THE CHARACTERISTICS OF KUTA BATAGUH IN KAPUAS, CENTRAL KALIMANTAN KARAKTERISTIK KUTA BATAGUH DI KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH
Main Article Content
Abstract
Abstract
Kuta Bataguh is administratively located in Bataguh and East Kapuas Districts, Kapuas Regency, Kalimantan Tengah. The research aims to reconstruct the characteristics of Kuta Bataguh. This research is using interpretive-descriptive method with the inductive reasoning. Data collection used surveys, excavations, interviews, and literature study. The analysis included environmental, stratigraphic, artifactual, spatial, and absolute dating analysis. Survey (surface and aerial) and excavation activities were carried out inside and outside the fence, both downstream and upstream of the Karinyau River. The results illustrate that the characteristics of Kuta Bataguh are a large permanent settlement that is split by a river. The fortified settlement of Kuta Bataguh was the leader residence of Ngaju community group (as the center of power). By referring to the pattern, function and extent of this settlement, it can be assumed that the local authorities in Bataguh are on par with early state in their socio-political organization.
Abstrak
Kuta Bataguh secara administratif berada di Kecamatan Bataguh dan Kapuas Timur, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Tujuan penelitian adalah untuk merekonstruksi karakteristik Kuta Bataguh. Penelitian ini bersifat deskriptif interpretif dengan penalaran induktif. Pengumpulan data menggunakan survei, ekskavasi, wawancara, dan studi pustaka. Analisis yang digunakan adalah analisis lingkungan, stratigrafi, artefaktual, ruang, dan analisis pertanggalan absolut. Kegiatan survei (permukaan dan udara) dan ekskavasi dilakukan di dalam dan di luar pagar benteng baik di arah muara maupun hulu Sungai Karinyau. Hasil penelitian memberi gambaran bahwa karakteristik Kuta Bataguh adalah tempat tinggal permanen yang luas dan dibelah oleh aliran sungai. Dengan berpatokan pada pola, fungsi, dan luasnya pemukiman ini, dapat diasumsikan bahwa penguasa lokal di Bataguh dalam organisasi sosial politiknya sudah setara dengan early state.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
References
Akbar, A. (2012). Persamaan Allometrik Untuk Menduga Kandungan Karbon Jenis Meranti (Shorea teysmaniana) Di Hutan Alam Rawa Gambut Kalimantan Tengah. Jurnal Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan, 9(1), pp. 1–11. https://doi.org/10.20886/jsek.2012.9.1.1-11
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Retrieved from kbbi.kemdikbud.go.id
Baier, M. (2002). Contributions to Ngaju history, 1690-1942. Borneo Research Bulletin, 33, pp. 75–81.
Balai Arkeologi Kalimantan Selatan. (2017). Laporan Penelitian Kuta Bataguh (Tahap 1), Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Banjarbaru: Tim Penelitian.
Balai Arkeologi Kalimantan Selatan. (2018). Laporan Penelitian Kuta Bataguh (Tahap 2), kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Banjarbaru: Tim Penelitian.
Balai Arkeologi Kalimantan Selatan. (2019). Laporan Penelitian Kuta Bataguh (Tahap 3), Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Banjarbaru: Tim Penelitian.
Bintarto, R., & Hadisumarno, S. (1991). Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES.
Hindia Belanda. (1848). Almanak en Naaregister voor Het Schrikkel Jaar 1848. Batavia: Ter lands Drukkerij.
Hindia Belanda. (1858). Almanak en Naamregister van Nederlandsch Indie voor 1858. Batavia: Ter lands Drukkerij.
Hindia Belanda. (1868). Regerings Almanak voor Nederlandsch Indie 1868. Batavia: Landsdrukkerij.
Hodder, I., & Hutson, S. (2003). Reading The Past: Current Approaches to Interpretation in Archaeology (Third edit). United Kingdom: Cambridge University Press.
Lucas, R. E. (1982). Organic Soils (Histosol), Formation, Physical and Chemical Properties and Management for Crop Prodiction. Research Report. 435 Farm Science, Michigan State University.
Maimunah, S. (2014). Uji Viabilitas Dan Skarifikasi Benih Beberapa Pohon Endemik Hutan Rawa Gambut Kalimantan Tengah. Journal Hujan Tropis, 2(1), 71–76.
Octora, M. (2017). The Local Knowledge of Dayaknese: Case Study of Pahewan Tabalean. Advance in Social Science, Education and Humanities Research, 138, pp. 104–107. https://doi.org/10.2991/icocspa-17.2018.29
Putro, H. P. N., Anis, M. Z. A., & Mansyur. (2017). The Lost City Menelusuri Jejak Nyai Undang Dari Kuta Bataguh Dalam Memori Suku Dayak Ngaju. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Rahu, A. A., Hidayat, K., Ariyadi, M., & Hakim, L. (2013). Ethnoecology of Kaleka: Dayak’s Agroforestry in Kapuas, Central Kalimantan Indonesia. Research Journal of Agriculture and Forestry Sciences Res. J. Agriculture and Forestry Sci, 1(8), pp. 2320–6063. Retrieved from http://luchmanhakim.lecture.ub.ac.id/files/2013/03/RAhu-Kliwon-Aryadi-HAkim-ISCA.pdf
Renfrew, C., & Bahn, P. G. (2012). Archaeology Theories, Methodes and Practice. London: Thames and Hudson.
Schwaner, C. A. L. . (1854). Borneo Beschrijving van Het Stroomgebied van Den Barito.
Schwaner, C. A. L. M. (1853). Beschrijving van het stroomgebied van den Barito en reizen langs eenige voorname rivieren van het zuid-oostelijk gedeelte van dat eiland (Vol. 1). PN van Kampen.
Simanjuntak, H. Truman, D. (2008). Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
Smith, F. A. (2014). Problematic Plagiarism and Careless Cartography: Valentyn’s Borneo and the Lost Roman Catholic mission in South Borneo at the end of the seventeenth century. Borneo Research Bulletin, 45, pp. 1–11.
Smith, F. A., & Smith, H. F. (2011). A shadowy state in Borneo: where was Tanjungpura? Borneo Research Bulletin, 42(89–103). Retrieved from http://www.thefreelibrary.com/A+shadowy+state+in+Borneo%3A+where+was+Tanjungpura%3F-a0290733356
Sunarningsih. (2017a). Karakter Pemukiman Lahan Basah Abad VI - XV Masehi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito. Kapata Arkeologi, 13(1), p. 109. https://doi.org/10.24832/kapata.v13i1.406
Sunarningsih. (2017b). Kuta Hantapang, Benteng Masyarakat Ngaju di Kalimantan Tengah. Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi, 3(1), pp. 54–81.
Sunarningsih. (2018a). Pemukiman Masyarakat Ngaju di Hulu Daerah Aliran Sungai Kahayan Dari Abad ke-4 hingga ke-19 Masehi. Naditira Widya, 12(1), p. 23. https://doi.org/10.24832/nw.v12i1.296
Sunarningsih. (2018b). Ragam Bentuk Artefak Kayu Situs Cindai Alus, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (the Forms of Wooden Artifacts From Cindai Alus, in the Regency of Banjar, South Kalimantan Province). Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi, 4(1), 17–40. https://doi.org/10.24832/ke.v4i1.34
Sunarningsih. (2019). Hunian Berbentuk (Kuta) Mapot: Studi Bentuk , Simbol , Dan Kronologi. Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi, 5(1), pp. 13–26. https://doi.org/10.24832/ke.v5i1.50