PENGARUH KOLONIAL DI NUSANTARA

Main Article Content

Naniek Harkantiningsih

Abstract

Colonial Influence in Nusantara. Archipelago is a source of spices and other natural products, in this time the commodity highly sought by Asian and European nations. In the 16th Century of the archipelago waters began explored European merchant ships, the strength of Europe’s shipping and trade dominate Southeast Asian waters, including the archipelago until the mid 20th Century, was marked by the arrival of the Japanese colony. This is where the role of the commencement of the foreign colony in the archipelago. Expedition, commercial activity, and they do politics can be traced through historical records and archaeological evidence, so many and scattered in the archipelago. In this paper, will specifically address the colonial traces in several places in the archipelago. Exploratory and descriptive stages in the collection and processing of data, then look at the pattern of spreading and compare the character and chronology of colonial archaeological evidence found. The existence of the source of the spice, in the archipelago, can be attributed not only as evidence of trade links between producer and consumer, but also as evidence of the existence of the foreign community in the archipelago. Span of the history of the foreign colony in the archipelago long enough for more than three centuries. In periods in which the role and orientation of their activities, can be seen clearly based on the object of study, character, pattern of distribution, function and chronology of the existence of the foreign colony in the archipelago.


Nusantara merupakan sumber rempah-rempah dan hasil alam lainnya, pada masanya komoditi tersebut sangat dicari oleh bangsa Asia dan Eropa. Sekitar abad ke-16 M. perairan Nusantara mulai dijelajahi kapal-kapal dagang Eropa, kekuatan pelayaran dan perdagangan Eropa ini mendominasi perairan Asia Tenggara termasuk Nusantara hingga pertengahan abad ke- 20 M., ditandai dengan kedatangan koloni Jepang. Dari sinilah dimulainya peranan koloni asing di Nusantara. Ekspedisi, aktivitas komersial, dan politik yang mereka lakukan dapat ditelusuri melalui catatan sejarah dan bukti arkeologi, yang banyak dan tersebar di Nusantara. Dalam tulisan ini, secara khusus akan membahas jejak peninggalan kolonial di beberapa tempat di Nusantara. Tahapan eksplorasi dan deskriptif dalam pengumpulan dan pengolahan data, kemudian melihat pola persebarannya dan membandingkan karakter serta kronologi bukti-bukti arkeologi kolonial yang ditemukan. Keberadaan sumber rempah-rempah, di Nusantara, dapat dikaitkan bukan hanya sebagai bukti adanya jaringan perdagangan antara negara produsen dan konsumen, tetapi juga sebagai bukti keberadaan komunitas asing di wilayah Nusantara. Rentang waktu sejarah koloni asing di Nusantara lebih dari tiga abad. Dalam periode dimana peran dan orientasi kegiatan mereka, dapat diketahui secara jelas berdasarkan obyek kajian, karakter, pola persebaran, fungsi dan kronologi keberadaan koloni asing di Nusantara.

Article Details

How to Cite
Harkantiningsih, N. (2023). PENGARUH KOLONIAL DI NUSANTARA. KALPATARU, 23(1), 67–80. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/kalpataru/article/view/2617
Section
Articles

References

Abrianto, Octaviadi. 1992. Order Bangunan Kolonial abad ke-19 Masehi di Weltevreden, Batavia. Skripsi. Jakarta: Jurusan Arkeologi FSUI.

Alwi, Des. 2005. Sejarah Maluku, Banda Naira, Ternate, Tidore, dan Ambon. Jakarta: Dian Rakyat.

Blusse, Leonard. 1984. “Chinese Trade to Batavia During the Days of the VOC. SPAFA Consultative Workshop on Research on Maritime Shipping and Trade Networks in Southeast Asia”. Indonesia; Cisarua, West Java.

Djubiantono, Tony dan Harkantiningsih. 2005. “Persebaran Benteng Kota Pelabuhan Pre Modern di Nusantara. Symposium Terbuka Untuk Pelestarian Situs Benteng Kota Pelabuhan Pada Zaman Pre Modern di Asia”. Jepang: Fukuoka.

Harkantiningsih, Naniek. 2004. Monografi Seni Hias Tempel Keramik di Cirebon, Jawa Barat. Jakarta: Puslitarkenas.

