KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DAN STUDI ETNOBOTANINYA DI KECAMATAN LAMPASIO, KABUPATEN TOLITOLI, SULAWESI TENGAH

Authors

  • Muthmainnah Muthmainnah Mahasiswa Doktoral Ilmu Pertanian, Program Pascasarjana, Universitas Tadulako
  • Ramadanil Pitopang Program Stud Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tadulako
  • Imran Rachman Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
  • Yusran Yusran Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
  • Ariyanti Ariyanti Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako

DOI:

https://doi.org/10.55981/berita_biologi.2025.11997

Keywords:

Bambu, Keanekaragaman, Etnobotani, ICS, Lampasio

Abstract

Informasi mengenai keanekaragaman dan pemanfaatan etnobotani bambu di Kecamatan Lampasio, Kabupaten Tolitoli, masih terbatas, meskipun wilayah ini memiliki potensi sumber daya bambu yang tinggi dengan sebaran relatif merata di hampir semua desa. Penelitian ini bertujuan menganalisis jenis-jenis bambu dan bentuk pemanfaatannya oleh masyarakat. Penelitian dilakukan pada Februari–April 2025 menggunakan metode jelajah untuk eksplorasi jenis, serta studi etnobotani dengan purposive sampling dan snowball sampling. Nilai kepentingan budaya setiap jenis dianalisis dengan Index of Cultural Significance (ICS). Hasil penelitian menemukan sembilan jenis bambu yaitu Bambusa vulgaris var. striata (Lodd.ex Lindl), Bambusa vulgaris var. vulgaris Schard, Schizostachyum brachycladum Kurz, Dendrocalamus strictus (Roxb). Nees, Gigantochloa pseudoarundinacea (Steud.) Widjaja, Gigantochloa atroviolacea Widjaja, Schizostachyum lima (Blanco) Merr, Bambusa glaucophylla Widjaja, dan Bambusa multiplex (Lour.) Jenis bambu dengan nilai ICS tertinggi adalah Schizostachyum brachycladum Kurz (ICS = 516), yang dimanfaatkan luas sebagai bahan pangan, pagar, kayu bakar, wadah nasi lemang, tali, dan anyaman. Jenis ini perlu difokuskan pada konservasi dan budidaya untuk menjaga ketersediaannya. Sebaliknya, Bambusa glaucophylla Widjaja dan Bambusa multiplex (Lour.) memiliki nilai ICS terendah (ICS = 12), mencerminkan pemanfaatan yang terbatas. Kedepan, kedua jenis ini berpotensi dikembangkan melalui eksplorasi pemanfaatan baru dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap nilai tambahnya.

Downloads

Published

2025-12-22