Situs Makam-Makam Kuna di Kabupaten Kuningan Bagian Timur: Kaitannya dengan Religi

Main Article Content

Effie Latifundia

Abstract

Situs makam-makam kuna di Kabupaten Kuningan bagian timur, Jawa Barat menunjukkan adanya unsur religi dan tradisi. Hal ini tercermin dalam kehidupan sebagian masyarakat adanya suatu konsep penghormatan kepada tokoh yang sudah meninggal dunia. Makam para tokoh terkenal  seperti  pemuka agama, tokoh masyarakat, leluhur mendapat perlakuan tertentu. Makam-makam kuna tersebut dikeramatkan, sebagai objek ziarah, dan dijadikan media meminta sesuatu dengan dilengkapi sesaji. Tulisan ini bertujuan mengungkap makam-makam kuna berlatar religius. Metode pengumpulan data dilakukan dengan survei untuk mengumpulkan informasi dan mendeskripsikan bentuk-bentuk makam kuno. Hasil penelitian menunjukkan meskipun Islam berkembang namun kepercayaan terhadap leluhur sebagai religi sebelum Islam masih terus berlangsung dan dipertahankan. Secara esensial adanya bentuk penghormatan kepada leluhur merupakan kelanjutan tradisi megalitik pada masa prasejarah. Disimpulkan, pada masa pengaruh Islam kehidupan religi khususnya yang berkaitan dengan kematian terdapat suatu reduksi dengan masa pra Islam.

Article Details

How to Cite
Latifundia, E. (2025). Situs Makam-Makam Kuna di Kabupaten Kuningan Bagian Timur: Kaitannya dengan Religi. Kapata Arkeologi, 12(1 Juli), 59–70. https://doi.org/10.24832/kapata.v12i1.318
Section
Articles

References

Aryanto, Gesit. 193 Titik Dasar, 92 Pulau Terluar dalam Kompas 7 November 2009.

Ballard, C. (1988). Dudumahan: a rock art site on Kai Kecil, Southeast Mollucas. Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association, 8, Canberra: Australia National University pp. 139-161.

Birdsell, J.B. (1977). The recalibration of a paradigm for the first peopling of Greater Australia, in J .Allen, J Golson, and R. Jones (eds.) Sunda and Sahul, p . 113-167.

De Jonge, N and van Dijk, T. (1995). Forgotten Islands of Indonesia: The Art and Culture of the Southeast Mollucas. Singapore: Periplus.

Drabbe, Petrus.(1940). Etnografi Tanimbar.Leiden; E.J Brill

Lape, P.V. (2000a). Contact and Conflict in the Banda Islands, Eastern Indonesia, 11th to 17th Centuries. Unpublished PhD thesis, Brown University, Rhode Island.

Lape, P.V. (2000b). Political dynamics and religious change in the late pre-colonial Banda Islands, Eastern Indonesia. World Archaeology 32(1). London: Routledge pp. 138–55.

Lape, P. (2006). Chronology of fortified sites in East Timor. In Journal of Island and Coastal Archaeology 1. Pp 285-297.

Le Bar, F.M. (1976). Insular Southeast Asia: Ethnographic Studies. Connecticut: New Haven.

McKinnon, S. (1988). “Tanimbar Boats,” dalam Islands and Ancestors: Indigenous Styles of Southeast Asia (eds J.P Barbier and D. Newton). New York: The Metropolitan Museum of Art, hal. 152-169.

Miller, George. (2012). Indonesia Timur Tempo Doeloe. Jakarta: Komunitas Bambu.

Retraubun, Alex. Mengapa Terluar bukan Terdepan. Dalam Kompas 20 September 2006.

Ririmasse, M. (2005). Jejak dan Prospek Penelitian Arkeologi di Maluku. Dalam Kapata Arkeologi Volume 1 No. 1. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.

Ririmasse, M. (2006). Aspek-Aspek Kronologi Arkeologi Kolonial di Pulau Kisar. Dalam Berita Penelitian Arkeologi Volume 2 No. 1. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.

Ririmasse, M. (2007). Penelitian Arkeologi di Desa Lingat Pulau Selaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dalam Berita Penelitian Arkeologi Volume 3 No. 4. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.

Ririmasse, M. (2007b). Fragmen Moko dari Selaru: Temuan Baru Artefak Logam di Maluku. Dalam Berita Penelitian Arkeologi Volume 3 No. 5. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.

Ririmasse, M. (2008). Visualisasi tema perahu dalam rekayasa situs arkeologi di Maluku. Dalam Naditira Widya Volume 2 No. 1. Banjarmasin: Balai Arkeologi Banjarmasin.

Ririmasse, M. (2008b). Archaeology Goes to School: Mengemas Pengetahuan Warisan Budaya sebagai Muatan Lokal. Pertemuan Ilmiah Arkeologi XI Solo, 13-16 Juni 2008.

Ririmasse, M. (2010). Boat Symbolism and Identity in the Insular Southeast Asia: A Case Study from the Southeast Moluccas. Tesis Pascasarjana. Tidak diterbitkan. Leiden: Rijkuniversiteit Leiden.

Ririmasse, M. (2010b). Arkeologi Pulau-Pulau Terdepan di Maluku: Sebuah Tinjauan Awal. Kapata Arkeologi Vol 6 No 12. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.

Ririmasse, M. (2011). Laut untuk Semua: Materialisasi Budaya Bahari di Kepulauan Maluku Tenggara. Makalah disampaikan dalam Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi 2011. Banjarmasin 2011.

Spriggs, M. (1998b). Research questions in Maluku archaeology. dalam Cakalele 9: 49-62.

O’Connor, S., Spriggs, M. Veth, P. (2005). The Aru Island in Perspective dalam O’Connor, Sue et.al. The Archaeology of the Aru Island. Canberra: Pandanus Books.

Spriggs, M. & D. Miller. (1988). A previously unreported bronze kettledrum from the Kai Islands, eastern Indonesia. Indo-Pacific Prehistory Association Bulletin 8. Canberra: Australia National University. pp.79-88.

Tanudirdjo, D. (2005). The dispersal of Austronesian-speaking people and the ethnogenesis of Indonesian people. In Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Achipelago. Jakarta: LIPI Press.

Zuhdi, Susanto. Mengapa Bukan Pulau Terdepan dalam Kompas 8 September 2006.