SITUS KAPAL KARAM JEPANG MASA PERANG PASIFIK TELUK TAHUNA KEPULAUAN SANGIHE

Main Article Content

Sultan Kurnia
Muslim D. K.Dhony
Fairuz Azis
Muhamad Destrianto
Fuad Anshory

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan merekonstruksi kapal karam di Teluk Tahuna, Kepulauan Sangihe. Selain itu, kajian ini juga mengeksplorasi upaya pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengelola situs ini sebagai objek wisata selam. Metode yang digunakan mencakup observasi bawah air dengan penyelaman SCUBA, wawancara dengan pemangku kepentingan, diskusi kelompok terarah (FGD), serta studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapal karam ini tenggelam di kedalaman 18–25 meter dengan dimensi sekitar 40 meter panjang, 5 meter tinggi, dan 7 meter lebar. Identifikasi komponen kapal seperti ruang mesin, palka, baling-baling, dan aksara kanji serta katakana pada lampu di ruang mesin mengindikasikan bahwa kapal ini milik Jepang dan diperkirakan tenggelam pada masa Perang Dunia II. Berdasarkan perbandingan dengan kapal serupa yang ditemukan di Filipina, kapal ini diduga merupakan bagian dari armada dagang Jepang yang kemudian dimodifikasi menjadi kapal logistik militer. Upaya pelestarian telah dilakukan melalui kerja sama antara pemerintah daerah, pemandu selam lokal, dan Politeknik Nusa Utara, termasuk pengembangan kawasan sebagai destinasi wisata selam. Namun, masih terdapat tantangan dalam perlindungan situs dari aktivitas pengambilan besi tua. Studi ini memberikan kontribusi bagi penelitian lebih lanjut tentang kapal karam Jepang di Indonesia dan strategi pengelolaannya sebagai warisan budaya bawah air.

Article Details

How to Cite
Kurnia, S., Muslim D. K.Dhony, Fairuz Azis, Muhamad Destrianto, & Fuad Anshory. (2025). SITUS KAPAL KARAM JEPANG MASA PERANG PASIFIK TELUK TAHUNA KEPULAUAN SANGIHE. Kapata Arkeologi, 18, 16–28. https://doi.org/10.55981/kapata.2025.9266
Section
Articles

References

Asnan, G. (2011). Penetrasi Lewat Laut: Kapal- Kapal Jepang di Indonesia 1942. Yogyakarta: Ombak. Ombak.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Sangihe. (2018). Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Sangihe. https://sangihekab.bps.go.id/id/statistics- table/2/MTUyIzI=/jumlah-wisatawan- mancanegara-dan domestik.html

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Sangihe. (2024). Kepulauan Sangihe dalam Angka 2024. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Sangihe.

BPCB Gorontalo. (2015). Cagar Budaya Bawah Air di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgor ontalo/cagar-budaya-bawah-air-di-kepulauan-talaud-sulawesi-utara/

Brilman, D. (2000). Kabar Baik di Bibir Pasifik. Sinar Harapan.

Destrianto, M. (2020). Identifikasi Kapal Karam di Teluk Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe: Jenis dan Fungsi Kapal. Universitas Gadjah Mada.

Florespedia. (2020). Kapal Jepang di Perairan Wairterang, NTT: Karam Pada 1934, Jadi Rumah Biota Laut. Kumparan. https://kumparan.com/florespedia/kapal- jepang-di-perairan-wairterang-ntt-karam- pada-1934-jadi-rumah-biota-laut-1ua5w6emMKl

Ford, B. (2020). Maritime archaeology. In The Routledge Handbook of Global Historical Archaeology (pp. 894–914). Routledge.

Gibbins, D., & Adams, J. (2001). Shipwrecks and Maritime Archaeology. World Archaeology. https://doi.org/10.1080/00438240120048635

Gustiana, S., & Gonsaga, A. (2024). Kapal Perang Karam di Pesisir Utara Sumbawa Jadi Obyek Wisata Selam. Kompas. https://regional.kompas.com/read/2024/08/09 /111407178/kapal-perang-karam-di-pesisir- utara-sumbawa-jadi-obyek-wisata- selam#google_vignette

Hammel, E. (1998). Air War Pacific: America’s Air War Against Japan in East Asia and the Pacific 1941–1945. Pacifia Press.

Hariry, N. N. B. N., binti Mokhtar, F. S., & bin Nordin, M. N. (2021). Enforcement of Maritime Archaeology in Malaysia: A Review. The Journal of Contemporary Issues in Business and Government, 27(2), 2201– 2210.

