TINJAUAN SEMENTARA TENTANG ARCA MENHIR GUNUNG KIDUL

Main Article Content

Sumijati Atmosudiro

Abstract

Berbieara tentang area menhir tidak dapat dilepaskan dari tradisi megalitik, terutama dengan kons'ep latar belakang kepereayaannya. Hal tersebut disebabkan oleh karena didalam tradisi Megalitik dikenal suatu konsep adanya kehidupan kembali sesudah mati. Atas dasar konsep itu maka dalam masyarakat Megalitik muneul kebiasaan melakukan pemujaan nenek moyang. Melalui pemujaan terhadap nenek moyang pendukung tradisi Megalitik berkeyakinan, bahwa hubungan antara yang sudah meninggal dengan yang masih hidup, akan tetap terjalin.
 

Article Details

How to Cite
Atmosudiro, S. (2024). TINJAUAN SEMENTARA TENTANG ARCA MENHIR GUNUNG KIDUL. Berkala Arkeologi , 1(1), 24–41. https://doi.org/10.30883/jba.v1i1.274
Section
Articles

References

Sukendar, Haris. 1971. Penyelidikan Megalitik di daerah Wonosari (Gunungkidul), Thesis Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Sukendar, Haris. 1980. "Tinjauan tentang peninggalan Megalitik di daerah Sulawesi Selatan" Pertemuan Ilmiah Arkeologi I, Jakarta.

Heekeren, H.R. Van. 1958. 'The Bronze Iron Age of Indonesia' ' VKI

XXIII.

Heine, Geldern von. 1945. "Prehistoric Research in Netherland Indies". Science and Scientist in The 'Netherland Indies New York.

Hoop, A.N.J. Th. a. Th van der. 1935. "Steenkistgraven in Goenoeng kidoel. TB G, LXXVII.

Kadir, Harun. 1977. "Aspek Megalitik di T.oraja, Sulawesi Selatan''. Pertemuan Ilmiah Arkeologi I, Jakarta.

Kartodipura, Sarwoto. 1963. Kaharingan Religi dan Penghidupan di Pehuluan .Kalimantan, Sumur Bandung.

Kauderp., Walter. 1938. ''Megalithic Finds in Central Celebes" Ethnographical Studies Celebes.

Samuel, Patty. 1976. "Alam, Penduduk dan Kebudayaan Asmat'' Berita Antropologi Th. III No. 26, Jakarta.

Soejono, R.P. (Editor). 1977. Sejarah Nasional I, Jakarta.