LINGKUNGAN DAN LANSKAP SITUS KAMPUNG TUA KAO: FAKTOR DETERMINASI PERMUKIMAN DAN PUSAT ISLAMISASI DI HALMAHERA UTARA

Main Article Content

Wuri Handoko
Muhammad Al Mujabuddawat

Abstract

Kao Old Village Site, is a fairly developed settlement site during the early Islamization in the hinterland of North Halmahera. Environmental and landscape characteristics Watersheds, wetlands and agricultural lands are the reasons for the selection of past settlement sites, especially early in the development of Islam in the North Halmahera region. This study focuses on archaeological surveys to look at archeological data relationships both artefactual and features as well as the environment, which explains that the carrying capacity of the environment in the Old Kao Kampug Site is a factor determining the rapid progress of a region to live. The results showed that based on the distribution and density of archaeological remains, the Kao Old Village Site is a fairly dense settlement site, in addition to the environmental carrying capacity to be the source of production and economic resources, a factor that determines the development of the region as a residential area. Environmental data indicate the existence of a very advanced source of production and economic population, even part of the process of exchange and commerce with other outside areas in the chain of trade and network Islamization in the region of North Halmahera. In addition to landscape or landscape conditions, it is an environmental characteristic in the spatial distribution process, which shows the prevailing patterns and cultural systems of society, and this shows that the cultural traits of the community at that time were prosperous.


Situs Kampung Tua Kao merupakan situs permukiman yang cukup berkembang pada masa awal Islamisasi di wilayah pedalaman Halmahera Utara. Karakteristik lingkungan dan lansekap Daerah Aliran Sungai, lahan basah, dan lahan pertanian merupakan alasan pemilihan lokasi permukiman penduduk pada masa lampau, terutama masa awal perkembangan Islam di wilayah Halmahera Utara. Kajian ini menitikberatkan pada survei arkeologi untuk melihat hubungan data arkeologi baik artefaktual maupun fitur serta lingkungan, yang menjelaskan bahwa daya dukung lingkungan di wilayah Situs Kampug Tua Kao merupakan faktor yang menentukan maju pesatnya suatu wilayah untuk bermukim. Hasil penelitian berdasarkan sebaran dan kepadatan temuan arkeologi menunjukkan Situs Kampung Tua Kao merupakan situs permukiman yang cukup padat. Selain itu, daya dukung lingkungan yang menjadi sumber produksi dan sumber ekonomi menjadi faktor yang sangat menentukan berkembangnya wilayah ini sebagai wilayah permukiman penduduk. Data lingkungan menunjukkan adanya sumber produksi dan ekonomi penduduk yang sangat maju, bahkan menjadi bagian dari proses pertukaran dan perniagaan dengan wilayah-wilayah lainnya dalam mata rantai perdagangan dan jaringan Islamisasi di wilayah Halmahera Utara. Kondisi bentang lahan atau lansekap yang merupakan karakteristik lingkungan dalam proses distribusi ruang menunjukkan pola dan sistem budaya masyarakat yang berlaku, dan hal ini menunjukkan ciri budaya masyarakat pada masa itu sudah sangat berkembang.

Article Details

How to Cite
Handoko, W., & Al Mujabuddawat, M. (2023). LINGKUNGAN DAN LANSKAP SITUS KAMPUNG TUA KAO: FAKTOR DETERMINASI PERMUKIMAN DAN PUSAT ISLAMISASI DI HALMAHERA UTARA. KALPATARU, 26(2), 123–136. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/kalpataru/article/view/2657
Section
Articles

References

Amal, Muhammad Adnan. 2010. Kepulauan Rempah-Rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).

Andaya, Leonard Y. 2015. Dunia Maluku Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal. Yogyakarta: Ombak.

Bintarto, R, and Surastopo Hadisumarno. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES.

Burhan, Issana Meria, Antariksa, and Christia Meidiana. 2008. “Pola Tata Ruang Permukiman Tradisional Gampong Lubuk Sukon, Kabupaten Aceh Besar.” Arsitektur E-Journal 1 (3): 172–89.

Clarke, David L. 1977. Spatial Archaeology. London: Academic Press.

Deetz, James. 1967. Invitation to Archaeology. Garden City, NY: Natural History Press.

Goenmiandari, Betty, Johan Silas, and Rimadewi Supriharjo. 2010. “Konsep Penataan Permukiman Bantaran Sungai Di Kota Banjarmasin Berdasarkan Budaya Setempat.” In Seminar Nasional Perumahan Permukiman Dalam Pembangunan Kota, 1–14. Surabaya: Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Habraken, N. John. 1978. General Principles A Bout the Way Built Environment Exist. Massachusetts: Stichting Architecten Research.

