Situs Mamuya di Maluku Utara dalam Konteks Budaya Megalitik Asia Tenggara

Main Article Content

marlyn joice salhuteru
Lucas Wattimena
Karyamantha Surbakti
Godlief Arsthen Peseletehaha
Irfan Ahmad
Muhammad Nur

Abstract

Tulisan ini membahas aspek megalitik Situs Mamuya di Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara dalam konteks budaya megalitik Asia Tenggara yang merupakan hasil penelitian Balai Arkeologi Maluku pada tahun 2018 dan tahun 2019. Dari survei permukaan tanah Situs Mamuya di tahun 2018 diketahui beberapa temuan seperti batu berlubang, batu bergores, bongkahan batu yang memiliki jejak modifikasi, fragmen tembikar, dan keramik asing. Untuk tahun 2019 fokus penelitian di Situs Mamuya dengan perhatian terhadap data vertikal. Metode penelitian yang diterapkan meliputi studi pustaka, survei sistematis, wawancara, ekskavasi arkeologi, analisis tekno-morfologi temuan, analisis stratigrafis, analisis pertanggalan carbon 14, analisis perbandingan, dan terakhir adalah generalisasi. Setelah melalui keseluruhan tahapan anlisis dapat disimpulkan bahwa; (1) Situs Mamuya merupakan situs pemukiman dan pertanian yang berciri megalitik seperti terlihat dari bentuk temuannya seperti batu berlubang, batu bergores dan batu yang dikerjakan. Pemukiman Situs Mamuya berlangsung antara tahun 1463 - 1629, setelah terjadinya letusan besar Gunung Api Dukono. (2) Dalam konteks Nusantara dan Asia Tenggara, jaringan pemukiman megalitik Halmahera bertarikh lebih muda, yang sangat mungkin berkembang setelah abad ke-10 Masehi. Dalam tinjauan regional, jaringan megalitik Asia Tenggara memang masih mengalami perkembangan setelah abad ke-10 Masehi, karena dipicu oleh berkembangnya teknologi logam dan semakin majunya teknik navigasi.

Article Details

How to Cite
salhuteru, marlyn joice, Wattimena, L., surbakti, karyamantha, Peseletehaha, G. A., Ahmad, I., & Nur, M. (2025). Situs Mamuya di Maluku Utara dalam Konteks Budaya Megalitik Asia Tenggara. Kapata Arkeologi, 18, 29–40. https://doi.org/10.55981/kapata.2025.8969
Section
Articles

References

Amal, M. A. (2010). Kepulauan rempah-rempah: Perjalanan sejarah Maluku Utara 1250-1950 (T. A. Amal, Ed.; Edisi kedua.). Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).

Barker, G., Barton, H., Boutsikas, E., Britton, D., Davenport, D., Ewart, I., Farr, L., Ferraby, R., Gosden, C., Hunt, C., Janowski, M., Jones, S., Langub, L., Lloyd-Smith, L., Nyiri, B., Pearce, K., and Upex, B., (2009). “The Cultured Rainforest Project: The Second (2008) Field Season”. Sarawak Museum Journal. Vol. LXVI, No. 87: 120-184.

Budisantosa, Tri Marhaeni S. (2007). Pola Budaya Megalitik di Situs Talang Alo dan Talang Jambu Abang, Dataran Tinggi Jambi. Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.12, No.2: Palembang: Balai Arkeologi.

Bellwood, Peter (2000). Prasejarah Kepualauan Indo-Malaysia (Edisi Revisi). Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Bellwood, P. (1975). Man’s Conquest of The Pacific. Sydney: Collins Publishers.

Dega, M. F. (1999). Circular settlements within eastern Cambodia. Indo-Pacific Prehistory Association Bulletin 18: 181- 190.

Duli, Akin dan Muhammad Nur. (2016) Prasejarah Sulawesi. Makassar. FIB Press.

Geldern, R. von Heine (1945). Prehistoric Research in The Netherlands Indies, Science and Scientists in The Netherlands Indies, p.129-167 Pieter Honing, Ph.D. and Frans Verdoorn (ed) New York.

Handini, R. (2003). Pertanggalan Absolut Situs Kubur Kalang: Signifikasinya Bagi Periodisasi Kubur Peti Batu di Daerah Bojonegoro dan Tuban, Jawa Timur. Dalam Berkala Arkeologi Tahun XXIII Edisi no. 2/November. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta, 24-38.

Hasanuddin. (2015). Kebudayaan megalitik di Sulawesi Selatan dan hubungannya dengan Asia Tenggara. Unpublished Ph.D. Thesis. Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang.

Hasanuddin, Chia, S., Bernadeta, AKW. (2016). Kebudayaan dan Tradisi Megalitik Soppeng. Lembah Walennae: Lingkungan Purba dan Jejak Arkeologi Peradaban Soppeng, ed. Hasanuddin & Bernadeta AKW. Makassar: Penerbit Ombak & Balai Arkeologi Sulawesi Selatan.

Krajaejun, P. (2013). Some Problems of Slab Box Stones at Ban Wang Prachop, Tak Province, Silpakorn University Journal of Social Sciences, Humanities, and Arts Vol. 13(2): 313-328.

Lloyd-Smith, L. (2012). An Early Date From A Stone Mound (Perupun) in The Kelabit Highlands, Sarawak, The Sarawak Museum Journal 91: 117-126.

Prasetyo, B. (2006). Autronesian Prehistory from the Perspective of Comparative Megalithic. Dalam Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Archipelago Proceeding of the International Symposium. 163-173. Jakarta: LIPI Press.

Prasetyo, B. (2008). Penempatan Benda-benda Megalitik Kawasan Lembah Iyang-ijen Kabupaten Bondowoso dan Jember, Jawa Timur. Disertasi Fakulti Ilmu Budaya Universiti Indonesia. (tidak diterbitkan).

Soejono, R. P. (2012). Sejarah Nasional Indonesia Jilid I. Jakarta: Balai Pustaka.

Tri Marhaeni dan S. Budisantosa (2012). Situs Pematang Sungai Nilo dalam Hubungannya dengan Situs-situs di Dataran Tinggi Jambi. Jurnal Arkeologi Siddhayatra,17 (1): 67-86. Palembang: Balai Arkeologi

Vita (2012). Jenis Tumbuhan dalam Tempayan Kubur di Situs Lolo Gedang, Kerinci. Amerta Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, Vol.30, No.2: 100-109. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

Yuniawati, D. Y. (2006). Kubur Batu Waruga di Sub Etnis Tou’mbulu, Sulawesi Utara. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional: 24.

Zuraina Majid (1993). Archaeological Excavation of Three Megalithic Sites in Negeri Sembilan and Melaka, Purba, Jurnal Persatuan Muzium Malaysia, Bilangan 12: 1-53. 29, 2010, from http://epress.anu.edu.au?p=63751.