SUNGAI BARITO DALAM PERSEBARAN SUKU DAYAK DI KALIMANTAN BAGIAN TENGGARA
Main Article Content
Abstract
Sungai Barito merupakan sungai besar yang berhulu di Pegunungan Schwaner Muller di bagian utara Kalimantan Tengah dan bermuara di Banjarmasin menuju Laut Jawa. Sebagai sungai terlebar di Indonesia, Barito terkenal sejak ratusan tahun silam hingga kini. Berbagai mitos dan legenda tercipta di sekitar aliran sungai ini. Situs-situs kuno tersebar dari hilir hingga hulu sungai, seperti situs Kerajaan Banjar di Banjarmasin, situs Patih Muhur di Batola, dan permukiman suku Dayak di bagian tengah hingga hulu Sungai Barito. Artikel ini akan membahas tentang keberadaan Sungai Barito (dan anak sungainya) kaitannya dengan persebaran suku Dayak di Kalimantan bagian tenggara. Tujuan dari tulisan ini adalah mengetahui persebaran suku Dayak berdasar persebaran data arkeologi, sejarah, dan tradisi di sepanjang Sungai Barito dan anak-anak sungainya di bagian tenggara Kalimantan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan penalaran induktif. Data diperoleh dari berbagai sumber terutama hasil penelitian Balai Arkeologi Kalimantan Selatan dan studi pustaka. Keberadaan sungai berpengaruh pada konsep religi dan bentuk pola hunian. Dalam konsep religi, Sungai Barito sering disebut dalam mantrabalian sebagai tempat tinggal pidara. Dari hasil analisis pemanfaatan ruang dan persebaran hunian diketahui pola hunian yang cenderung mengelompok tidak jauh dari sungai, meskipun ada juga yang memanjang di tepi sungai. Persebaran suku Dayak di Kalimantan bagian tenggara dimungkinkan melalui Sungai Barito dan anak-anak sungainya, seperti Sungai Negara dan Martapura.
Barito River is a large river which disembogues at Schwaner Muller Mountains in the northern part of Central Kalimantan, and empties in Banjarmasin towards Java Sea. As the widest river in Indonesia, Barito is famous since hundreds of years ago to the present. Various myths and legends had been created around this river. The ancient sites
scattered from downstream to upstream, such as Banjar Kingdom in Banjarmasin, Patih Muhur in Batola, and settlement of Dayak tribe along the middle to upper Barito River. This article discusses about the existence of Barito River (and its tributaries) and its connection with the Dayak dispersal in southeastern part of Kalimantan. The purpose of this paper is to determine the distribution of the Dayak based on archaeological data distribution, historical data, and tradition along the Barito River and its tributaries in the southeastern part of Kalimantan. The method used is descriptive with inductive reasoning. Data obtained from various sources specially from Balai Arkeologi Kalimantan Selatan research reports, and literature study. The river existence has affected of religion concept and occupancy patterns. In the religion concept, the Barito River often called in the balian spell as a residence of pidara. The results of spatial analysis and settlement spread is that patterns of occupancy is near the river as a cluster, although there is also linear pattern along the riverbank. The
dispersal of Dayak in the southeastern part of Kalimantan is possible through of the Barito River and its tributaries, such as the Negara River and Martapura River.
Article Details
References
Anggraeni dan Sunarningsih. 2007. “Permukiman Prasejarah Situs Jambu Hilir, Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan”. Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Bellwood, Peter. 2017. “Austronesian Studies in 2016: Where are We Now”. Hlm. 7-21 dalam Austronesian Diaspora a Perspective. Proceedings the International Symposium on Austronesian Diaspora, editor Bagyo Prasetyo, Titi Surti Nastiti dan Truman Simanjuntak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Bock, Carl. 1988. The Head Hunters of Borneo. Singapura: Graham Brash (Pte) Ltd.
Bondan, Amir Hasan Kiai. 1953. Suluh Sejarah Kalimantan. Banjarmasin: MAT Percetakan Fadjar.
Chalmers, Iyan. 2007. “The Islamization of Southern Kalimantan: Sufi Spiritualims, Ethnic Identity, Political Activism”. Studi Islamika- Indonesian Journal for Islamic Studies 14 (3): 371-417.
Coomans, Mikhail. 1987. Manusia Daya Dulu, Sekarang dan Masa Depan. Jakarta: PT Gramedia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984. Sejarah Sosial Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Dirjen Kebudayaan. 1979. Monografi Daerah Kalimantan Timur. Jakarta: Dirjenbud, Depdikbud.
Fajari, Nia M.E. 2012. “Eksplorasi Jejak Budaya di Hulu Sungai Riam Kanan”. Berita Penelitian Arkeologi Balai Arkeologi Banjarmasin 6 (1): 1-32.
Hadiwijono, Harun. 1985. Religi Suku Murba di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hall, Kenneth R. 1985. Maritime Trade and State Development in Early Southeast Asia. Honolulu: University of Hawaii Press.
