ANALISIS SPASIAL DAN DETEKSI TRANSMISI TRANSOVARIAL VIRUS DENGUE PADA NYAMUK AEDES AEGYPTI DESA CIKUYA DAN PAREREJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARHARJO, KECAMATAN BANJARHARJO, KABUPATEN BREBES, PADA TAHUN 2020
DOI:
https://doi.org/10.55981/beritabiologi.2023.808Keywords:
Transmisi transovarial, analisis spasial, imunositokimia, real time PCRAbstract
Indonesia termasuk negara tropis sekaligus negara endemis tinggi penyakit Demam Berdarah Dengue. Nyamuk Ae. aegypti merupakan salah satu vektor virus dengue. Penularan virus dengue dapat terjadi dimulai dari fase nyamuk masih dalam bentuk telur yang dinamakan penularan secara transmisi transovarial. Kepadatan penduduk yang tinggi dapat membuat penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) lebih intensif karena jarak rumah yang berdekatan memudahkan nyamuk menyebarkan virus dengue. Penelitian ini dilakukan di Desa Parereja dan Cikuya yang merupakan daerah endemis tinggi DBD. Pengambilan sampel dilakukan di wilayah yang padat dan jarang penduduknya. Penelitian dilakukan secara observasional deskriptif menggunakan desain cross sectional untuk menganalisis pola sebaran kasus DBD berdasarkan analisis Average Nearest Neighbor (ANN). Pendeteksian transmisi transovarial virus dengue dilakukan dengan metode imunositokimia dan real time PCR. Hasil penelitian menunjukkan pola sebaran kasus DBD adalah berkerumun terutama di daerah padat penduduk dengan jarak rata-rata antar kasus adalah 100,616 meter. Angka Indeks Transmisi Transovarial (ITT) di Desa Parereja adalah 13,3% yang diperoleh dari metode deteksi imunositokimia dan nilai Cq 33,88 < NTC (Not Template Control) 35,74 diperoleh dari metode real time PCR. Sedangkan di Desa Cikuya nilai ITT 0% dan Cq 38,78 > NTC 35,74. Sebagai kesimpulan pola sebaran kasus DBD berkerumun terutama dijumpai di daerah yang padat penduduknya dan transmisi transovarial virus berpotensi terjadi.