Pengetahuan Arkeologi sebagai Muatan Lokal: Penerapannya di Maluku
Main Article Content
Abstract
Keberagaman sejatinya adalah elemen yang menyatukan Indonesia. Bentang luas geografis dan wajah kompleks budaya nusantara telah membentuk suatu bangsa dengan warna yang begitu raya. Maka kemampuan untuk mengelola kebhinekaan menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki sebagai negara. Kepekaan untuk menemukenali kebutuhan-kebutuhan spesifik setiap elemen bangsa kiranya menjadi aspek yang senantiasa harus ditinjau dan dibentuk kembali. Termasuk kebutuhan dalam ranah pendidikan. Muatan lokal pada hakekatnya merupakan solusi nasional dalam menjawab luasnya dimensi kebutuhan di tingkat sekolah akan materi yang bertautan dengan karakteristik daerah. Melekat dalam hal ini adalah kebutuhan untuk menyajikan pengetahuan budaya lokal. Arkeologi juga menjadi bidang yang dituntut berbagi peran dimaksud. Tulisan ini mencoba untuk mendiskusikan kontribusi studi arkeologi dalam pengembangan muatan lokal di Maluku. Studi pustaka dipilih sebagai pendekatan dalam pengumpulan data. Kajian ini menemukan bahwa arkeologi dan pengetahuan sejarah budaya potensial untuk dikembangkan sebagai bagian dari materi muatan lokal di Maluku.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Bjork, Christopher. 2004. Decentralisation In Education, Institutional Culture And Teacher Autonomy In Indonesia in International Review of Education Vol. 50 No.3-4. Springfield.
Cleere, Henry. 1984. World cultural resource management: problems and perspectives in Cleere, Henry. 1984. Approaches to the Archaeological Heritage: A Comparative Study of World Cultural Resource Management System. Cambridge: Cambridge University Press. pp.128.
Jameson Jr, John, H., 2000, Public interpretation, education and outreach: the growing predominance in american archaeology in McManamon, Francis and Hatton, Alf. 2000. Cultural Resource Management in Contemporary Society: Perspective on Managing and Presenting the Past. London: Routledge. pp.288.
Kohl, P.L. dan C.Fawcett. 1995. Nationalism, politics, and the practice of Archaeological London: Cambridge University Press.
Lowenthal, D.1981. Conclusion : dilemmas of preservation, dalam D. Lowental dan M. Binney (eds), Our past before us, why do we save it ?, London: Tample Smith. Hlm. 213-237.
Prasodjo, T. 2002. Arkeologi dan Pemberdayaan Masyarakat Lokal. Buletin Cagar Budaya No 2.
Ririmasse, M. 2005. Jejak dan Prospek Penelitian Arkeologi di Maluku. Dalam Kapata Arkeologi Volume 1 No. 1. Ambon: Balai Arkeologi Ambon. pp. 35-55.
Ririmasse, M. 2008. Visualisasi tema perahu dalam rekayasa situs arkeologi di Maluku. Dalam Naditira Widya Volume 2 No. 1. Banjarmasin: Balai Arkeologi Banjarmasin. pp. 142-157.
Ririmasse, M. 2010. Arkeologi Pulau-Pulau Terdepan di Maluku: Sebuah Tinjauan Awal. Kapata Arkeologi Vol. 6 No. 10. Ambon: Balai Arkeologi Ambon. pp. 71-89.
Ririmasse, M. 2011. Arkeologi Kawasan Tapal Batas: Koneksitas Kepulauan Maluku dan Papua. Papua. Vol 3. No. 1. Jayapura: Balai Arkeologi Jayapura pp. 23-38.
Schofield, John. 2007. Heritage management, theory and practice in Fairclough,G (et.al). The Heritage Reader. London: Routledge. pp.25.
Sedyawati, Edy. 2007a. Strategi kebudayaan dalam Kaitan dengan Beberapa Pokok Permasalahan Budaya dalam KeIndonesiaan dalam Budaya: Buku 1 Kebutuhan Membangun Bangsa yang Kuat. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Sedyawati, Edy. 2007. Jati Diri Budaya dan Pendidikan Formal dalam KeIndonesiaan dalam Budaya: Buku 1 Kebutuhan Membangun Bangsa yang Kuat. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Tanudirjo, D.A. 1996. Arkeologi pascamodernisme untuk direnungkan. Makalah disampaikan dalam pertemuan Ilmiah Arkelogi VII di Cipanas, 1996.
Tanudirjo, D.A. 2003. Warisan Budaya untuk Semua: Arah Kebijakan Pengelola Warisan Budaya Indonesia di Masa Mendatang. Makalah disampaikan pada Kongres Kebudayaan V, Bukittinggi, 2003.