AKTUALISASI HASIL PENELITIAN ARKEOLOGI DI MALUKU REFLEKSI ARKEOLOGI MALUKU TENTANG PLURALISME, INTEGRASI SOSIAL, DEMOKRASI, DAN KEDAULATAN BANGSA.

Main Article Content

Wuri Handoko

Abstract

There is a valuable lesson for this nation about the understanding of pluralism, democracy, and national integrity, which are actually the national characteristics of our nation. The phenomenon of past culture that we can obtain through archaeological evidences, philosophical and cultural values that we have interpreted can serve as the bridge of social re-integration as part of our effort to build national sovereignty. The Moluccas, as an area with multi-dimensional communities and has unfortunately experienced social conflicts, is an area with abundant archaeological potencies. Out of the abundant potencies, only a small part has been revealed, and it contains meanings and values of humanism, pluralism, and democracy, which are deeply rooted and can be used as the media to build more civilized humanity, peace, tolerance, and brotherhood, which had been once destroyed although not entirely perished and if we rebuild them they will grow and flourish as the base to establish more advanced and dignified national civilization.


Ada pelajaran berharga untuk bangsa ini tentang pemahaman atas pluralisme, demokrasi
dan integritas kebangsaan yang sesungguhnya menjadi identitas nasional bangsa kita. Fenomena kebudayaan masa lampau yang dapat kita jamah melalui bukti-bukti tinggalan arkeologi, nilainilai
filofosis dan budaya yang telah kita interpretasikan sesungguhnya mampu menjadi jembatan reintegrasi sosial sebagai bagian dalam membangun kedaulatan bangsa. Maluku, sebagai wilayah yang masyarakatnya majemuk dan pernah memiliki pengalaman pahit konflik sosial, adalah wilayah dengan potensi arkeologi yang berlimpah, dan dari yang berlimpah itu masih sebagian kecil saja yang sudah terungkap. Dari kecilnya data arkeologi yang terungkap, ternyata meyimpan makna dan nilai-nilai humanisme, pluralisme, demokrasi, yang telah berurat berakar yang bisa menjadi media membangun kemanusiaan yang lebih beradab, perdamaian, toleransi, persaudaraan, yang meskipun sempat tercerabut, tidak sampai merusak akarnya, yang jika ditanam kembali dengan baik, mampu bertumbuh dan berkembang sebagai modal membangun peradaban bangsa yang lebih maju dan bermartabat.

Article Details

How to Cite
Handoko, W. (2023). AKTUALISASI HASIL PENELITIAN ARKEOLOGI DI MALUKU REFLEKSI ARKEOLOGI MALUKU TENTANG PLURALISME, INTEGRASI SOSIAL, DEMOKRASI, DAN KEDAULATAN BANGSA. KALPATARU, 21(2), 103–114. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/kalpataru/article/view/2590
Section
Articles

References

Anggoro, Koenanto. 2009. Post Conflict Peacebuilding: Reference Manual untuk Masyarakat Sipil. Jakarta: Kerjasama Pro Patria Institute dan USAID.

Bellwood, P., A. Waluyo, Gunadi, G. Nitihaminoto, and G. Irwin. 1993. “Archaeological research in the northern Moluccas: interim results, 1991 field season”. Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association, 13:20–33.

Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo Malaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Edisi Revisi.

Cooley, Frank 1984 Mimbar dan Tahta. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.

Fadillah, Moh. Ali. 2001. “Nasionalisme dan Etnisitas, Relevansinya dalam Penelitian Arkeologi”, dalam Irfan M. Mahmud (ed.), Memediasi Masa Lalu Spektrum Arkeologi dan Pariwisata. Makasar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin (Lephas) dan Balai Arkeologi Makasar.

Handoko, Wuri. 2006. “Pendidikan Arkeologi, Merentang Jalan Harmonisasi”, Kapata Arkeologi.

Jurnal Arkeologi Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Vol 1/ No. 1. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.

----------. 2006b. “Arkeologi Komunitas Pengelolaan Informasi dan Pengembangan Penelitian Arkeologi di Indonesia. Sebuah Pendekatan untuk Wilayah Penelitian di Maluku”.

Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

----------. 2010. “Dolmen Orang Maluku: Eksistensi Religi, Adat dan Integrasi Sosial (Tinjauan Etnoarkeologi)”, Papua. Jayapura: Balai Arkeologi Jayapura.

----------. 2011. “Islam dan Dinamika Budaya Lokal di Pulau Haruku”. Laporan Penelitian. Ambon: Balai Arkeologi Ambon. Tidak diterbitkan.