---------. 2005 “Peninggalan Struktural Kasultanan Tirtayasa, Banten dan Kasultanan Wolio, Buton: Kajian Arkeologi”, dalam International Open Symposium for Preservation of Asian Castle Ruins in Middle & Pre Modern Age. Jepang: Fukuoka.

---------. 2006. “Port-Towns-Fortresses Banten- Buton”, dalam Archaeology Indonesian Perspective. Jakarta: LIPI.

--------. 2008. “Pengaruh Kolonial di Ternate: Wisata Budaya dan Agro Wisata”, dalam Jurnal Kepariwisataan Indonesia. Vol 3 No 4. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan.

---------. 2010a. “Jaringan Perdagangan di Nusantara Bagian Timur: Kajian Data Arkeologi untuk Masa Kini”, dalam Seminar Nasional dan Pameran Arkeologi Sail Banda 2010. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.

---------. 2010b. “Pengaruh Kolonial di Nusantara: Penelitian dan Pengembangan, dalam Arkeologi Indonesia”, dalam Lintasan Zaman. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

---------. 2010c. “Japan-Indonesian Archipelago: The Evidences of Trading Network,” Proceeding Hizen Ceramic Exported All Over the World, International Symposium World Ceramics. Jepang: Society of Kyushu Early Modern Ceramic Study.

---------. 2011. “European-Indonesian Archipelago Trading Network: Based On Archaeological Evidences,” dalam International Conference, South-East Asia. Art, Cultural Heritage, and Artistic Relations With Europe/Poland. Polandia: The Manggha Museum of Japanese Art and Technology, Warszawa.

---------. 2013. “Ceramics Along The Spice Trade Route in the Indonesian Archipelago in the 16th-19th Century,” Jurnal Forum Arkeologi Vol 26, No 1: 29-37. Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar.

Groeneveldt, WP. 1960. Historical Notes on Indonesia and Malaya. Compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bharata.

Heuken A, SJ. 1982. Historical Sites of Jakarta. Jakarta: Cipta Loka Caraka.

Lyons, Claire L. 2002. The Archaeology of Colonialism. Los Angeles: Getty Research Institute.

Mundardjito, dkk. 1976. Berita Penelitian Arkeologi. “Banten Lama”. Jakarta: Puslitarkenas.

NN. 2012. Forts in Indonesia. Jakarta: Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia.

Oktrivia, Ulce. 2009. “Setting Ruang Kota Kolonial di Sanga-Sanga”, dalam EHPA BALI Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Bali: Denpasar.

Sakai T. dan Harkantiningsih (ed.) 2007. “Laporan Penelitian Ekskavasi Situs Tirtayasa, Banten, Benteng Wolio, Buton”. Jepang: NPO-Puslitbang Arkenas.

Shigeru, Ikuta. 2007. “VOC dan Kesultanan Buton”, Laporan Penelitian Ekskavasi Situs Tirtayasa, Banten, Benteng Wolio, Buton. Jepang: NPO-Puslitbang Arkenas

Soekiman, Djoko. 1982. “Seni Bangunan Kolonial di Indonesia”, PIA II. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Tim Penelitian 2006. “Jaringan Perdagangan Masa Kasultanan Ternate-Tidore- Jailolo di Wilayah Maluku Utara Abad ke-16-19. Tahap I”, Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

---------. 2008a. “Permukiman dan Industri Pertambangan Pengaruh Kolonial di Kalimantan Timur”, Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

---------. 2008b. “Pusat-pusat Peradaban Melayu Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau”, Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

---------. 2009a. “Jaringan Perdagangan Masa Kasultanan Ternate-Tidore-Jailolo di Wilayah Maluku Utara Abad ke- 16-19 Tahap II”. Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

---------. 2009b “Pengaruh Kolonial Das Ciliwung Kota Tua Bogor: Bangunan Kuno dan Pemanfaatan Kawasan (Tahap I)”, Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Badan Pengembangan Sumberdaya Kebudayaan dan Pariwisata, Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

Wibisono, Chr. Sonny. 1997. “The Early Islamic Trading Settlements in the East Coast of Northern Sumatra in 13—15th Century”, Maritime Silk Route Studies. China: Fujian Education Publishing House.

---------. 2013. “Irigasi Tirtayasa: Teknik Pengelolaan Air Kesultanan Banten Pada Abad ke-17”. Amerta Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, Vol 31, No 1. Jakarta: Pusat Arkeologi Nasional.