Handoko, Wuri. 2008. “Kajian Arkeologi Lanskap Dalam Konteks Penelitian Situs-Situs Negeri Lama Di Maluku: Sebuah Kerangka Metodologi.” Kapata Arkeologi 4 (6): 84–105.

———. 2017. “Ekspansi Kekuasaan Islam Kesultanan Ternate Di Pesisir Timur Halmahera Utara.” Kapata Arkeologi 13 (1): 95–108.

Handoko, Wuri, Muhammad Al Mujabuddawat, Andew Huwae, Muhammad Husni, Johannes Karolina, and Simon Latupapua. 2016. “Tanah Kao: Menguak Identitas Asal Usul Komunitas, Sejarah, Dan Peradaban Islam Di Halmahera Utara.” Ambon: Tidak terbit.

Handoko, Wuri, Karyamantha Surbakti, Andrew Huwae, Dominggas Pentury, Fiona Latupapua, and Marthin Paliama. 2014. “Laporan Penelitian: Arkeologi Islam Di Wilayah Pesisir Timur Kabupaten Halmahera Utara.” Ambon: Tidak terbit.

Herkovits, Mcville J. 1952. Anthropology and Economics. New York: Knopf.

Hoeve, Van. 1980. Ensiklopedia Indonesia. Jakarta: Ictiar Baru.

Kusumahartono, B. M. H. 1986. “Menuju Peran Serta Arkeologi Dalam Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.” Berkala Arkeologi 7: 73–94.

Leirissa, Richard Z. 1990. “Masyarakat Halmahera Dan Raja Jailolo: Studi Tentang Sejarah Masyarakat Halmahera Utara.” Thesis Universitas Indonesia.

Limbrey, Susan, and John G. Evans. 1978. The Effect of Man on the Landscape: The Lowland Zone. Council for British Archaeology.

Mujabuddawat, Muhammad Al. 2015. “Kejayaan Kesultanan Buton Abad Ke-17 & 18 Dalam Tinjauan Arkeologi Ekologi.” Kapata Arkeologi 11 (1): 21–32.

Mundarjito. 1990. “Metode Penelitian Permukiman Arkeologis.” In Monumen Karya Persembahan Untuk Prof. Dr. R. Soekmono. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Naping, Hamka. 2013. Halmahera Utara, Sejarah Perkembangan Peradaban Di Bumi Hibua Lamo. Makassar: Universitas Hasanuddin, Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara, dan Yayasan Bina Generasi.

Nurhadi, Rangkuti. 1996. “Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penelitian Arkeologi Skala Wilayah.” Jurnal Penelitian Arkeologi 4 (II): 63–68.

Prasetyo, B. H., and D. Setyorini. 2008. “Karakteristik Tanah Sawah Dari Endapan Aluvial Dan Pengelolaannya.” Jurnal Sumberdaya Lahan 2 (1): 1–14.

Prijono, Sudarti. 2014. “Aspek-Aspek Arkeologis Pada Situs-Situs Bercorak Megalitik Di Kawasan Bantarkalong Tasikmalaya.” Purbawidya 3 (1): 1–14.

———. 2015. “Pola Sebaran Tinggalan Megalitik Di Leuwisari, Tasikmalaya.” Forum Arkeologi 28 (2): 69–78.

Sharer, Robert J., and Wendy Ashmore. 1979. Fundamentals of Archaeology. California: Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.

Siregar, Sondang. 2010. “Pola Sebaran Situs-Situs Arkeologi Di Kawasan Danau Ranau.” Siddhayatra 15 (2): 19–26.

Steward, Julian H. 1953. Evolution and Process. Anthropology Today. Chicago: University of Chicago Press.

Sutton, Mark Q., and E. N. Anderson. 2010. Introduction to Cultural Ecology. Plymouth: AltaMira Press.

Swanwick, Carys. 2002. “Landscape Character Assessment—guidance for England and Scotland.” In Land Use Consultants. Edinburgh: The Countryside Agency and Scottish Natural Heritage, Wetherby, West Yorkshire and Edinburgh.

Tanudirjo, Daud Aris. 1985. “Budaya Sampung Sebagai Budaya Transisi Masa Berburu Dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut Ke Masa Bercocok Tanam.” Undergraduate Thesis Universitas Gadjah Mada.

Visser, J. N. J. 1987. “The Palaeogeography of Part of Southwestern Gondwana during the Permo-Carboniferous Glaciation.” Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology 61: 205–19.

Yuwono, J. Susetyo Edy. 2007. “Kontribusi Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam Berbagai Skala Kajian Arkeologi Lansekap.” Berkala Arkeologi XXVII (2): 107–36.