Harto, A., & Darnawati. (2019). Kapal Perang Jepang Di Teluk Kolono Sebagai Sumber Peninggalan Sejarah (1942-2018). Historical Education Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah, 4(1), 65–71. http://ojs.uho.ac.id/index.php/p_sejarah_uho

Jaafar, H., Sujud, L., & Woertz, E. (2022). Scorched earth tactics of the “Islamic State” after its loss of territory: intentional burning of farmland in Iraq and Syria. Regional Environmental Change, 22(4), 120. https://doi.org/10.1007/s10113-022-01976-2

Kaunang, D. (2010). Bulan Sabit di Nusa Utara. Islam Di Kepulauan Sangihe Dan Talaud Pada Abad Ke-16 Dan, 17.

Kurnia, S., Devanand, N., Anshori, F., Sandy, D. ., Sanggar, L., & Destrianto, M. (2017). Cerita Dari Beranda Negeri. Diandara Kreatif.

Leebaw, B. (2014). Scorched earth: environmental war crimes and international justice. Perspectives on Politics, 12(4), 770–788.

MacArthur, D. (1966). Reports of General MacArthur (Vol. 2). US Government Printing Office.

Mundardjito, M. (2007). Paradigma dalam Arkeologi Maritim. Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia. https://doi.org/10.17510/wjhi.v9i1.229

Ono, R., Soegondho, S., & Siswanto, J. (2013). Possible Development of Regional Maritime Networks during the 16th to 19th Centuries: An Excavation Report of the Bukit Tiwing Site in the Talaud Islands, Eastern Indonesia. People and Culture in Oceania, 29, 1–33. https://doi.org/10.32174/jsos.29.0_1

Pálffy, G. (2008). Scorched-earth tactics in Ottoman Hungary: On a controversy in military theory and practice on the Habsburg- Ottoman frontier. Acta Orientalia, 61(1–2), 181–200.

Ridwan, N. N. H., Kusumah, G., Husrin, S., & Altanto, T. (2014). Potensi Wisata Selam Situs Kapal Tenggelam Japanese Cargo Wreck di Pantai Leato Gorontalo. Konferensi Nasional (Konas) IX Pengelolaan Sumber Daya Pesisir, Laut Dan Pulau-Pulau Kecil, November, 303–320.

Sandy, D. K., Dhanwani, N. D., Arma, A. P., Yusuf, S. M., Anshori, F., Kurnia, S., Destrianto, M., Rachmadiena, S. A., Budiansyah, M., Khoir, M. D., Aziz, F., Gusfa, N. N., & Rabbani, A. (2019). Potensi Tinggalan Arkeologi dan Pariwisata di Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Naditira Widya, 13(1), 57. https://doi.org/10.24832/nw.v13i1.325

Sandy, D. K., & Ulum, N. I. (2020). Latar Belakang Pemilihan Tahuna Sebagai Pusat Ekonomi Dan Politik Masa Hindia Belanda. Tumotowa, 3(1), 39–50.

Sangat Island Dive Resort. (n.d.). Wreck Dives. Sangat Island Dive Resort. https://sangat.com.ph/wreck-dives/

Soegondo, S. (2012). Arkeologi Membuktikan Bahwa Sulawesi Utara adalah Gerbang Nusantara Sejak Prasejarah. Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. https://iaaipusat.wordpress.com/2012/05/02/a rkeologi-membuktikan-bahwa-sulawesi- utara-adalah-gerbang-asia-pasifik-sejak- prasejarah/

Sonjaya, J. A., Stefanus, AB, S. K., & Narita, P. W. (2018). Sangihe : Menyelami Kehidupan Agraris dan Maritim di Nusa Utara. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.

Sturma, M. (2020). Japanese Treatment of Allied Prisoners During the Second World War: Evaluating the Death Toll. Journal of Contemporary History, 55(3), 514–534. https://doi.org/10.1177/0022009419843335

Sudaryadi, A. (2008). Lokasi Tenggelamnya Kapal Jepang Pada Perang Dunia II. Relik, 12–20.

Tanudirjo, D. A. (1989). Ragam Metoda Penelitian Arkeologi dalam Skripsi Karya Mahasiswa Arkeologi UGM. Text.

Tenaya, G. (2017). Survei Awal Tinggalan Kapal Jepang (Japanese Wreck) Di Perairan Pantai Banyuning, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Karangasem. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali /survei-awal-tinggalan-kapal-jepang- japanese-wreck-di-perairan-pantai- banyuning-desa-bunutan-kecamatan-abang- karangasem/

Ulaen, A. J. (2003). Nusa Utara: Dari Lintasan Niaga ke Daerah Perbatasan. Pustaka Sinar Harapan.

UNESCO convention on the protection of the underwater cultural heritage, (2001)