NAMA DESA BERBAHASA BANJAR DALAM LANSKAP LINGUISTIK DI KALIMANTAN SELATAN

Main Article Content

Ida Komalasari
Akhmad Humaidi

Abstract

Pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Provinsi Kalimantan Timur akan memberikan dampak kepada kawasan di sekitarnya, termasuk Kalimantan Selatan yang diarahkan sebagai penyangga ibu kota negara. Dampaknya, bahasa Banjar selaku bahasa lokal akan menghadapi tantangan pergeseran hingga kepunahan bahasa, karena pemindahan tersebut. Salah satu sarana pelindungan bahasa Banjar agar dapat terus bertahan adalah penamaan desa. Novelty (kebaruan) penelitian ini adalah rendahnya pemahaman masyarakat akan latar histori dan filosofis desanya, dan belum pernah ada penelitian tentang penamaan tempat dari struktur kebahasaan dan makna nama suatu desa. Tujuan penelitian ini adalah memahami struktur kebahasaan dan makna nama desa berbahasa Banjar dalam lanskap linguistik di Kalimantan Selatan. Lanskap linguistik secara teoretis cocok mengkaji hierarki linguistik di ruang publik. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan struktur kebahasaan bentuk kata dasar nama desa cenderung menggunakan nomina daripada jenis lain. Selanjutnya, afiksasi terhadap kata dasar juga memperkaya pemaknaan masyarakat. Selain itu, kata majemuk berupa gabungan nomina + adjektiva dan nomina + nomina adalah bentuk yang paling sering muncul. Di lain pihak, makna nama desa di Kalimantan Selatan menggambarkan kecenderungan pada simbol sejarah, cerita rakyat, flora, fauna, tokoh, perilaku, alat, benda alam, rupa bumi, dan wujud air. Nama desa memiliki kelebihan karena cenderung tidak berubah sehingga nilai bahasa, filosofis, dan historis di dalamnya dapat terus diwariskan ke generasi selanjutnya. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap makna yang terkandung dalam nama desa, sehingga pengaruh bahasa lain dan pergeseran bahasa dapat dikurangi.

The move of the national capital from Jakarta to East Kalimantan Province will affect the shift of local languages, including the Banjarese language in South Kalimantan. A means to protect and sustain the Banjarese language is by naming a village. This research aims to understand the linguistic structure and meaning of the Banjarese village names in the linguistic landscape in South Kalimantan. Data was collected by observation and interviews. Research results show that the linguistic structure of the form of basic words of a village name uses nouns. The use of affixes also enriches the meaning of village names. Besides, compound words appear often and form as a combination of noun + adjective and noun + noun. The meaning of village names in South Kalimantan reflects historical symbols, folklore, flora, fauna, characters, behaviour, tools, natural objects, earth, and water. Village names tend not to change, so their linguistic, philosophical, and historical values can be passed on to the next generation.

Article Details

How to Cite
Ida Komalasari, & Akhmad Humaidi. (2024). NAMA DESA BERBAHASA BANJAR DALAM LANSKAP LINGUISTIK DI KALIMANTAN SELATAN. Naditira Widya, 17(2), 67–86. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/nw/article/view/5621
Section
Articles

References

Anderbeck, K. 2015. “Portrait of Language Vitality in Thes Language of Indonesia.” Asia Pasific Linguistics 4:19-47

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2017. Pedoman Konservasi dan Revitalisasi Bahasa. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Balai Bahasa Banjarmasin (Indonesia), ed. 2012. Bahasa daerah di Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Bahasa, Provinsi Kalimantan Selatan.

BPCB Kaltim. 2020. “Temuan Arkeologis Di Candi Laras.” Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud. Diunduh

pada 15 Agustus 2023 (http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/temuan-arkeologis-di-candi- laras/#).

Canakis, C. 2016. “The Linguistic Landscape of Stadiou Street in Athens: An Ethnographic Approach to the Linguistic Appropriation of Contested Space.” Pp. 165–79 in Vol. 37. Thessaloniki, Greece: Aristotle University of Thessaloniki.

Chesnut, Michael, Vivian Lee, and Jenna Schulte. 2013. “The Language Lessons around Us: Undergraduate

English Pedagogy and Linguistic Landscape Research.” English Teaching: Practice and Critique 12(2):102–20.

Da Silva, Anna Marietta, Yassir Nasanius Tjung, Sri Hapsari Wijayanti, and Christiany Suwartono. 2021. “Language Use and Tourism in Yogyakarta; The Linguistic Landscape of Malioboro.” Wacana 22(2):295-318. doi: 10.17510/wacana.v22i2.721.

Daud, Alfani. 1997. Islam Dan Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hapip, Abdul Djebar. 2008a. “Kamus Banjar Indonesia.”

Hapip, Abdul Djebar. 2008b. Tata Bahasa Bahasa Banjar. Banjarbaru: CV Rahmat Hafiz Al Mubaraq.

