ENVIRONMENTAL INFLUENCE IN SELECTING WONOSARI BASIN AS SETTLEMENT IN EARLY HISTORY PERIOD

TINJAUAN AWAL PENGARUH LINGKUNGAN DALAM PEMILIHAN CEKUNGAN WONOSARI SEBAGAI LOKASI HUNIAN

Authors

  • Harriyadi The National Research Center of Archaeology

Keywords:

Wonosari, environment, spatial, settlement

Abstract

Abstract

Wonosari Basin is a plateau area and has been inhabited by humans continuously. This research goal is to determine the environmental factors that considered by humans to settle in Wonosari Basin in proto-history until Hindu-Buddhist period. Data used in this study are proto-history and Hindu-Buddhist sites distribution in Wonosari Basin. Analysis is conducted by spatial approach through map overlaying between sites distribution and environmental variable such as water source, slope, soil, and rock formation. This study shows that Wonosari Basin has been selected by human to settle because it has greater water source compared to other landform area in Gunung Sewu. In addition, Wonosari Basin has large flat area which simplify accessibility to utilize natural resource.

Abstrak

Cekungan Wonosari merupakan bentuk lahan dataran tinggi yang dihuni oleh manusia secara berkelanjutan. Kajian ini bertujuan untuk mengungkap faktor lingkungan yang dipertimbangan oleh manusia di Cekungan Wonosari pada masa proto-sejarah hingga masa hindu-buddha. Data yang digunakan berupa sebaran situs masa proto-sejarah dan Hindu - Buddha di Cekungan Wonosari. Analisis dilakukan secara spasial dengan cara melakukan overlay antara peta sebaran situs dengan variabel lingkungan berupa sumber daya air, lereng, jenis tanah, dan batuan. Hasil dari kajian menggambarkan bahwa Cekungan Wonosari dipilih menjadi lokasi hunian karena memiliki potensi air yang lebih besar dibanding bentuk lahan lain di Kawasan Gunung Sewu. Selain itu, Cekungan Wonosari memiliki area datar yang luas sehingga mempermudah aksesibilitas untuk pemanfaatan sumber daya alam.

References

Ahimsa-Putra, H. S. (1995). Arkeologi Pemukiman: Titik Strategis dan Beberapa Paradigma. Berkala Arkeologi, Edisi khusus tahun XV, pp. 10–23.

Andreastuti, Supriati Dwi, Chris Newhall, dan Joko Dwiyanto (2006). Menelusuri Kebenaran Letusan Gunung Merapi 1006. Jurnal Geologi Indonesia, Vol 1 . No. 4, pp. 201-207.

Atmosudiro, S. (1980). Tinjauan Sementara Tentang Arca Menhir Gunung Kidul. Berkala Arkeologi, Th. 1 No.1, pp. 25–41.

Badan Informasi Spasial. (2020). Peta Rupa Bumi Indonesia. Diunduh dari https://tanahair.indonesia.go.id/portal-web

Badan Informasi Spasial. (2020). Seamless Digital Elevation Model (DEM) dan Batimetri Nasional. Diunduh dari http://tides.big.go.id/DEMNAS/index.html

Balai Arkeologi Yogyakarta. (1986). Laporan Ekskvasi Sokoliman. Yogyakarta, Indonesia: Goenadi, N. dan Haris Sukendar.

Boechari. (1976). Some Consideration of the Problem of the Shift of Mataram’s Center of Government From Central to East Java in the 10th Century A.D. Bulletin of the Research Centre of Archaeology, No. 10, pp. 1-27.

Christie, J. W. (1999). Register of The Inscription of Java 732 – 1060 A.D. Unpublished.

Damayanti, S. (2015). Kajian Morfologi Karst di Ledok Wonosari Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Dharmosoetopo, R. (2003). Sima dan Bangunan Keagamaan di Jawa Pada Abad IX-X TU. Yogyakarta: Prana Pena.

