PENEMPATAN BANGUNAN CANDI TINGKIP, LESUNG BATU, DAN BINGIN JUNGUT PADA BENTANG LAHAN FLUVIAL MUSI RAWAS PROVINSI SUMATRA SELATAN
Main Article Content
Abstract
Keberadaan bangunan Candi Tingkip, Lesung Batu, dan Bingin Jungut menunjukkan adanya sisa peradaban
Hindu-Buddha di Daerah Musi Rawas. Daerah Musi Rawas memiliki bentang lahan fluvial dari hulu Sungai Musi sampai
dengan hulu Sungai Rawas. Pada wilayah tersebut manusia berusaha berinteraksi dengan alam tidak hanya untuk bertahan
hidup tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan ritualnya. Masyarakat pada masa lalu telah beradaptasi dengan lingkungan dengan mempertimbangkan lingkungan fisik dalam mendirikan bangunan candi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk adaptasi manusia pendukung bangunan candi, yaitu keletakan bangunan Candi Tingkip, Lesung Batu, dan Bingin Jungut pada bentang lahannya dan mengetahui hubungan penempatan bangunan candi dengan tanah dan batuan. Metode yang dipakai adalah metode kualitatif dengan analisis ruang sebaran bangunan candi dengan lingkungan fisiknya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bentuk adaptasi manusia pendukung Candi Tingkip, Lesung Batu, dan Bingin Jungut adalah menempatkan bangunan candi pada lahan yang berdekatan dengan sumber air, mendirikan bangunan candi di atas tanah
lempung dan memilih lokasi candi yang menyediakan material bangunan candi.
The existence of Tingkip, Lesung Batu and Bingin Jungut temples show the remain of the Hinduism-Buddhism civilization in Musi Rawas region. The region has fluvial landscape from downstream to upstream Rawas River. Local people in the past had interacted with nature not only to survived but also perfomed religious activity. They had adapted how to build temples by considering the physical environment. This research purposes to know the form adaptation in the past, which are
related to the landscape of temples location and the placement of temple building with soil and rock. The method used is qualitative with spatial analysis of physical environment of temples. The results show that adaptation form the past people in Tingkip, Lesung Batu and Bingin Jungut had placed the temples building on the land that near the water source on the clay soil, and choosed the locations that provided the materials.
Article Details
References
Boehari, 1980. "Candi dan Lingkungannya". Hlm 328-329 dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi II (Cibulan, 21-25 Februari 1977). Jakarta : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Budisantoso, Tri Marhaeni. 2004. "Indikasi Perdagangan di Daerah Aliran Sungai Musi Masa Klasik". Jurnal Siddhayatra 9 (1): 12-17.
Eriawati, Yusmaeni. 1999. "Adaptasi Manusia Penghuni Kompleks Gua Maros terhadap Lingkungan pada Masa Prasejarah di Maros". Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
Hardiati, Endang Sri. 2010. "Hindu-Buddhist Iconography in Sumatera". Aspect of Indonesia Archaeology Journal 28: 18-20.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Arkamedi Presind. Intan, M.F.S. 2009. "Lingkungan Geologi Situs Candi Sewu, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah". Kalpataru 19 (1): 19-26.
Kusumohartono, Bugie. 1993. "Potensi Lingkungan Regional dan Pertumbuhan Peradaban Kuna di Palembang". Himpunan Hasil Penelitian Arkeologi di Palembang I: 28 - 43.
Mundardjito, 1985. "Metode Penelitian Permukiman Arkeologi". Rapat Evaluasi Metode Penelitian Arkeologi I: 4.
Mundarjito. 2002. "Pertimbangan Ekologi dalam Penempatan Situs Masa Hindu-Buddha di Daerah Yogyakarta". Disertasi. Depok: Universitas Indonesia.
Prasetyo, Sigit Eko. 2016. "Penelitian Gua-Gua Di Napal Licin Kabupaten Musirawas Tahap II". Laporan Penelitian Arkeologi. Palembang: Balai Arkeologi Palembang.
Prijono, S. 2001. Situs Gunung Lumpang, Kabupaten Cirebon sebagai Pendukung Budaya Megalitik. Manusia dan Lingkungan I. Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar. 13-25
Rangkuti, Nurhadi. 2014. "Sebaran Situs Pra Sriwijaya di Rawas Pasang Surut: Kajian Arkeologi Ruang di Kawasan Karang Agung Tengah, Sumatera Selatan". Berkala Arkeologi 34 (1): 55-64.
Restiadi, Anton. 2008. "Gambaran Pemanfaatan Lahan Basah (Wetland) pada Masa Jawa Kuna". Berkala Arkeologi Sangkhakala XI (22): 14-21.
Santiko, Hariani. 1996. "Seni Bangunan Sakral Masa Hindu-Buddha di Indonesia (Abad VIII-XV Masehi), Analisis Arsitektur dan Makna Simbolik". Jurnal Arkeologi Indonesia 2: 136-142.
Siregar, Sondang Martini. 2005. "Keramik Asing dari Daerah Aliran Sungai Lematang". Jurnal Siddhayatra 10 (2): 58-62.
Steward, Julian Haynes. 1976. Theory of Culture Change: The Methodology of Multilinear Evolution. Chicago: University of Illinois Press.
Siregar Sondang Martini. 2014. "Penelitian Tata Ruang Percandian Lesung Batu". Laporan Penelitian Arkeologi. Palembang: Balai Arkeologi Palembang.
Siregar, Sondang Martini. 2015. "Penelitian Arkeologi Situs Masa Hindu-Buddha di Daerah Musi Rawas". Laporan Penelitian Arkeologi. Palembang: Balai Arkeologi Palembang.
Soedewo, Ery. 2008. "Sumberdaya Lahan di Situs-Situs Masa Hindu-Buddha di Daerah Aliran Sungai Batang Gadis dan Batang Angkola". Berkala Arkeologi Sangkhakala XI (22): 49-51.
Soeroso, M.P. 1995. "Pola Persebaran Situs Bangunan Masa Hindu-Buddha di Pesisir Utara Wilayah Batujaya dan Cibuaya Jawa Barat: Tinjauan Ekologi". Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
Soil Survey Staff, 2014. Keys to Soil Taxonomy, Twelfth Edition. Washington DC: United States Department of Agriculture-Natural Resources Conservation Service.
Sutikno. 1988. "Penelitian Potensi Air Tanah di Lereng Gunung Api Merapi Tahap I". Laporan Penelitian Arkeologi. Yogyakarta: Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional dan Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada.
Susetyo, Sukowati. 2006. "Permukiman di Lingkungan Biaro: Studi terhadap Biaro Mangaledang, Padang Lawas". Amerta 24 (1): 35-40.