Hardani, Nofia, and Chatimatun Nisa. 2023. “Pengaruh Formulasi Bahan Sterilan dan Posisi Daun pada Kultur Durian Lahung (Durio dulcis).” Pp. 74–81 in Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah. Vol. 8. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.

Humaidi, Akhmad. 2016. “Pola Nama Panggilan Dalam Masyarakat Banjar.” Pp. 77–98 in Budaya Lokal dalam Sastra. Banjarbaru: Scripta Cendekia.

Humaidi, Akhmad. 2019. “Strategi Otama Untuk Pengutamaan Bahasa Indonesia Di Ruang Publik.” Pp. 411–34 in Seminar dan Lokakarya Pengutamaan Bahasa Negara di Ruang Publik. Jakarta: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan.

Humaidi, Akhmad, and Kamal Hasuna. 2020. Bahasa Bajau Dalam Masyarakat Multibahasa. Banjarbaru: Scripta Cendekia.

Humaidi, Akhmad, Kamariah Kamariah, and Haswinda Harpriyanti. 2017. “Infleksi dalam Bahasa Banjar.” STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 2(2). doi: 10.33654/sti.v2i2.403.

Humaidi, Akhmad, Yulita Safutri, and Alimuddin A. Djawad. 2021. “Bentuk Satuan Kebahasaan dan Makna Toponimi Nama Desa di Wilayah Kabupaten Tabalong.” Jurnal Basataka 4(1):30-40.

Humaidi, Akhmad, and Ahmad Sarwani. 2017. “Metafora Dalam Pemberian Nama Anak Pada Masyarakat Banjar.” in Sastra Anak dan Kontribusinya dalam Pembentukan Karakter Banngsa Menyongsong Indonesia Emas Tahun 2045. Banjarmasin, Indonesia: STKIP PGRI Banjarmasin.

Florenta, S., & Rahmawati, L. E. (2021). Lanskap Linguistik Multibahasa Dalam Ruang Publik Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul. Proceeding of The URECOL, 57-63.

Jolayemi, Demola, and Mahmud Memunat Olayemi. 2017. “Road Signs as Linguistic Landscape in Nigeria: A Semiotic Communication.” International Journal of English Language and Linguistics Research 5(5):1–14.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. “Kamus Linguistik.” Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kusmartono, Vida Pervaya Rusianti. 2005. "Candi Laras dan Candi Agung: Kronologi dan kontak budaya Masa Klasik." Naditira Widya 14:55-63.

Maly, Ico, and Jan Blommaert. 2019. “Digital Ethnographic Linguistic Landscape Analysis (ELLA 2.0).” Tilburg Papers in Culture Studies (233):4-26.

Mauliddian, Khilmi, Ika Nurhayani, and Hamamah Hamamah. 2022. “Penanda Publik Bahasa Kawi di Kota Probolinggo: Kajian Lanskap Linguistik.” Ranah: Jurnal Kajian Bahasa 11(1): 130-140. doi: 10.26499/rnh.v11i1.2716.

Moriarty, Máiréad. 2014. “Languages in Motion: Multilingualism and Mobility in the Linguistic Landscape.” International Journal of Bilingualism 18(5):457–63. doi: 10.1177/1367006913484208.

Nastiti, Titi Surti, Nurhadi Rangkuti, Vida Pervaya Rusianti Kusmartono, dan Harry Widianto. 1998. "Ekskavasi situs Candi Laras, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan." Berita Penelitian Arkeologi 3:1-49.

Sahril, Sahril, Syahifuddin Zuhri Harahap, and Agus Bambang Hermanto. 2019. “Lanskap Linguistik Kota Meda: Kajian Onomastika, Semiotika, dan Spasial.” MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan 17(2):195. doi: 10.26499/mm.v17i2.2141.

Saleh, Mohammad Idwar. 2021. “Asal Usul Nama Daerah ‘Mantuil’ Di Banjarmasin.” Berita Bancarmasin, November 22.

Sulistyanto, Bambang and Siswanto. 1999. "Pertanggalan radiokarbon situs Pematang Bata." Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin. Unpublished.

Wajidi, Wajidi. 2014. “Hubungan Islam dan Budaya dalam Tradisi Ba-ayun Maulid di Masjid Banua Halat Kabupaten Tapiin, Kalimantan Selatan.” Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 6(3):349-366. doi: 10.30959/patanjala.v6i3.166.

Wulandari, Dyah Sri, A. Firsa Ariza, and Nurhayati. 2023. “Pengaruh Pemindahan Ibu Kota Negara Terhadap Investasi Di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan.” Journal on Education 5(2):3804–7.

Wulansari, Dwi Windah. 2020. “Linguistik Lanskap di Bali: Tanda Multilingual dalam Papan Nama Ruang Publik.” KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra 3(2):420–29. doi: 10.24176/kredo.v3i2.4600.

Zaman, Saeful, and Anis Rahmawati. 2022. “Pemertahanan Identitas dan Jati Diri Bangsa Melalui Desa Wisata: Kajian Lanskap Linguistik Desa Wisata Jatimulyo.” Semesta 5(1): 37–46.