DINAMIKA SANDUNG DI HULU SUNGAI KAHAYAN
Main Article Content
Abstract
Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan mengalir di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah dan bermuara di Laut Jawa. Di sepanjang DAS Kahayan ini bermukim masyarakat Ngaju yang menjadi mayoritas. Sandung merupakan bangunan kubur yang digunakan oleh masyarakat Ngaju dari dulu hingga sekarang. Tulisan ini akan membicarakan penggunaan sandung dan perubahannya pada masyarakat Ngaju di hulu DAS Kahayan. Metode yang digunakan adalah deskriptif eksplanatif. Data yang digunakan diperoleh melalui survei dan wawancara yang dilakukan pada 2013. Selain itu, juga dilakukan penelusuran terhadap data pustaka untuk membantu dalam analisis dan interpretasi. Dari data yang didapatkan dan hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perubahan terjadi pada penggunaan sandung sebagai tempat kubur sekunder oleh masyarakat Ngaju, terlihat pada letak, bentuk, pemilihan bahan, dekorasi (motif hias), dan konsep. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan tata cara hidup (bermukim), ketersediaan bahan baku di lingkungan sekitar, perubahan cara pandang masyarakat terhadap keberadaan sandung, perubahan kepercayaan keluarga si mati yang menyediakan bahan pembuatan sandung, dan perubahan tren.
Kahayan watershed flows in theregion of Central Kalimantanan disembogues into the Java Sea. Along the Kahayan are settled the major communities, Ngaju. They build sandung, a secondary burial that has been used by the publicfrom the past until present. This paper discusses the use of sandung and its changes, to the Ngaju community in the watershed flows Kahayan. The method used is descriptive explanative. Meanwhile, data were obtained by archaeological survey and interview conducted by Balai Arkeologi Banjarmasin in 2013. Analysis and interpretation processes will be completed by adding data from literature. The results depict that the changes in the use of sandung as a secondary burial of Ngaju society are location, shape, material selection, decoration, and concepts. Those are caused by the changes of their living, basic materials in their surroundings, the family's belief of the dead, and trend.
Article Details
References
Alam, Bachtiar. 1998. “Globalisasi dan Perubahan Budaya: Perspektif Teori Kebudayaan”. Jurnal Antropologi Indonesia 54: 1-11. Diunduh 16 Maret 2015. (Journal.ui.ac.id/index-php/jai/article/View Article/3325).
Bachtiar, Harsja W. 1997. “Pengamatan sebagai Suatu Metode Penelitian”. Hlm. 108-128, dalam Metode-metode Penelitan Masyarakat, editor oleh Koentjaraningrat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Baier, Martin. 2007. “The Development of the Hindu Kaharingan Religion: a New Dayak Religion in Central Kalimantan”. Anthropos Bd. 102. H.2: 566-570.
Gill, Sarah. 1967. “Style Demonic Image in Dayak Mask”. Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society 4(1): 78-92.
Harris, Marvin. 1997. Culture, People, Nature: an Introduction to General Anthropology. New York: Addison-Wesley Educational Publisher Inc.
Hartatik. 2000. “Survei Arkeologi di Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah”. Laporan Penelitian Arkeologi. Balai Arkeologi Banjarmasin.
Koentjaraningrat. 2007. “Metode Wawancara”. Hlm. 129-157 dalam Metode-metode Penelitian Masyarakat, diedit oleh Koentjaraningrat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_______. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kusmartono, Vida Pervaya R. 2009. “Tiwah: the Art of Death in Southern Kalimantan”. Naditira Widya 1 (2): 206-213.
Rahu, Anggie Abhan, Kliwon Hidayat, Mahrus Ariyadi, dan Luchman Hakim. 2013. “Ethnology of Kaleka: Dayak’s
Agroforestry in Kapuas, Central Kalimantan Tengah”. Research Journal of Agriculture and Forestry Sciences 1 (8):
-12.
Rampai, Kiwok D. 1985. “Bangunan Makam Orang Ngaju di Kalimantan Tengah Suatu Studi Etnoarkeologi”. Hlm. 883-898 dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi III Ciloto 23- 28 Mei 1983. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Sangalang, Indrabakti, Endang Titi Sunarti Darjosanjoto, dan Muhammad Faqih. 2011. “Understanding Space Based on the Symbol of Batang Garing on Dayak Ngaju House”. Hlm. 118-126 dalam Local Wisdom in Global Era Enhancing the Locality in Architecture Housing and Urban Environment,. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Schärer, Hans. 1963. Ngaju Religion the Conception of God Among a South Borneo People. Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-, en Volkenkunde. The Hague: Martinus Nijhoff.
Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. 2012. Gunung Mas dalam Angka. Gunung Mas: BAPPEDA dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunung Mas.
Sellato, Bernard. 1989. Naga dan Burung Enggang, Kalimantan, Sarawak, Sabah, Brunei. Malaysia: Elf Aquatine.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed.). 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Sulistyanto, Bambang. 2004. “Upacara Tiwah Masyarakat Dayak Ngaju di Pendahara”. Berita Penelitian Arkeologi 13. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
Sunarningsih. 2013. “Penelitian arkeologi DAS Kahayan, Kalimantan Tengah”. Laporan Penelitian Arkeologi. Balai Arkeologi Banjarmasin.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Hlm. 234 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Turner, Victor. 1967. The Forest of Symbol: Aspects of Ndembu Ritual. Ithaca: Cornell University Press.
Winarto, Yunita T. 1999. “Pendekatan Prosesual: Menjawab Tantangan dalam Mengkaji Dinamika Budaya”. Jurnal Antropologi Indonesia 60: 24-34. Diunduh 16 Maret 2015. (Journal.ui.ac.id/index-php/jai/article/View Article/3354).