KEANEKARAGAMAN DAN STATUS KONSERVASI BURUNG YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA PANGKALPINANG, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
DOI:
https://doi.org/10.55981/beritabiologi.2023.1976Keywords:
burung, keanekaragaman, konservasi, PangkalpinangAbstract
Maraknya perdagangan satwa liar utamanya disebabkan oleh tingginya minat konsumen untuk mengoleksi dan memelihara satwa, khususnya jenis burung. Perdagangan burung diketahui tidak hanya memperjualbelikan jenis burung yang tidak dilindungi saja, melainkan terkadang juga jenis burung yang dilindungi. Banyaknya kasus perdagangan burung ilegal dapat berdampak pada kepunahan satwa jenis burung yang dilindungi. Penelitian ini bertujuan menganalisis keanekaragaman jenis burung dan mengetahui status konservasi jenis burung yang diperjualbelikan di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilakukan menggunakan metode pengamatan langsung dan wawancara dengan pemilik atau pekerja toko burung dan pasar burung untuk mendapatkan data jenis burung. Data hasil penelitian kemudian dianalisis secara deskriptif, dan penentuan status konservasinya mengacu pada CITES, IUCN dan Peraturan Pemerintah Nomor 106 tahun 2018, serta Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 1.357 ekor burung yang diamati, terdapat 65 jenis burung (22 famili, 6 ordo) yang diperdagangkan di Kota Pangkalpinang. Keenam ordo tersebut adalah Psittaciformes (4 spesies), Passeriformes (39 spesies), Strigiformes (1 spesies), Columbiformes (9 spesies), Anseriformes (3 spesies), dan Galliformes (9 spesies). Empat jenis burung yang termasuk dalam kategori ‘terancam’ (Endangered) adalah Chloropsis sonnerati (cica-daun besar), C. cochinchinensis (cica-daun sayap-biru), Lonchura oryzivora (gelatik jawa) dan Alophoixus bres (empuloh janggut). Sedangkan tiga spesies yang termasuk dalam Apendiks II yaitu Tyto alba (serak jawa), Agapornis fischer (love bird/burung cinta) dan L. oryzivora (gelatik jawa). Data jenis dan jumlah burung yang diperjualbelikan di Kota Pangkalpinang diharapkan dapat menjadi informasi awal dalam upaya mengatur perdagangan burung dan menjaga keberlangsungan hidup satwa tersebut pada habitat aslinya.