KESELARASAN MIKROKOSMOS-MAKROKOSMOS SEBAGAI DASAR PEMBANGUNAN MASA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
Main Article Content
Abstract
The culture that emerged in Hindu-Buddha period in ancient Indonesia was always related to religious concepts. Therefore, anything being produced at that time should reflect the harmony between micro and macrocosms, or in other words, between human and deities worlds. This could be exemplified by temples and royal palaces from that period. Temples symbolized Mahameru, the mountain regarded as the center of universe; whilst royal palaces as microcosm should have elements and arrangements in favour with the afore mentioned macrocosm.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
References
Acharya, Prasanna Kumar. 1993. Archietecture of Manasara, London: Oxford University Press.
Anonim. 2002. Pusaka Aksara Yogyakarta. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta.
Atmadi, Parmono. 1993. “Bunga Rampai Arsitektur dan Pola Kota Keraton Majapahitâ€. dalam Sartono Kartodirdjo. 700 Tahun Majapahit, Suatu Bunga Rampai. Surabaya: Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur, hlm. 117-130.
Boechari. 1978. “Bahan Kajian Arkeologi untuk Pengajaran Sejarahâ€. Majalah Arkeologi Th.II, No. 1, September 1978.
Bosch, F.D.K. 1993. “Het Bronzen Buddha-beld van Celebes Westkunstâ€.. TBG. Vol 73.
Dwiyanto, Djoko. 1985. “Masalah Penyimpangan Siklus Kosmis dan Legitimasi dalam Sejarah Jawa Kunaâ€. Artefak No. 3/II/1985. Buletin Himpunan Mahasiswa Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. hlm. 4-10.
Heine-Geldern, R. Von. 1982. Konsepsi tentang Negara dan Kedudukan Raja di Asia Tenggara. Terj. Deliar Noer. Jakarta: Rajawali.
Kramrisch, Stella. 1946. The Hindu Temple, Calcuta: University of Calcuta. Krom, N.J. 1931. Hindoe-Javaansche Geschiedenis. ‘s Gravenhage: Martinus Nijhoff.
Koentjaraningrat. 1986. “Peranan Lokal Genius dalam Akulturasiâ€. Dalam Ayatrohaedi. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya, hlm. 80 – 90.
Magetsari, Nurhadi. 1982. “Masalah Agama dan Kebudayaan dalam Arkeologi Klasik Indonesiaâ€. Pertemuan Ilmiah Arkeologi II. Jakarta: Puslitarkenas,
Meer, N.C. van Setten van der. 1979. Sawah Cultivation in Ancient Java, Aspects of development during the Indo-Javanese period 5th to 15th century. Canberra: Faculty of Asian Studies in Association with Australian National University Press.
Mundardjito, 1993. “Pertimbangan Ekologi dalam Penempatan Situs Masa Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta: Kajian Arkeologi Ruang Skala Makroâ€, Disertasi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Naerssen, F.H. van. 1937. “Twee Koperen Oorkonden van Balitung in het Kolonial Instituut te Amsterdamâ€. BKI vol. 95.
Poesponagoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: PN. Balai Pustaka.
Poesponagoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: PN. Balai Pustaka.
Schrieke, B. “Indonesian Sociological Studies IIâ€. Ruler and Realm in Early Java. The Hague/ Bandung. 1957.
Sedyawati, Edi. 1986. “Kajian Kuantitatif atas Masalah Local Geniusâ€, Pertemuan Ilmiah Arkeologi IV. Jakarta: Puslitarkenas, hlm. 33-49.
Soekmono, 1974. Candi Fungsi dan Pengertiannya, Disertasi, Universitas Indonesia, Jakarta,
Soekmono, 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia (2), Yogyakarta: Kanisius.
Stutterheim, W.F. 1937. “Het Zinrijke Waterwerk van Djalatoendaâ€, TBG LXVII, hlm. 173-216,
Subroto, Ph. 1985. Sistem Pertanian Tradisional pada Masyarakat Jawa Tinjauan secara Arkeologis dan Etnografis. Yogyakarta: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara.
Wheatly, P., 1971. “The Pivot of the Four Quartersâ€, A Preliminary Enquiry Into the Origins and Characters of the Ancient Chinese City, Edinburgh.