THE SUNDANESE ECO-RELIGION KAMPONG OF KASEPUHAN CIPTAGELAR INDIGENOUS LOCAL COMMUNITY: CASE STUDY KAMPONG CENGKUK, SUKABUMI REGENCY
Main Article Content
Abstract
This research focused on eco-religion of indigenous Sundanese local community of Kasepuhan Ciptagelar at Southern Halimun Mountain on how to manage sustainable environment. The Kampong Cengkuk is one of several kampongs that still follow the tradition of indigenous local community of Kasepuhan Ciptagelar for hundred years. This descriptive qualitative research aims to reveal the internal and external factors led to deforestation of natural forests with average around 6-8% per year. The research shows that the kampong is still practicing eco-religion tradition by protecting forestland (leuweung tutupan) only for their subsistence. The hypothesis is that the social-culture changes had been occurred in the community not only to restrict outer island agriculture in the forest, but also, in wet rice cultivation activities, to manage sustainable environment. The reduction in process and ceremonial activities also happened, which was originally eight ceremonies of outer island agriculture rituals into five ceremonies of wet rice cultivation. The more profane activities were developing economic crops in home garden.
Penelitian ini membahas tentang eko-religi masyarakat lokal Sunda Kampung Ciptagelar di Pegunungan Halimun Selatan bagaimana dalam pengelolaan lingkungan keberlanjutan saat ini. Kampung Cengkuk adalah salah satu dari kampung-kampung pengikut tradisi Kasepuhan Ciptagelar selama ratusan tahun. Penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif ini yang bertujuan untuk mengetahui faktor dari dalam dan luar kampung penyebab deforestasi hutan alam dengan rata-rata sekitar 6-8% per tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik ekoreligi masih dianut warga kampung dengan menjaga hutan tutupan (leuweung tutupan) untuk kegiatan subsistensi. Hipotesa yang dibangun adalah perubahan sosio-kultur terjadi pada masyarakat dengan membatasi kegiatan berladang di hutan tetapi lebih kepada kegiatan bertani di sawah ladang untuk mengelola lingkungan berkelanjutan. Pengurangan pada proses dan kegiatan upacara, yang semula delapan upacara daur ladang menjadi lima upacara daur sawah. Kegiatan profan lebih banyak pada pengembangan komoditas tanaman ekonomi di kebun-talun.
Article Details
This work is licensed under CC BY-NC-SA 4.0
Authors whose articles are getting published must agree with the following rules:
- Publication rights for all contents published in Kalpataru Journal (printed and online versions) belong to The Board of Directors with acknowledgment of the authors (morale right still belongs to the author)
- Legal formal regulation for digital access to electronic journal follows the rule of Creative Commons license Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA), which means Kalpataru Journal is a non-commercial publication, holds the right to keep, format, and manage the articles into the database, maintain, and publish articles
- Published articles both in printed and online versions are accessible for all purposes of education, research, and library archives. The board of directors is not responsible for any violations of the copyrights outside those purposes.
References
Adimihardja, K. 2001. Kearifan Lokal Komunitas Adat Mengelola Sumber Daya Agraria. Jurnal Analisis Sosial, 6 (2), 75–85.
---------------. 2002. Upacara Daur Pertanian. In Indonesia Heritage 2: Manusia Dan Lingkungan. Buku Antar Bangsa.
---------------. 2009. Leuweung Titipan: Hutan Keramat Warga Kasepuhan Di Gunung Halimun. In E. Soejito, H. Purwanto, & Y. Sukara (Eds.), Situs Keramat Alami: Peran Budaya Dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati (pp. 78–82). Yayasan Obor Indonesia.
Bemmelen, V. 1970. The Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes (Vol. 1A). Government Printing Office.
Ekadjati, E. S. 1995. Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan Sejarah. Pustaka Jaya.
---------------. 2009. Kebudayaan Sunda Zaman Pajajaran Jilid 2. Pustaka Jaya.
Garna, J. K. 2008. Budaya Sunda: Melintas Waktu Menantang Masa Depan. Lembaga Penelitian Unpad and Judistira Garna Foundation.
Geertz, C. 1963. Agricultural Involution: The Processes of Ecological Change in Indonesia. California University Press.
Grim, J. A. 2001. Indigenous Traditions and Deep Ecology. In Deep Ecology and World Religion: New Essays on Sacred Ground (pp. 35–54). New York University Press.
Hardesty, D. L. 1977. Ecological Anthropology. John Willey & Sons.
Poerwanto, Hari. 2008. Kebudayaan Dan Lingkungan: Dalam Perspektif Antropologi (Keempat). Pustaka Pelajar.
Harsojo. 1979. Kebudayaan Sunda. In Koentjaraningkrat (Ed.), Manusia dan Kebudayaan (pp. 300–320). Djambatan.
Hartono, dkk. 2007. Taman Nasional Gunung Halimun-Salak: Menyingkap Kabut Gunung Halimun Salak. Gunung Halimun-Salak National Park Management Project.
