Indische Building as City Landmarks of Surabaya, East Java Bangunan Indis sebagai Penanda Kota Surabaya, Jawa Timur
Main Article Content
Abstract
Surabaya has experienced a long historical journey, starting from the influence of the Javanese Kingdoms, Singasari, successively under the rule of the Majapahit, Demak, Pajang, and then finally the Islamic Mataram. The new chapter of Surabaya was under foreign influence when the Dutch came to the beginning of the 17th Century. The impact of the Dutch colonialism was the large number of Indische buildings in the Old City area of Surabaya. This arcticle explains the research result based on a qualitative method and inductive reasoning. towards the distribution of Indische buildings in the City of Surabaya. It is divided into the Old Surabaya and New Surabaya cluster areas. Apart from the condition of most of the Indische buildings today that has undergone many changes, several Indische buildings that still exist today are considers as city landmarks of Surabaya. Eventhough, along with the development of the city of Surabaya, many Indische buildings have been dismantled and replaced with modern buildings.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
References
Adrisijanti, I. (2000). Arkeologi Perkotaan Mataram Islam. Penerbit Jendela.
Anonim. (2004). Hotel Majapahit: Cita Rasa Karya Karsa (Seri Bangunan Cagar Budaya Surabaya 3). Badan Perencanaan Pembangunan Kota.
Anonim. (2007). Berkas Perkembangan Penyelesaian Stasiun Semut. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Budiman, I. T. R., Rondonuwu, D. M., & Tungka, A. E. (2018). Analisis Elemen-Elemen Pembentuk Citra Kota di Kawasan Perkotaan Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Spasial, 5(2), 190–199.
Danisworo, M. (1991). Teori Perancangan Urban. Program Studi Perancangan Arsitektur ITB.
Desti Rahmiati. (2017). Kajian Elemen Pembentuk Ruang Kota pada Ruang Terbuka Publik Kota. IKRAITH-Teknologi, 1(2), 1–8.
Faber, G. H. von. (1931). Oud Soerabia. Gemeente Soerabaia.
Fauzia, V. A., Kurniawan, E. B., & Wijaya, I. N. S. (2021). Tingkat Perubahan Bangunan Hindia Belanda di Kawasan Cagar Budaya Kotabaru Kota Yogyakarta. Jurnal Tata Kota Dan Daerah, 13(2), 87–98.
Handinoto. (1996). Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya 1870 - 1940. Andi Offset.
Haryono, A. Y. (2015). Penanda Kawasan Sebagai Penguat Nilai Filosofis Utama Kota Yogyakarta. ATRIUM, 1(2), 93–107.
Hassan, F., & Koentjaraningrat. (1977). Beberapa Asas Metodologi Ilmiah. In Koentjaraningrat (Ed.), Metodologi Penelitian Masyarakat. Gramedia.
Mangunwidjaya, Y. B. (1988). Wastu Citra. PT. Gramedia Putra Utama.
Maylajingga, N., & Mauliani, L. (2019). Kajian Elemen Perancangan Hamid Shirvani pada Kawasan Kota Satelit. Jurnal Arsitektur PURWARUPA, 3(2), 123–130. https://doi.org/10.24853/purwarupa.3.2.123-130
Muntiaha, G. I. J., Egam, P. P., & Waani, J. O. (2018). Penerapan Konsep Urban Tourism pada Perancangan Permukiman Sindulang Satu di Manado. Jurnal Fraktal, 3(1), 41–50.
Nas, P. J. M. (2011). Cities Full of Symbols: A Theory of Urban Space and Culture. In Contemporary Sociology: A Journal of Reviews. Leiden University Press. https://doi.org/10.1177/0094306114562201nn
Nasruddin. (2017). Penataan Tata Informasi Sebagai Visual Kawasan di Koridor Jamin Ginting Pancur Batu. Prosiding Seminar Kearifan Lokal Dan Lingkungan Binaan, 980–992.
Ramadhan, M. B., Sari, S. R., & Pandelaki, E. E. (2019). Elemen Fisik Pembentuk Pusat Kota Jepara Berdasarkan Peta Mental Masyarakat. Jurnal Arsitektur ARCADE, 3(2), 100–107. https://doi.org/10.31848/arcade.v3i2.228
Samodro, & Winahyu, G. S. (2020). Landmark sebagai Penanda yang Memberi Makna dalam Pencitraan Kota Kajian Tugu Bundaran Pamulang di Tangerang Selatan. Jurnal ADAT, 2(1), 1–9. https://jurnaladat.org/web/public/full_paper/01. Landmark sebagai Penanda yang Memberi Makna Dalam Pencitraan Kota Kajian Tugu Bundaran Pamulang di Tangerang Selatan-Samodro.pdf
Saraswati, A. A. A. O. (2006). Bale Kulkul Sebagai Bangunan Penanda Pendukung Karakter Kota Budaya. DIMENSI (Jurnal Teknik Arsitektur), 34(1), 7–12. https://doi.org/10.9744/dimensi.34.1.pp.%207-12
Soekiman, D. (2011). Kebudayaan Indis dari Zaman Kompeni sampai Revolusi. Komunitas Bambu.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sumalyo, Y. (1993). Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Gadjah Mada University Press.
Tanudirdjo, D. A. (1989). Ragam Metode Penelitian Arkeologi dalam Skripsi Karya Mahasiswa Arkeologi Universitas Gadjah Mada.
Tim Penelitian. (2009). Bangunan Indis Di Kota Suarabaya : Pelestarian dan Pemanfaatan Sumberdaya Arkeologi (Tahap I). Laporan Hasil Penelitian.
Yetti, A. E., Fitria, T. A., & Pujiyanti, I. (2020). Pengaruh Perubahan Fungsi Terhadap Tipologi Arsitektur Fasad Bangunan di Kampung Wisata Prawirotaman. Arsitektura, 18(1), 53–62. https://doi.org/10.20961/arst.v18i1.35770
Zahnd, M. (1999). Perancangan Kota Secara Terpadu. Kanisius.