BATU SILINDRIS DAN BUDIDAYA TEBU DI BANTEN, BATAVIA, DAN SEKITARNYA PADA ABAD KE 17—18

Main Article Content

Libra Hari Inagurasi

Abstract

Banten dan Batavia adalah contoh dua kota pada abad ke-17 -18 yang memproduksi gula dari bahan baku tebu. Pembuatan gula di Banten dan Batavia dilakukan oleh orang-orang Cina.Tujuan dari tulisan ini adalah memberikan gambaran tentang peralatan yang digunakan untuk menggiling tebu beserta lokasi-lokasinya di Kota Banten, Batavia, dan sekitarnya abad ke-17-18. Adapun tahap-tahap dalam penulisan ini adalah deskripsi terhadap data arkeologi dan penelusuran literatur. Hasil dari penelitian ialah diketahuinya alat yakni batu untuk menggiling tebu dinamakan molen di Museum Situs Banten Lama, Museum Sejarah Jakarta, dan di Kalapadua, Tangerang. Tempat-tempat penggilingan tebu di Banten berada di pemukiman orang Cina seperti Pabean dan Pamarican, adapun di Batavia berada di Ommelanden, misalnya di tepi Sungai Ciliwung. Dalam pembahasan, batu-batu penggilingan tebu yang telah ditemukan tersebut diperbandingkan dengan batu sejenis yang terdapat di Museum Gula di Klaten, Jawa Tengah, guna direkonstruksi cara penggunaannya. Adapun kesimpulan dari tulisan ini Banten dan Batavia abad ke-17-18 menjadi pusat produksi gula di belahan barat Pulau Jawa menggunakan alat dibuat dari bahan batu berbentuk silindris (molen).


 


Banten and Batavia are two cities which produced sugar from sugar cane feedstock during the 17-18th century. The manufactures of sugar in Banten and Batavia were conducted by Chinese. This paper aims to describe the equipments for grinding sugar cane and locations of manufactures not only in Banten and Batavia, but also its surroundings. The method used is description of the archaeological data and literature study. The result shows that there is a stone tool for grinding sugar cane called molen which are being collection at Banten Lama Site Museum, Jakarta History Museum, and
in Kalapadua, Tangerang. The sugar mill in Banten were located in Chinatown, such as Pabean and Pamarican, while in Batavia were located in Ommelanden, on the Ciliwung riverbanks. In the discussion, the grinding stones have been compared to similar objects from Sugar Museum in Klaten, Central Java, for reconstruction how the use of tool. It can be concluded that during 17-18th century, Banten and Batavia have become the center of sugar production in western Java, and had been using the cylindrical stone for grinding tool.

Article Details

How to Cite
Libra Hari Inagurasi. (2024). BATU SILINDRIS DAN BUDIDAYA TEBU DI BANTEN, BATAVIA, DAN SEKITARNYA PADA ABAD KE 17—18. Naditira Widya, 9(1), 27–38. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/nw/article/view/5734
Section
Articles

References

Museum Sejarah Jakarta. 2007. Pameran Koleksi Lukisan Gubernur Jenderal dan Tokoh VOC di Batavia 31 Oktober –30 November 2007. Jakarta: Dinas Kebudayaan & Permuseuman Jakarta Museum Sejarah Jakarta.

Djajadiningrat, Hoesein. 1983. Tinjauan Kritis Tentang Sajarah Banten. Djakarta; Djambatan.

Eriawati, Yusmaini. 1990. “Tebu Pada masa Kuna di Jawa”. Halaman 178-197 dalam Proceedings Analisis Hasil Penelitian Arkeologi (AHPA) III, Kajian Agrikultur Berdasarkan Data Arkeologi, Bali 7—13 Oktober 1989. Jakarta: Pusat Arkeologi Nasional.

Fadillah, Moh. Ali, ed. 2006. Banten Dalam Perjalanan Jurnalistik. Banten: Banten Heritage.

Haan, F. de. 1935. Oud Batavia Tweede. Bandoeng: Herziene Druk. A.C. Nix & Co.

Inagurasi, Libra Hari. 2010. “Pabrik Gula Cepiring, Kendal Jawa Tengah Tahun 1835—1930, Sebuah Studi Arkeologi Industri”. Tesis. Program Pasca Sarjana, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok.

Karthirithamby, J. Wells, ed. 1984. “Banten in West Indonesian Port and Polity During the Sixteenth and Seventeenth Centuries”. Halaman 107-125 dalam The Southeast Asia Port and Polity Rise and Demise. Singapore: Singapore University Press.

Lohanda, Mona. 2007. Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia. Depok: Masup Jakarta.

Lombard, Denys. 2005. Nusa Jawa Silang Budaya Jilid 2 Jaringan Asia. Jakarta: Gramedia, Ecole Francaise d’Extreme-Orient.

Makmur, Erman. ed. Kilang Tebu. 1998. Padang: Museum Negeri Padang Provinsi Sumatera Barat.

Nastiti, Titi Surti.1989. “Minuman Pada Masa Jawa Kuna”. Halaman 83-95 dalam Proceedings Pertemuan Ilmiah Arkeologi (PIA) V, Jilid IIB, Yogyakarta 4—7 Juli 1980. Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI).

Niel. Robert Van. 2005. Java’s Northeast Coast 1740—1840: A Study in Colonial Encroachment and Dominance. Leiden: CNWS Publications.

Novita, Aryandini dan M. Irfan Mahmud. 1999. “Tata Ruang Etni dan Profesi dalam Kota Batavia Abad XVII--XVIII”. Berkala Arkeologi XIX (2): 77-94.

Raben, Remco. 2007. “Seputar Batavia Etnisitas dan Otoritas di Ommelanden, 1650—1800”. Halaman 101-122 dalam Jakarta Batavia Esai Sosio-Kultural, diedit oleh Kees Grijns dan Peter J.M.Nas. KITLV Banana.

Reid, Anthony. 2011. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450—1680 Jilid 2: Jaringan Perdagangan Global. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia (YOI).

Rini, Setia. 1999. “Mitos Seputar Gula (Bagian I)”. Gula Indonesia XXIV (1): 70—71.

Roelofsz, Meilink. 1962. Asian Trade andEuropean Influence in the Indonesian Archipelago Between 1500 and About 1630. The Hague: Martinus Nijhoff.

Sarjiyanto. 2008. “Mencermati Kembali Komoditas Lada Masa Kesultanan Banten Abad Ke 16—19”. Amerta 26 (1):

-79.

Sulistiarini, Diah dan Susy S, Djajadiredja. 2004. “Tebu”. Halaman 146-147 dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 16. Jakarta: Delta Pamungkas.

Tim Penelitian. 2003. “Arkeologi Industri di Surakarta dan Sekitarnya, Jawa Tengah”. Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi, Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata.

Tim Penelitian. 2004. “Kemajemukan dan Produktivitas Kota Banten Abad ke-10-17”. Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Asisten Deputi Urusan Arkeologi Nasional, Kementerian Kebudayaaan dan Pariwisata.

Tim Penelitian. 2007. “Rekonstruksi Kegiatan Perdagangan di Kesultanan Banten”. Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

Untoro, Heriyanti Ongkodharma. 2007. Kapitalisme Pribumi Awal Kesultanan Banten 1522—1684, Kajian Arkeologi

Ekonomi. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.