MAJAPAHIT AND THE CONTEMPORARY KINGDOMS: INTERACTIONS AND VIEWS MAJAPAHIT DAN NEGERI-NEGERI SEZAMAN: INTERAKSI DAN PANDANGAN
Main Article Content
Abstract
Abstract
This study discusses the interactions between Majapahit and other kingdoms from a contemporary time in Nusantara, Southeast Asia, India, and China and vice versa. The aim is to formulate the interaction between Majapahit and contemporary kingdoms and vice versa based on existing data. This is an ancient historical study that was conducted in three stages, namely: collecting data contained in written sources such as inscriptions, literary works, and Chinese Chronicles, and archaeological data. The second stage was a data analysis by linking data from written sources with other data, to look for elements that support each other, and always refer to the phenomenon of the study framework. The third stage included an interpretation to gain conclusions. According to the data analysis by examining Majapahit's contemporary regions and kingdoms, it turned out that the kingdom applied the basic concept of Tri Angga which refers to the macrocosm concept of Tri Loka. Majapahit's relationship with India is not as dynamic as that of China, instead, there is a view that India is religiously no longer a reference to Hinduism and Buddhism.
Abstrak
Kajian ini dilakukan berkenaan interaksi antara Majapahit dengan negeri-negeri lain pada masa yang sama di kepulauan Nusantara, Asia Tenggara, India, Â dan Cina dan sebaliknya. Â Pemahaman yang hendak diperoleh adalah merumuskan perihal interaksi antara Majapahit dengan negeri-negeri sezaman dan sebaliknya. Telaah yang dilakukan berada dalam ranah sejarah kuno dengan tiga tahap kajian, yaitu mengumpulkan data sumber tertulis seperti prasasti, karya sastra dan Berita Cina, dan data arkeologis. Tahap kedua melakukan analisis dengan mengaitkan data sumber tertulis dengan data yang lain, untuk mencari elemen yang saling mendukung dan mengacu kepada fenomena kerangka kajian ini. Tahap ketiga adalah penarikan interpretasi untuk mengarah kepada kesimpulan. Berdasarkan kajian ini, diketahui bahwa dalam memandang daerah dan kerajaan yang berkembang sezaman, ternyata Majapahit menerapkan konsep dasar Tri Angga yang mengacu kepada konsep makrokosmos Tri Loka. Hubungan Majapahit dengan India tidak sedinamis dengan Cina, malahan terdapat pandangan bahwa secara religius India bukan lagi menjadi acuan keagamaan Hindu dan Buddha.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
References
Budihardjo, E. (1991). Architectural Conservation in Bali. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Cribb, R. & Kahin, A. (2012). Kamus Sejarah Indonesia. Depok: Komunitas Bambu.
Djafar, H. (2012). Masa Majapahit Akhir: Girindrawarddhana & Masalahnya. Depok: Komunitas Bambu.
Groeneveldt, W.P. (2009). Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
Hardjowardojo, P. (1965). Pararaton. Djakarta: Bhratara.
Ikram, Achadiati. (2019). Pengantar Penelitian Filologi. Jakarta: Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa).
Magetsari, N. (1979). Kamus Arkeologi Indonesia 2. Laporan Fakultas Sastra Universitas Indonesia untuk Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Munandar, A. A. (2005). Istana Dewa Pulau Dewata: Makna Puri Bali Abad ke-14—19. Depok: Komunitas Bambu.
Munandar, A. A. (2014). â€Panji dan para Kadeyan Mengembara dalam Kebudayaan Nusantaraâ€, dalam Prosiding Seminar Tokoh Panji Indonesia: Panji dalam Berbagai Tradisi Nusantara, pp. 1-19. Jakarta: Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Ditjen Kebudayaan.
Mulyana, Slamet. (1979). Nagarakertagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara.
Munoz, P. M. (2009). Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia: Perkembangan Sejarah dan Budaya Asia Tenggara (Jaman Pra Sejarah-Abad XVI). Yogyakarta: Mitra Abadi.
Nurhajarini, Dwi Ratna. (1999). Kajian Mitos dan Nilai Budaya dalam Tantu Panggelaran. Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Ditjen Kebudayaan, Depdikbud.
Pigeaud, Th. G. Th. (1924). De Tantu Panggelaran: Een Oud-Javaansch Prozageschrift Uitgegeven, Vertald en Toegelicht. Disertasi, Rijksuniversiteit te Leiden. ‘s-Gravenhage: Nederlandsche Boeken Steendrukerij vh.H.L.Smits.
Pigeaud, Th. G. Th. (1960-1963). Java in The 14th Century A Study in Cultural History: The Nagara-kertagama By Rakawi Prapanca of Majapahit, 1365 AD. Volume I—V. The Hague: Martinus Nijhoff.
Poerbatjaraka, R. M. Ng. (1968). Tjeritera Pandji dalam Perbandingan. Translated by Zuber Usman and H.B. Jassin. Djakarta: PT.Gunung Agung.
Pudjiastuti, Titik. (2016). “Naskah Kuno Sebagai Sumber Kearifan Lokal dan Pengetahuan Budaya Indonesia: Solusi untuk Membaca dan Memamhami Produk Budaya Indonesiaâ€. In Riris K.Toha Sarumpaet (editor), Krisis Budaya: Oasis Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, hlm. 245—263. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia..
Putra, I. B. Rai. (1991). Babad Arya Kutawaringin. Denpasar: Upada Sastra.
Putra, I. B. Rai. (1995). Babad Dalem. Denpasar: Upada Sastra.
Ras, J. J. (1968). Hikayat Bandjar: A Study in Malay Historiography. The Hague: Martinus Nijhoff.
Robson, S. O. (1994). Prinsip-prinsip Filologi Indonesia. Terjemahan Kentjanawati Gunawan. Jakarta: RUL.
Setiawan, E. et al. (1982). Mengenal Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu, Semarang. Semarang: Yayasan Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu.
Situmorang, T.D., A.Teeuw, and Amal Hamzah. (1952). Sedjarah Melaju Menurut terbitan Abdullah (ibn Abdulkadir Munsji). Djakarta: Djambatan.
Sumadio, B. (ed.). (1984). Sejarah Nasional Indonesia II: Jaman Kuna. Jakarta: Balai Pustaka.
Sutrisno, S. (1985). Sekilas Rona Kebudayaan Jawa dalam Karya Sastra Melayu Lama. In Sulastin Sutrisno, Darusuprapta, Sudaryanto (Eds.), Bahasa-Sastra-Budaya: Ratna Manikam Untaian Persembahan kepada Prof.Dr.P.J.Zoetmulder, pp. 354-69. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Syafei, S. (1978). Pengaruh Kebudayaan India di Asia Tenggara. Berita Antropologi: Majalah Ilmu Sosial dan Budaya, IX, (32-33), pp. 81-90.
Tulku, Doboom & Glenn H. Mullin. (1983). Atisha and Buddhism in Tibet. New Delhi: Tibet House.
Yuanzhi, K. (1993). Sam Po Kong dan Indonesia. (Editor H. M. Hembing Wijayakusuma) Jakarta : CV. Haji Masagung.
Yuanzhi, K. (2011). Cheng Ho Muslim Tionghoa: Misteri perjalanan muhibah di Nusantara. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.
Zarkhoviche, B. (2015). Laksmana Cheng-ho Panglima Islam Penakluk Dunia : Kisah Ekspedisi Tionghoa Muslim Terbesar Sepanjang Sejarah. Yogyakarta : Araska.