Handoko, Wuri dan I Wayan Suantika. 2010. “Ritual, Religi dan Kosmologi Pola Kampung Adat Suku Nuaulu Pulau Seram”, Forum Arkeologi, No. 1. Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar.

Khoirul, Mahfud. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lape, P.V. 2000a. “Contact and Conflict in the Banda Islands, Eastern Indonesia, 11th to 17th Centuries”. PhD thesis, Brown University, Rhode Island.

----------. 2000b. Political Dynamics and Religious Change in the Late Pre-colonial Banda Islands, Eastern Indonesia. World Archaeology, 32(1).

Launa. 2011. Menyoal Watak Bangsa (http://www.radarbanten.comnewversionopini1391-menyoalwatak-bangsa, diakses tanggal 30 Agustus 2011).

Mahmud, Irfan M. 2002. “Askripsi Keindonesiaan: Pondasi Jaringan Nasionalitas dan Otonomi ’Bangsa’ di Sulawesi Selatan”, dalam Irfan M. Mahmud dkk. (ed.), Tradisi, Jaringan Maritim, dan Sejarah Budaya.”. Makasar: Lembaga Penerbitan Univeritas Hasanuddin (Lephas).

Maiola J. 1977. Glance at the Moluccas. Denpasar: Dharma Bakti.

----------. 1986. Sistem Gotong Royong Dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Maluku. Ambon: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Maluku.

Misrawi, Zuhairi. 2008. “Toleransi Sebagai Kuasa Nilai”, Kompas 24 Mei 2008.

Nurkhoirun, M. 2005. “Agama dan Kebudayaan Menjelajahi Isu Multikulturalisme dan Hak-hak Minoritas di Indonesia dalam Budiman”, dalam Hikmat (ed.), Hak Minoritas Dilema Multikulturalisme di Indonesia. Jakarta. Tifa Foundation dan The Interseksi Foundatioan.

O’Connors, Sue. et al. The Archaeology of the Aru Islands, Eastern Indonesia. Canberra: Australian National University Press Putra, Muhammad Herly. 2010. “Menuju Struktur Kebudayaan Kita”, epilog dalam Syaiful Arif, Refilosofi Kebudayaan. Pergeseran Pasca Struktural. Yogyakarta: Arruz Media.

Putuhena, Saleh. 2003. Mematahkan Kekerasan dengan Semangat Baku Bae. Jakarta: Gerakan Baku Bae dan YAPPIKA.

Ririmasse, Marlon Nr. 2007. “Dolmen dan Struktur Sosial Masyarakat Tuhaha, Maluku Tengah”. Amerta. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional

Salhuteru, Marlyn. 2006. “Tinggalan Megalitik di Desa Tuhaha Kecamatan Saparua Maluku Tengah”, Kapata Arkeologi, Vol. 2 No.3. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.

Sedyawati, Edi. 2008. Keindonesiaan dalam Budaya. Jakarta. Wedatama Widya Sastra

Sihasale, WR. “Peran Lembaga Kebudyaan Daerah Maluku (LKDM) dalam mengaktualisasikan Kearifan Lokal dan Pengembangan Budaya di Maluku”, makalah dalam Diskusi Arkeologi di Ambon.

Spriggs, Matthew. 1998. “Research Questions in Maluku Archaeology”. Cakalele, Vol. 9, No. 2: 51–64. Australia: Australia National University.

Simanjuntak, Truman. 2006. Pluralisme dan Multikulturalisme dalam Prasejarah Indonesia, Penelusuran terhadap Akar Kemajemukan Masa Kini. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

Suantika, I W. dan Sudarmika G.M. 2001. “Situs Iha, Kecamatan Saparua, Maluku Tengah”, Laporan Penelitian Arkeologi. Ambon: Balai Arkeologi Ambon. Tidak diterbitkan

Suryanto, Diman. 1998. Penelitian Arkeologi di Desa Tuhaha dan Iha, Kecamatan Saparua.Kabupaten Maluku Tengah. Laporan Penelitian Arkeologi. Ambon: Balai Arkeologi Ambon. Tidak diterbitkan.

Sudarmika, G.M. 2000. “Tinggalan Arekologi Sebagai Wahana Pemersatu Unsur Bangsa”, Mencermati Nilai Budaya Masa Lalu dalam Menatap Masa Depan. Proceeding EHPA Bedugul 14-17 Juli. Jakarta: Proyek Peningkatan Penelitian Arkeologi.

Wakano, Abidin. 2008. Identitas Kultural Maluku Sebagai Modal Kultural Orang Basudara. Makalah dalam Lembaga Antar Iman Maluku (LAIM) di Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat.