PERDAGANGAN CENGKIH MASA KOLONIAL DAN JEJAK PENGARUHNYA DI KEPULAUAN LEASE
Main Article Content
Abstract
Trade networks of the past have put the spices as primary commodities. In this context, the Moluccas region known as “heaven of spices” because the two main commodities produced are cloves (Sysgiumaromaticum; Eugenia aromaticum) and nutmeg (Myristicafragrans). Dutch traders through its trading partnership formed in 1602 that is Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) managed to seize hegemony spice trade in the Moluccas. Topic of this paper is The trace of Colonial era trade networks associated with the clove monopoly policies applied by the VOCs around the mid-17th century to the mid-19th century in the Moluccas. This period is characterized by the concentration of clove production in the three island groups namely Nusalaut, Saparua, and Haruku or often called the Lease Islands. The aspect of studies is the trace of cloves trading influence in colonial era in the Lease islands
Jaringan perdagangan masa lampau menempatkan rempah-rempah sebagai komoditi utama. Dalam konteks ini, wilayah Maluku dikenal sebagai surga rempah-rempah, karena dua komoditi utama yang dihasilkan yaitu cengkih (Sysgium aromaticum; Eugenia aromaticum) dan pala (Myristica fragrans). Para pedagang Belanda melalui kongsi dagangnya yang dibentuk pada tahun 1602 yaitu Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) berhasil merebut hegemoni perdagangan rempah-rempah di Maluku. Topik tulisan ini adalah jejak jaringan perdagangan masa Kolonial terkait dengan kebijakan monopoli cengkih yang diterapkan oleh VOC sekitar pertengahan abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-19 di Maluku. Periode ini ditandai dengan pemusatan produksi cengkih di tiga gugus pulau yaitu Nusalaut, Saparua, dan Haruku atau sering disebut Kepulauan Lease. Aspek yang dikaji adalah jejak pengaruh perdagangan cengkih masa Kolonial di Kepulauan Lease.
Article Details
This work is licensed under CC BY-NC-SA 4.0
Authors whose articles are getting published must agree with the following rules:
- Publication rights for all contents published in Kalpataru Journal (printed and online versions) belong to The Board of Directors with acknowledgment of the authors (morale right still belongs to the author)
- Legal formal regulation for digital access to electronic journal follows the rule of Creative Commons license Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA), which means Kalpataru Journal is a non-commercial publication, holds the right to keep, format, and manage the articles into the database, maintain, and publish articles
- Published articles both in printed and online versions are accessible for all purposes of education, research, and library archives. The board of directors is not responsible for any violations of the copyrights outside those purposes.
References
Aritonang, Jan S. 2006. Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Berkhof, H. dan Enklaar, I.H. 2001. Sejarah Gereja, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Bonke, Hans. 2010. “European Forts in The Indonesian Archipelago (Nusantara)”, dalam Inventory and Identification Forts in Indonesia, hal. 32-45. Jakarta: Pusat Dokumentasi Arsitektur; Direktorat Peninggalan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata; PAC Architects and Consultants.
End, V.d. 2008. Harta dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: Gunung Mulia.
de Graaf, H.J. 1977. “De Geschiedenis van Ambon en de Zuid Molukken”. Alih Bahasa oleh Frans Rijoli, Sejarah Ambon dan Maluku Selatan.
de Roever, A. et al. 2008. Grote Atlas van de Verenigde Oost-Indische Compagnie deel 3: Indisvhe Archipel en Oceanie. Zierikzee: Asia Maior.
Harkantiningsih, N., Sarjiyanto, L.H. Inagurasi, dan D. Rudatin. 2010. “Kajian Kewilayahan Pengaruh Kolonial di Nusantara: Penelitian dan Pengembangan”, makalah dalam Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi (EHPA). Yogyakarta, 15-18 Desember 2010: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
Knaap, G. 2004. Kruidnagelen en Christenen de VOC en de bevolking van Ambon 1656-1696. Leiden: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV).
Leirissa, R.Z. 1973. “Kebijakan VOC untuk Mendapatkan Monopoli Perdagangan Cengkih di Maluku Tengah antara Tahun-Tahun 1615 dan 1652”, dalam Bunga Rampai Sejarah Maluku, hal. 84-115. Jakarta: Lembaga Penelitian Sejarah Maluku.
Leirissa, R.Z, Manusama, Z.J., Lapian, A.B., Abdurrachman, P.R. 1982. Maluku Tengah di Masa Lampau: Gambaran Sekilas Lewat Arsip Abad Sembilan Belas. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia.
Marihandono, J. 2008. “Perubahan Peran dan Fungsi Benteng dalam Tata Ruang Kota”, makalah dalam Wacana: Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya Vol. 10 No. 1, April 2008. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern: 1200-2008. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Mansyur, Syahruddin, 2013. “Sistem Perbentengan dalam Sistem Monopoli Cengkih Masa Kolonial di Maluku”, makalah dalam Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi. Ambon, 13 Februari 2013: Balai Arkeologi Ambon.
Tim Penelitian, 2011. Jejak Pengaruh Kolonial di Kecamatan Pulau Saparua, Laporan Penelitian Arkeologi. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.
--------, 2012. “Menelusuri Jejak-Jejak Jaringan Perdagangan Masa Kolonial di PulauPulau Lease, Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku”, Laporan Penelitian Arkeologi. Ambon: Balai Arkeologi Ambon
van de Wall, V.I. 1928. de Nederlandsche Oudheden in de Molukken. Gravenhage: Martinus Hijhoff.
SSCNET, 2013.The East India Company. Diunduh tanggal 30 Agustus 2013. http://www.sscnet.ucla.edu/southasia/History/British/EAco.html
Oxford Reference, 2013. French East India Company. Diunduh tanggal 30 Agustus 2013. http://www.oxfordreference.com/view/10.1093/oi/authority.20110803095835150
Britannica, 2013. Danish East India Company. Diunduh tanggal 30 Agustus 2013. http://global.britannica.com/EBchecked/topic/151045/Danish-EastIndia-Company