KERAMAT BATU (PATAHU) DI MASYARAKAT NGAJU, KALIMANTAN TENGAH
Main Article Content
Abstract
Masyarakat Ngaju yang tinggal di sepanjang Sungai Kahayan dan Sungai Kapuas Kalimantan Tengah merupakan
komunitas asli. Mereka mengenal kepercayaan Kaharingan dan masih mengadakan ritual yang berkaitan dengan daur kehidupan dan kematian. Salah satu bangunan yang dimiliki oleh setiap desa di masyarakat Ngaju adalah keramat batu
atau yang biasa disebut dengan patahu. Artikel ini mengkaji tentang ragam bentuk dan fungsi, serta perubahan fungsi
keramat batu di masyarakat sekarang. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan penalaran induktif. Data patahu
dikumpulkan melalui kegiatan survei dan wawancara. Berdasarkan hasil observasi dan analisis dapat diketahui bahwa
mayoritas bentuk batu yang dikeramatkan adalah batu bentukan alam, dan ada bentuk lain yang memberi petunjuk pada
masuknya pengaruh luar di masyarakat. Selain itu, meskipun kepercayaaan terhadap kekuatan keramat batu tetap lestari, tetapi fungsi utama keramat batu di masyarakat telah berubah, hanya sebagai simbol penjaga desa.
Ngaju communities who are living along the river banks of Kapuas and Kahajan in Central Kalimantan are indigenouse people. Some of them are adherent the Kaharingan belief and still hold rituals associated with the cycle of life and death. One of the buildings owned by each village community is a sacred stone or commonly referred to as patahu. This article attempts to learn about the various forms and functions, as well as changes in rock sacred function in today’s society. The method used is descriptive with inductive reasoning. Patahu data were collected through surveys and interviews. Based on observations and analysis, the paper shows that the majority forms of sacred stones are natural rock
formations, and there are other forms that give instructions on the influx of outside influences in society. In addition, although the belief of sacred stones power remains stable, but the principal function of sacred stone in society has changed, just as the symbol of guardian villages.
Article Details
References
Arifin, Karina dan Bernard Sellato. 1999. “Survei dan Penyelidikan Arkeologi di Empat Kecamatan di Pedalaman Kalimantan Timur (Long Pujungan, Kerayan, Malinau dan Kayan Hulu.” Cristina Eghenter dan Bernard Sellato editor. Kebudayaan dan Pelestarian Alam. Penelitian Interdisipliner di pedalaman Kalimantan. Jakarta: WWF Indonesia.
Baier, Martin. 2007. “The Development of the Hindu Kaharingan Religion: A New Dayak Religion in Central Kalimantan.” Anthropos
(2): 566-570.
Ehrlich, Celia. 2000. “Inedible to Edible: Firewalking and the Ti Plant (cordyline fruticosa(L).A.Chev). “The Journal of The Polynesia Society 109 (4): 371-400.
Flannery, Kent V. and Joyce Marcus. 1996. “Cognitive Archaeology.” Hlm 350-363 dalam Contemporary Archaeology in Theory, diedit oleh Robert Preucel and Ian Hodder. United Kingdom: Blackwell Publisher Ltd.
Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: P.T. Dian Rakyat.
Kusmartono, Vida Pervaya Rusianti dan Harry Widianto. 1997/1998. “Ekskavasi Situs Candi Agung Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan.” Berita Penelitian Arkeologi No. 2. Banjarmasin: Balai Arkeologi.
Munandar, Agus Aris. 2012. Proxemic Relief Candi-candi Abad ke-8-10. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Petebang, Edi. 2005. Dayak Sakti Pengayauan, Tariu, Mangkuk Merah. Pontianak: Institut Dayakologi.
Pradopo, Rchmat Djoko. 1998. “Semiotika: Teori, Metode, dan Penerapannya.” Humaniora 7 (Januari-Maret): 42-48.
Schärer, Hans. 1963. Ngaju Religion the Conception of God Among a South Borneo People. Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-, en
Volkenkunde. The Hague: Martinus Nijhoff.
Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. 2008. Pulang Pisau dalam Angka Tahun 2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pulang Pisau. Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. 2011. Kapuas dalam Angka Tahun 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas.
Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. 2012. Gunung Mas dalam Angka. BAPPEDA dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunung Mas.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi editor. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
Soejono, R.P. 1981. Tinjauan tentang Perkerangkaan Prasejarah Indonesia, Aspek-aspek Arkeologi Indonesia (Aspects of Indonesian Archaeology) No. 5. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Soejono, R.P. 2008. Sejarah Nasional Indonesia I. Diedit oleh Mawarti Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Balai Pustaka.
Sulistyanto, Bambang. 2000. “Umur Candi Laras dalam Panggung Sejarah Indonesia Kuna.” Berita Penelitian Arkeologi No. 7.Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin
Sunarningsih. 2012. “Tahapan Proses Kebudayaan di Kawasan Hilir Sungai Kapuas, Kalimantan Tengah.” Berita Penelitian Arkeologi 6 (1): 33-56.
Sunarningsih. 2013. “Penelitian Arkeologi DAS Kahayan, Kalimantan Tengah.” Laporan Penelitian Arkeologi. Balai Arkeologi Banjarmasin.
Tim penelitian. 2012. “Penelitian Potensi dan Sebaran Arkeologi di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.” Laporan Penelitian Arkeologi. Balai Arkeologi Banjarmasin.
Wasita. 2006. “Sistem Penguburan Umat Kaharingan Dayak Lawangan.” Berita Penelitian Arkeologi Edisi Khusus 16: 1-7.