PENGARUH PERKERETAAPIAN TERHADAP PERKEMBANGAN STRUKTUR TATA RUANG KOTA CIREBON BERDASARKAN TINGGALAN ARKEOLOGIS

Main Article Content

Iwan Hermawan
Octaviadi Abrianto
Revi Mainaki

Abstract

Cirebon is a strategic city in the north of Java which, based on concentric theory, has a dynamic development process. This research used a qualitative approach and the descriptive method followed the pattern of inductive reasoning where data was collected through a) a literature study to documents from Indonesian National Archives (ANRI) and PT KAI Indonesia; b) field survey to observe the remains of the railroads; and c) interviews with the community leaders. Data were then analyzed spatially, using indicators from concentric theory, to see the effect of railroads on the development of the spatial structure of Cirebon. The result of the study reveals that the palace used to be the center of community activities during the kingdom reign, then shifted after the Dutch arrived and built the railroads. The center of the activities shifted to the ports, the stations, along the train stops, the plantation areas, the sugar factories, and the meeting points of the roads. The remains of the railroads today become a contextual proof of the development of the spatial structure of Cirebon which must be preserved as an archaeological value.


Cirebon merupakan kota yang strategis di bagian utara Pulau Jawa. Jika didasarkan pada teori konsentris, kota ini memiliki proses perkembangan dinamis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode deskripstif mengikuti pola penalaran induktif. Data dikumpulkan melalui studi literatur, yakni dokumen dari Arsip Nasional Indonesia dan PT KAI Indonesia; survei untuk melihat sisa tinggalan perkeretaapian dari studi literasi; dan wawancara kepada tokoh masyarakat. Data dianalisis secara spasial dengan indikator dari teori konsentris untuk melihat pengaruh perkeretaapian terhadap perkembangan struktur tata ruang Kota Cirebon. Hasil penelitian tinggalan arkeologis perkeretaapian menunjukan bahwa pada masa kerajaan, pusat aktivitas masyarakat berada di sekitar keraton, kemudian bergeser setelah Belanda datang dan membangun perkeretaapian. Pusat aktivitas bergeser ke pelabuhan, stasiun, sepanjang perhentian kereta api, kawasan perkebunan, pabrik gula dan titik pertemuan jalan. Kondisi tinggalan tersebut menjadi bukti kontekstual perkembangan struktur tata ruang Kota Cirebon yang harus dilestarikan sebagai peninggalan bernilai arkeologis.

Article Details

How to Cite
Hermawan, I., Abrianto, O., & Mainaki, R. (2023). PENGARUH PERKERETAAPIAN TERHADAP PERKEMBANGAN STRUKTUR TATA RUANG KOTA CIREBON BERDASARKAN TINGGALAN ARKEOLOGIS. KALPATARU, 29(2), 117–132. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/kalpataru/article/view/2695
Section
Articles

References

Aksa, F. I., Utaya, S., & Bachri, S. (2019). Geografi dalam Perspektif Filsafat Ilmu. Majalah Geografi Indonesia, 33(1), 43–47. https://doi.org/10.22146/mgi.35682

Astedja, M. (2016). Perkembangan Morfologi Keraton Cirebon. Cirebon: Kuliah Umum Bangunan dan Kawasan Cagar Budaya Cirebon.

Centrale, B. (1942). Kaartezal Centrale Bibliotheek Kon. Inst. v. d. Tropen. Amsterdam: Survey Directorate H. Q ALFSEA.

Darini, R., Hartono, M., Miftahuddin, Ashari, E., & Sulistyo, Y. B. (2014). Laporan Penelitian: Kereta Api di Jawa tengah dan Yogyakarta Tahun 1864-1930. Yogyakarta.

Gedenkbook der Gemeente Cheribon 1906-1931. (1931). Bandoeng - Cheribon: NV. A. C. Nix & Co.

Hendro, E. P. (2014). Perkembangan Morfologi Kota Cirebon dari Masa kerajaan Hingga Akhir Masa Kolonial. Paramita: Historical Studies Journal, 24(1), 17–30. https://doi.org/10.15294/paramita.v24i1.2861

Hermawan, I. (2018). Laporan Penelitian Arkeologi: Keterkaitan antara Transportasi Kereta Api dengan Perkembangan Wilayah Pada Masa Kolonial Di Kabupaten Cirebon dan Indramayu , Jawa Barat. Bandung.