Hartatik. 2007. “Teknologi Pembuatan Alat Logam di Nagara Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan”. Hlm. 42-61 dalam
Perkembangan Teknologi dan Ekonomi dalam Perspektif Arkeologi, editor Herry Porda Nugroho Putro. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
—————-. 2012. “Religi dan Peralatan Tradisional Suku Dayak Meratus di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan”. Berita Penelitian Arkeologi Balai Arkeologi Banjarmasin 6: 57-100.
—————-. 2014. “Perbandingan Bahasa dan Data Arkeologi pada Suku Tidung dan Dayak di Wilayah Nunukan: Data Bantu Untuk Rekonstruksi Sejarah dan Perubahan Budaya”. Naditira Widya Vol. 8 (1): 29-48.
—————-. 2015. “Keberlanjutan Budaya di Pelajau”. Kindai Etam 1 (1): 19-48.
Ideham, Suriansyah; Sjarifuddin, Gazali Usman, Zainal Arifin Anis, dan Wajidi. 2007. Orang Banjar dan Kebudayaannya. Banjarmasin: Balitbangda Prov. Kalsel.
Kusmartono, Vida P.R., dan Harry Widianto. 1998. “Ekskavasi situs Candi Agung Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan”. Berita Penelitian Arkeologi Balai Arkeologi Banjarmasin (2): 1-65.
Lindblad, J. Thomas. Antara Dayak dan Belanda, Sejarah Ekonomi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan 1880-1942. Malang: Lilin Persada Press.
Nasruddin. 1996/1997. “Ekskavasi Situs Jambu Hilir Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan”. Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin
.
Oktrivia, Ulce. 2011. “Potensi dan Karakteristik Situs Arkeologi di Kawasan Pegunungan Muller”. Berita Penelitian Arkeologi Balai Arkeologi Banjarmasin 5 (1): 49-68.
Pikrianadi, Usah. 1990. “Upacara Mia (Mambatur) dalam Perspektif Budaya Suku Dayak Maanyan Desa Warukin Kabupaten Tabalong”. Skripsi. Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung Mangkurat.
Qalyubi, Imam. 2012. “Suku Bakumpai, Sebuah Pergulatan Identitas Antara Dayak dan Melayu: Sebuah Tinjauan Budaya dan Linguistik”. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 6 (2): 67-87.
Ras, JJ. 1968. Hikajat Bandjar: A Study Indonesia Malay Historiography. The Hague: Martinus Nijhoff.
Reid, Anthony, 1984, “The Pre-colonial Economy of Indonesia”. Bulletin of Indonesian Economic Studies 20(2): 151-67.
Schärer, Hans. 1963. Ngaju Religion The Conception of God among a South Borneo People. The Hague: Martinus Nijhoff.
Sillander, Kenneth. 2004. “Expressed Through Social Action among the Bentian of Indonesian Borneo. Helsinki (Finland): Research Institute Swedish School of Social Science University of Helsinki”. Diunduh 16 September 2013 (http:ethesis.helsinki.fi/julkaisut/val/sosio/
vk/sillander/actingau.pdf.).
Sjamsuddin, Helius. 2014. Pegustian dan Temenggung. Akar Sosial, Politik, Etnis dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1856-1906. Yogyakarta: Penerbit Obor.
Sulistyanto, Bambang. 2000. “Umur Candi Laras dalam Panggung Sejarah Indonesia Kuna”. Berita Penelitian Arkeologi Balai Arkeologi Banjarmasin (7): 1-45.
Sunarningsih. 2006. “Ekskavasi Situs Candi Agung Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan”. Berita Penelitian Arkeologi Balai Arkeologi Banjarmasin (17): 15-34.
___________. 2012. “Penelitian Arkeologi Situs Pulau Jangkung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan”. Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
___________. 2015. “DAS Barito dan Jejak Kehidupan Masyarakat Proto Sejarah”. Hlm.85-116 dalam Budaya di Kawasan Pegunungan Meratus dalam Perspektif Arkeologi, editor Bambang Sulistyanto. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
Suprayogo, Imam dan Tobroni, 2003. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Susanto, Nugroho Nur dan Gunadi. 2009. “Perluasan Pusat-Pusat Kerajaan Banjar”. Berita Penellitian Arkeologi Balai Arkeologi Banjarmasin 3(1): 62-92.
Susanto, Nugroho Nur. 2013. “Pengaruh Islam Terhadap Identitas Tidung Menurut Bukti Arkeologi”. Naditira Widya 7(2): 117-129.
Tim Penelitian. 2015. “Laporan Penelitian Permukiman Kuno di Kawasan Cindai Alus Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan”. Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
Umberan, Musni. 1993. Sejarah Kebudayaan Kalimantan. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Usman, Gazali. 1989.Orang Banjar dalam Sejarah. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press.
Wasita. 2004. “Penelitian Perbedaan Ritual Kematian pada Tiga Kelompok Budaya di Masyarakat Dayak Maanyan di Barito Timur”. Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
—————. 2007. “Ekskavasi Permukiman Lahan Basah di Situs Gambut, Kabupaten Banjar dan Patih Muhur, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan”. Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
Widianto, Harry. 2002. “Prehistoric Inhabitans of Gunung Sewu”. Hlm. 227-248 dalam Gunung Sewu in Prehistoric Times, editor Truman Simanjuntak. Yogyakarta: Gajdah Mada University Press.