Djatiningsih, S. S. (1997). Pola Persebaran Situs - Situs Kepurbakalaan Klasik di Gunung Kidul (Skirpsi). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Faida, Lies Rahayu Wijayanti, Sutikno, Chadif Fandeli, dan Sunarto (2011). Rekonstruksi Hutan Purba di Kawasan Karst Gunungsewu dalam Periode Sejarah Manusia. Jurnal Ilmu Kehutanan, Vol. V No.2, pp. 79–90.

Fauzi, I. (2002). Kronologi Penghunian Zona Cekungan Wonosari Gunungkidul berdasarkan Kajian Sebaran (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.

Geoportal DIY. (2020). Katalog data dan Informasi Geospasial dalam Bentuk Layer Peta dan Dokumen. Diunduh dari http://gis.jogjaprov.go.id/

Hadmadi, A. S. (2012). Potensi Kepurbakalaan Klasik di Zona Cekungan Wonosari (Tinjauan Atas Kesesuaian Jenis Tanah Berdasarkan Silpasastra dan Silpaprakarsa serta Strategi Pengelolaannya) (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.

Haryono, E. dkk. (2017). Petunjuk Kegiatan Lapangan Hidrogeologi Kawasan Karst Gunungsewu. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Haviland, W. A. (1993). Antropologi. Jakarta: Erlangga.

Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, UGM. (2002). Laporan Ekskavasi dan Analisis Pendahuluan Situs Song Bentar Dusun Bentar, Desa Kenteng, Kecamatan Ponjong. Yogyakarta, Indonsia: Tim Penelitian Terpadu Kawasan Arkeologi Gunungkidul.

Kramrisch, S. (1946). The Hindu Temple (Volume I). Calcutta: University of Calcutta.

Mundardjito. (1993). Pertimbangan Ekologis Situs Masa Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta: Kajian Arkeologi Ruang Semi-Mikro (Disertasi). Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Mundardjito. (1995). Kajian Kawasan: Pendekatan Strategis dalam Penelitian Arkeologi di Indonesia Dewasa ini. Berkala Arkeologi Edisi Khusus tahun XV, pp. 24–28.

Nawawi, H. dan Mimi Martini (1996). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nitihaminoto, G. (1989). Bentuk-Bentuk Gerabah Kubur Peti Batu Sokoliman: Hubungan dengan Tahap Penguburan. Berkala Arkeologi, Vol. X No.2, pp. 62–72.

Nurani, I. A. (2017). Sistem Setting Okupasi Manusia Kala Pleistosen - Awal Holosen di Kawasan Gunungkidul. Naditira Widya, Vol. 11 No1, pp. 1–16.

Pemda Kabupaten Gunungkidul. (2020). Profil Daerah Kabupaten Gunungkidul. Diunduh dari https://gunungkidulkab.go.id/pustaka/D-74db63a914e6fb0f4445120c6fa44e6a-NR-100-0.html

Pokja Sanitasi kabupaten Gunungkidul. (2010). Buku Putih Sanitasi kabupaten Gunungkidul. Gunungkidul: Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

Pradnyawan, D. (2000). Latar Belakang Pemilihan Situs-Situs Di Pegunungan Seribu, Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.

Putranto, A. (2003). Pandangan Masyarakat Gunung Kidul Terhadap Pelarian Majapahit Sebagai Leluhurnya (Kajian Atas Data Arkeologi dan Antropologi). Humaniora, Vol. XV No. 2, pp. 224–233.

Rahmadi, Cahyo, Sigit Wiantoro, dan Hari Nugroho (2018). Sejarah Alam Gunung Sewu. Jakarta: LIPI Press.

Sarkar, H. B. (1971). Corpus of the Inscription of Java (Corpus Inscriptionum Javanicarum) up to 928 A.D. (Vol. 1). Calcutta: Firma K. L. Mukhopadhyay.

