberra Australia: The Australia National University Press.
Handoko, Wuri. 2016. “Arkeologi Sejarah Islam di Pesisir Selatan Pulau Seram Maluku Tengah.” Kapata Arkeologi 12 (1): 79–90.
Istari, T. M. Rita. 2012. “Ragam Hias Non-Cerita pada Relief Candi untuk Perkembangan Motif Batik Kontemporer.” Naditira Widya 6(1): 64–78.
Jatmiko dan Muhammad Mujabuddawat. 2016. “Jejak Budaya Paleolitik di Pulau Seram: Kajian Migrasi Manusia Awal di Wilayah Indonesia Timur.” Kapata Arkeologi 12(1): 71–78.
Maryone, Rini. 2010. “Fungsi Perahu Dalam Kehidupan Masyarakat Waropen.” Kapata Arkeologi 6 (11): 66–75.
Nuralia, Lia. 2017. “Kajian Arti dan Fungsi Ragam Hias pada Rumah Tuan Tanah Perkebunan Tambun, Kabupaten Bekasi.” Purbawidya 6 (1): 43–60.
Rijoly, L. C. Joseph dan Frans. 2005. “Arsitektur Tradisional Maluku.” Hlm. 39–48 dalam Maluku Menyambut Masa Depan. Ambon Maluku:
Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
Ririmasse, Marlon N. R. dan Karyamantha Surbekti. 2016. “Karakteristik dan Habitasi Moluska di Situs Hatusua Seram Bagian Barat Maluku Indonesia.” Kapata Arkeologi 12(1): 91–102.
Ririmasse, Marlon N. R. 2010. “Boat Symbolism And Social Identity in the Southeast Moluccas.” Naditira Widya 4(2): 245–256.
————. 2016. “Arkeologi Kawasan Hatusua di Seram Bagian Barat Maluku: Hasil Penelitian Terkini dan Arah Pengembangannya.” Kapata Arkeologi 12(2): 125–136.
Salhuteru, Marlyn. 2007. “Megalitik di Maluku.” Kapata Arkeologi 3 (4): 40-49.
Salhuteru, Marlyn dan Lucas Wattimena. 2011. “Tradisi Megalitik dan Sistem Nilai Budaya Maluku.” Kapata Arkeologi 7(13): 59–76.
Santiko, Hariani. 2015. “Ragam Hias Ular-Naga di Tempat Sakral Periode Jawa Timur.” Amerta 33 (2): 85–96.
Sihasale, Wem R. 2005. “Pola Pengelompokkan Adat dan Sistem Pemerintahan Adat di Maluku.” Hlm. 67–88 dalam Maluku Menyambut Masa Depan. Ambon Maluku: Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
Soselisa, Hermien. 2005. “Pengelolaan Lingkungan dalam Budaya Orang Maluku.” Hlm. 198–214 dalam Maluku Menyambut Masa Depan. Ambon Maluku: Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
Spriggs, Matthew, Sue O’Connor, dan Peter Marius Veth. 2006. “The Aru Islands In Perspektive: a General Introduction”. Hlm 1-24 dalam The Archaeology of the Aru Islands, Eastern Indonesia, editor O’Connor Sue, Matthew Springs, dan Peter Marius Veth. Australia: The Australia National University Press.
Sudarmika, G. M. 2006. “Unsur Religi pada Bangunan Peninggalan Perahu Batu di Tanimbar Selatan, Maluku Tenggara Barat.” Kapata Arkeologi 2 (2): 23–33.
Sunarningsih. 2012. “Ragam Hias Seni Ukir pada Bangunan Tradisional Banjar: Dulu dan Sekarang”. Naditira Widya 2(1): 78–86.
Sutrisna, Deni. 2012. “Surat-Surat Melayu Beriluminasi di Abad ke-18 dan ke-19 di Sumatra: Inspirasi Seni Motif dan Ragam Hias Persuratan Penting di Masa Kini.” Naditira Widya 6(1): 35–51.
Tamaela, Christian Izaac. 2016. “Identitas Ke Maluku-an dalam Pembangunan Bangsa.” Hlm. 291–306 dalamFalsafah Siwalima dalam Simbol-simbol Tradisional Maluku. Ambon Maluku: Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
Tanudirjo, Daud Aris. 2009. “Memikirkan Kembali Etnoarkeologi.” Arkeologi Papua2 1(2): 1–15.
-------. 2011. “Interaksi Austronesia-Melanesia; Kajian Interprestasi Teoritis.” Hlm. 23–42 dalam Austronesia-Melanesia di Nusantara mengungkap Asal Usul dan Jati Diri dari Temuan Arkeologis. Jogjakarta: Ombak.
Tim Penelitian. 2012a. “Laporan Penelitian Antropologi dan Arkeologi Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Patalima di Teluk Elpaputih”. Laporan Penelitian Antropologi. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.
Tim Penelitian. 2012b. “Laporan Penelitian Arkeologi Survei Arkeologi Rumah Tradisional di Pesisir Selatan Pulau Seram Ambon Maluku”. Laporan Penelitian Arkeologi. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.
Tim Penyusun. 2014. “Laporan Penelitian Arkeologi Perahu Tradisional di Kepulauan Maluku Tinjauan Awal Perahu Tradisional di Pulau Saparua, Maluku Tengah (Studi Etnoarkeologi)”. Laporan Penelitian Arkeologi. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.
Wattimena, Lucas. 2014a. “Arsitektur Rumah Tradisional di Maluku Studi Etnoarkeologi.” Berkala Arkeologi 33(2): 201–210.
———. 2014b. “Masyarakat Patalima i Teluk Elpaputih, Maluku.” Amerta 32(2): 111–118.
———. 2015. “Rumah Orang Huaulu di Pulau Seram, Maluku Tengah.” Kapata Arkeologi 11(2): 155–164.
———. 2017. “Cosmology of Habo Tetear Kei People, Southeast Molluccas.” Purbawidya 6 (1): 33–42.