Hidayat, H. 2008. Politik Lingkungan: Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru Dan Reformasi. Yayasan Obor Indonesia.
Keraf, S. A. 2010. Etika Lingkungan. Kompas Gramedia.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi (Kedelapan). Rineka Cipta.
Laporan Survei Potensi Resor Gunung Bodas. 2010.
Marzali, A. 2003. Strategi Peisan Cikalong Dalam Menghadapi Kemiskinan. Yayasan Obor Indonesia.
Mihardja, D. 2015. Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Sunda. Al-Adyan, X(1), 19.
Miller, T. 2012. Living in the Environment: Principles, Connections, and Solutions. Nelson Thomson Learning.
Mundardjito. 2006. Lingkungan Alam Dan Sosial Dalam Perspektif Sejarah. In Rapat Penyusunan Pedoman Kajian Geografi Sejarah, 7-8 April 2006.
---------------. 2008. Materi Kuliah Pemukiman.
Neuman, L. W. 1997. Social Research Method: Qualitative and Quantitative Approaches (Third). Allyn and Bacon.
Nugraheni, E., & Winata, A. 2002. Kearifan Tradisional Masyarakat Kasepuhan Halimun Ditinjau Dari Aspek Kelestarian Lingkungan.
Pasaribu, Y. A. 2010. Penempatan Benda-Benda Megalitik Pada Situs Tugu Gede Cengkuk, Sukabumi, Jawa Barat: Sebuah Kajian Keruangan Skala Semi-Mikro.
Peluso, N. 2006. Hutan Kaya, Rakyat Melarat: Penguasaan Sumber Daya Dan Perlawanan Di Jawa.
Permana, R. C. E. 2006. Tata Ruang Masyarakat Baduy. Wedatama Widya Sastra.
Purba, J. (Ed.). 2002. Bungai Rampai Kearifan Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup.
Rambo, T. 1983. Conceptual Approaches to Human Ecology.
Salim, E. 1997. Pembangunan Berkelanjutan. In A. Anwar & M. . Kuncoro (Eds.), Widjojo Nitisastro 70 Tahun: Teori, Kebijaksanaan, Dan Pelaksanaan II (pp. 921–931). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Singarimbun, M., & Effendi, S. (Eds.). 1989. Metode Penelitian Survey (Revisi). Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.
Soemarwoto, O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan (Kesepuluh). Djambatan.
---------------. 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Kedua). Gajahmada University Press.
Soerjani, M. (Ed.). 2006. Lingkungan Hidup: Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan. Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan.
Sudarti, dkk. 2005. Laporan Hasil Penelitian Arkeologi: Ekskavasi Penelitian Situs Tugu Gede Cengkuk, Desa Margalaksana, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat.
Suhardjito, D. 2002. Kebun Talun: Strategi Adaptasi Sosial Kultural Dan Ekologi Masyarakat Pertanian Lahan Kering Di Desa Buniwangi, Sukabumi, Jawa Barat.
Sukendar, H., dkk. 1977. Laporan Penelitian Prasejarah Di Daerah Jampangkulon Dan Sekitarnya (Jawa Barat).
Sulistyo, Ary. 2011. “Kelestarian Lingkungan Kampung Adat Sunda Kawasan Gunung Halimun Selatan: Studi Kearifan Lingkungan Masyarakat Adat Kasepuhan Kampung Cengkuk Sukabumi.” Universitas Indonesia.
Supriyanto, B. 2008. No Title. National Geographic.
Susilo, R. D. 2008. Sosiologi Lingkungan. Rajawali Press.
Wessing, R. 2003. The Shape of Home Spatial Ordering in Sundanesse Kampung. In G. Schefold, R. Nas, J. . Peter, & Domenig (Eds.), Indonesian House: Tradition and Transformation in Vernacular Architecture (pp. 521–523). 521–23. Leiden: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkendunde (KITLV).
Wood, A., & Dkk (Eds.). 2000. The Root Causes of Biodiversity Loss. Earthscan Publication.
Yatap, H. 2008. Pengaruh Peubah Sosial Ekonomi Terhadap Perubahan Penggunaan Dan Penutupan Lahan Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Regulations
Indonesia. UU Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Pub.L. No. 5 1960.
Indonesia. UU Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Pub.L. No. 5 1990.
Indonesia. UU Kehutanan, Pub.L. No. 41 1999.
Indonesia. UU Penataan Ruang, Pub.L. No. 26 2007.
Indonesia. UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pub.L. No. 32 1999.
Indonesia. Kepres Pengelolaan Kawasan Lindung, Pub.L. No. 32 1990.
Indonesia. Kepmendagri Data Dasar Profil Desa/Kelurahan, Pub.L. No.25 1996.
Maps
Peta Rupabumi Dijital Indonesia Lembar Pelabuhan Ratu Skala 1:25.000. Bogor: Badan Survey dan Pemetaan Nasional.
Peta Tematik Taman Nasional Gunung Halimun, Wilayah Seksi Pengelolaan III, Resor Gunung Bodas, Sukabumi Tahun 2010.