Hermawan, I. (2019). Laporan Penelitian Arkeologi: Kereta Api dan Tata Ruang Kota Cirebon, Jawa Barat. Bandung.

Hermawan, I., & Mainaki, R. (2019). Pemetaan Jalur dan Tinggalan Perkeretaapian Masa Kolonial Belanda di Wilayah Cirebon Timur. Sosioteknologi, 18(3), 560–577. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.5614%2Fsostek.itbj.2019.18.3.21

Hudiyanto, R. (2015). Kopi dan Gula: Perkebunan di Kawasan Regentschap Malang 1832-1942. SEJARAH DAN BUDAYA: Jurnal Sejarah, Budaya, dan pengajarannya, 9(1), 96–115. Diambil dari http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/view/1565/853

Kusliansjah, K., & Ramadhan, A. (2013). Struktur pesisir (Waterfront) Kota Cirebon - Jawa Barat, Studi Kasus:Telaah Morfologi kawasan Pesisir Kelurahan Panjunan, Lemahwungkuk, Kasepuhan, Kasunean - Kota Cirebon. In Research Report - Engineering Science (Vol. 1). Diambil dari http://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/view/184

Kusumastuti, K. (2017). Kajian Perencanaan Kota Pada Gedung Bekas RSJ Mangunjayan Sriwedari, Surakarta. Region: Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif, 7(1), 11. https://doi.org/10.20961/region.v7i1.5776

Lasmiyati. (2013). Keraton Kanoman di Cirebon (Sejarah dan Perkembangannya). Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya, 5(1), 131–146.

Leksono, A., Atmodjo, W., & Maslukah, L. (2013). Studi Arus Laut pada Musim Barat di Perairan Pantai Kota Cirebon. Journal of Oceanography, 2(3), 206–213. Diambil dari http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose.50275Telp/Fax

Lubis, N. H. (2000). Cirebon. In N. H. Lubis (Ed.), Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa Barat (hal. 21–48). Bandung: Alqaprint.

Mainaki, R., & Hermawan, I. (2019). Perkeretaapian Masa Kolonial Belanda di Wilayah Indramayu: Pemetaan Jalur dan Bukti Tinggalan Arkeologis. JURNAL WALENNAE, 17(2), 125–142. https://doi.org/10.24832/wln.v17i2.388

Marihandono, D., Juwono, H., Budi, L. S., & Iswari, D. (2016). Sejarah Kereta Api Cirebon - Semarang, Dari Konsesi ke Nasionalisasi (E. Yulianto, Ed.). Bandung: Aset Non Railway, Direktorat Aset Tanah dan Bangunan PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

Pendopo Cirebon Dirintis Sejak 1903 - Pikiran-Rakyat.com. (2018). Diambil 19 Agustus 2020, dari 27 Februari website: https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01294033/pendopo-cirebon-dirintis-sejak-1903-420246

Puguh, D. R. (2010). Dari “Per Aspera ad Astra” Ke “Cirebon Baru”: Perubahan Citra Kota Cirebon 1930-1950-an. 1–10. Diambil dari http://eprints.undip.ac.id/3266/2/21_Per_Aspera_ad_Astra_(Dhanang_R.).pdf

Raap, O. J. (2017). Sepoer Oeap Djawa Tempo Doeloe. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Rachmawati, R. (2008). Pengembangan Pusat Pelayanan Ekonomi di Pinggiran Kota sebagai Alternatif Penanganan Problematik Ruang di Kota Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia, 22(1), 73–90. https://doi.org/10.22146/mgi.15459

Rukayah, S., & Juwono, S. (2018). Arsitektur dan Desain Kota Hibrida pada Kantor Pos dan Alun-Alun di Medan. TATALOKA, 20(3), 317. https://doi.org/10.14710/tataloka.20.3.317-330

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi: Suatu pendekatan dan Analisa Keruangan (II). Bandung: Alumni.

Tim Telaga Bakti Nusantara. (1997). Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 1. Bandung: Angkasa.

Wardhani, F. L. (2014). Kajian Kelas Sosial Pada Rumah Pegawai Stasiun kereta Api Kedjaksan Cirebon 1911-1942. PURBAWIDYA: Jurnal penelitian dan Pengembangan Arkeologi, 3(2), 141–156. https://doi.org/10.24164/pw.v3i2.42

Yunus, H. S. (2000). Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.