LAPANGAN TERBANG BELANDA DI MELAK-SENDAWAR SEBAGAI PERTAHANAN UDARA KALIMANTAN TIMUR
Main Article Content
Abstract
Salah satu lapangan terbang yang menarik untuk diteliti di wilayah Kalimantan Timur adalah lapangan terbang yang dibangun oleh Belanda di Melak-Sendawar. Artikel dengan tujuan untuk mendeskripsi peninggalan arkeologi di lapangan terbang tersebut akan menggunakan metode induktif interpretatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa lapangan terbang dibangun sebagai antisipasi menghadapi invasi Jepang. Hal tersebut terlihat pada keberadaan landasan pacu ganda yang dikelilingi oleh sarana dan prasarana pendukung seperti kantor pusat komando, pillbox, gudang peluru, bunker, penjara, penampungan air, gardu listrik, jaringan jalan, bahkan rumah sakit. Fasilitas tersebut menggambarkan adanya strategi untuk mempertahankan Kalimatan Timur yang kaya akan sumber mineral. Disimpulkan bahwa keberadaan bandara Melalan dengan prasarana pendukungnya menunjukkan strategi pertahanan yang terencana dan matang (dapat menjadi model pertahanan nasional yang kokoh). Bandara yang juga sebagai Pangkalan Samarinda II ini juga pernah berperan dalam persiapan operasi “Ganyang Malaysia” semasa konfrontasi pada tahun 1964.
There is an interesting airport bulit by Dutch to be considerable studied in Melak-Sendawar, East Kalimantan Province. The paper with aim to describe archaeological data at the airport uses inductive interpetatif method. The result shows that the airport has been built to anticipate the Japanese invasion. That are supported by the existence of double runway surrounded by facilities such as command center office, pillboxes, arsenals, bunkers, prisons, water storages, electrical substations, roads, and hospitals. Those infrastructures represented a strategy to harbor East Kalimantan which has ample of mineral resources. It is concluded that the existence of Melalan airport and surrounding fasilities are evincing of planned air defense (could be a model of sturdily national defence). This airport which was also called as Samarinda II airfield had a role in preparation of “Ganyang Malaysia” operation during confrontation in 1964.
Article Details
References
Brosot, James A. 1999/2000. 18 September 2015. “Dutch Airforce Orber of Battle in Dutch EastIndies 30 November 1941.” ( w w w . w a r f a r e a l t e r v i s t a . o r g /DutcheEastIndies/Dutchoob.htmlLindblad).
Lindblad, J. Thomas, 2012. Antara Dayak dan Belanda. Malang: Lilin Persada Press Matanasi, Petrik. 2007. KNIL Bom Waktu Tinggalan Belanda. Yogyakarta : Medpress
Ojong, P.K. 2006. Perang Pasifik. Jakarta: Gramedia.
Onghokham. 2014. Runtuhnya Hindia Belanda: Hindia Belanda Menghadapi Perang. Jakarta: Gramedia.
Santosa, Iwan. 2004. Tarakan Pearl Harbor Indonesia (1942-1945). Jakarta: Gramedia
Susanto, Nugroho Nur. 2007. “Penelitian Tata Kota Kuno Kolonial di Tarakan, Kalimantan Timur.” Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
________________. 2011. “Penelitian Eksploratif Peninggalan di Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten barito Timur, Kalimantan Tengah.” Laporan Penelitian Arkeologi. Balai Arkeologi Banjarmasin.
Suyono, Capt. R.T. 2003. Peperangan Kerajaan di Nusantara Penelusuran Pustaka Sejarah. Jakarta: Grasindo
Teeuw. A. 2002. Kamus Indonesia Belanda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tim Penelitian. 2008. “Penelitian Arkeologi Eksplorasi di Kabupaten Kutai Barat”. Laporan Penelitian Arkeologi. Barong Tongkok: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kutai Barat.