Setianingsih, R. M. (1996). Bencana Alam dan Kerja Bakti masa Jawa Kuna serta Catatan Lain tentang Prasasti Nganjatan. Berkala Arkeologi, Th. XVI No. 2.

Sharer, R. J. and W. A. (2003). Archaeology; Discovering Our Past. Boston: McGraw-Hill Higher Education.

Simanjuntak, T. (1996). Cave Habitation During the Holocene Period in Gunung Sewu. Aspects of Indonesian Archaeology, Vo.18, pp. 1–28.

Simanjuntak, T. (2002). Gunung Sewu in Prehistoric Times (T. Simanjuntak, Ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soejono, R. (1984). Jaman Prasejarah di Indonesia. In Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.

Steward, J. H. (1955). The Theory of Culture Change. Urbana and Chicago: University of Illinois Press.

Sudarmadji, Slamet Suprayogi, M. Widyastuti, dan Rika Harini (2011). Konservasi Mata Air Berbasis Masyarakat di Unit Fisiografi Pegunungan Baturagung, Ledok Wonosari, dan Perbukitan Gunung Sewu, Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Teknosains, Vol.1 No.1, pp. 42–53.

Sukendar, H. (1971). Penyelidikan Megalit di Daerah Wonosari (Gunungkidul) (Skripsi). Yogyakarta, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.

Surono. (2009). Litostratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Geo-Sciences, Vol.19 No.3, pp. 209–221.

Sutikno & DA Tanudirjo. (2005). Kajian Geoarkeologi Kawasan Gunungsewu sebagai Dasar Pengembangan Model Pelestarian Lingkungan Karst. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Dirjen Dikti, Depdiknas-UGM.

Sutikno & DA Tanudirjo. (2006). Kajian Geoarkeologi Kawasan Gunungsewu sebagai Dasar Pengembangan Model Pelestarian Lingkungan Karst. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Dirjen Dikti, Depdiknas-UGM.

Tanudirjo, D. A (1991). Some Behavioral Aspects of Bomo Teleng Stone Adze Workshop Site in East Jawa. Thesis. Australian National University.

Thomas, D. (1973). An Empirical Test for Steward’s Model of Great Basin Settlement Patterns. American Antiquity, 38, pp. 155–176.

Tim PTKA. (2001). Laporan Hasil Ekskavasi Gua Sengok Desa Getas, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Laporan Penelitian. Yogyakarta: The Toyota Foundation.

van Zuidam, R. (1985). Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis andGeomorphologic Mapping. Enschede: ITC, Smith Publication.

Widianto, H. (1983). Paleolitik Kali Oyo dalam Kronologi Pertanggalan Plestosen. Skripsi. Yogyakarta: Departemen Arkeologi FIB Universitas Gadjah Mada.

Widianto, H. & R. H. (2000). Penelitian Song Tritis: Eksistensi dan Posisinya dalam Kerangka Situs Hunian Gua Prasejarah. Yogyakarta: Departemen Arkeologi FIB Universitas Gadjah Mada

Yuwono, J. S. E. (2007). Kontribusi Sistem Informasi Geografis dalam Berbagai Skala Kajian Arkeologi Lansekap. Berkala Arkeologi, Th XXVII No 2, pp. 81-102.

Yuwono, J. S. E. (2013). Karakter Geoarkeologis Dan Proses Budaya Prasejarah Zona Poros Ponjong – Rongkop Di Blok Tengah Gunungsewu. Thesis. Program Pascasarjana Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Published

2024-03-23

How to Cite

Harriyadi. (2024). ENVIRONMENTAL INFLUENCE IN SELECTING WONOSARI BASIN AS SETTLEMENT IN EARLY HISTORY PERIOD: TINJAUAN AWAL PENGARUH LINGKUNGAN DALAM PEMILIHAN CEKUNGAN WONOSARI SEBAGAI LOKASI HUNIAN. Berkala Arkeologi, 40(2), 219–242. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/berkalaarkeologi/article/view/4198

Issue

Section

Articles