PENINGGALAN MEGALITIK DI WILAYAH PERBATASAN KALIMANTAN: KONTAK BUDAYA ANTARA KEPULAUAN INDONESIA DAN SERAWAK

Main Article Content

Bagyo Prasetyo

Abstract

As a region in borderline, North Kalimantan is rich of cultures, especially megalithic remains. The lack of facilities and infrastructures resulted in minimum access to these sites, so that explorations can’t be done completely. The problem that appears is that the length of cultural contact between borders is still unknown. The purpose of this study is to explain the connection of megalithic cultures of North Kalimantan (Indonesia), Serawak (Malaysia), and also other megalithic cultures in Indonesia. The method used in this study is cultural diffusion approach through literature studies about megalithic in the border region of North Borneo and Sarawak as well as Indonesia in general. The results shows that the distribution of stone jars in the borderline regions indicated a cultural connection between Sarawak in Malaysia and several places in Indonesia (Central Sulawesi, Samosir, Toraja, and Bima).


Sebagai wilayah perbatasan, Kalimantan Utara mengandung kekayaan budaya terkait dengan peninggalan megalitik. Kurangnya sarana dan prasarana mengakibatkan akses ke situssitus tersebut sangat sulit untuk dicapai, sehingga eksplorasi yang telah dilakukan dari beberapa kegiatan belum bisa menjangkau keseluruhan. Permasalahan yang muncul dengan keterbatasan itu adalah belum diketahui secara jelas sejauh mana kontak budaya antara megalitik wilayah perbatasan Kalimantan Utara dengan megalitik yang ada ditempat lain. Tujuan dari penelitian ini untuk memberikan gambaran hubungan antara megalitik di perbatasan Kalimantan Utara dengan megalitik di Serawak serta megalitik di Indonesia. Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan difusi budaya melalui studi literatur hasil-hasil penelitian terhadap megalitik di wilayah perbatasan Kalimantan Utara dan megalitik yang ada di Serawak dan di Indonesia secara umum. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa didasarkan atas persebaran bentuk-bentuk tempayan batu di wilayah perbatasan menunjukkan adanya koneksitas budaya dengan tempayantempayan batu di Serawak dan beberapa tempat lain di Indonesia (Sulawesi Tengah, Samosir, Toraja, dan Bima). 

Article Details

How to Cite
Prasetyo, B. (2023). PENINGGALAN MEGALITIK DI WILAYAH PERBATASAN KALIMANTAN: KONTAK BUDAYA ANTARA KEPULAUAN INDONESIA DAN SERAWAK. KALPATARU, 25(2), 75–86. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/kalpataru/article/view/2642
Section
Articles

References

Ahimsa-Putra, Hedddy Sri. 2008. “’Paradigma dan Revolusi Ilmu dalam Antro- pologi Budaya. Sketsa Beberapa Episode.”

Arifin, Karina dan B. Sellato. 2003. “Archaeological Surveys and Research in Four Subdistricts of Interior East Kalimantan.” Social Science Research and Conservation Management in the Interior of Borneo. CIFOR, W WF Indonesia, UNESCO and Ford Foundation.

Baal, J.V. 1987. Sejarah Teori Anthropology I. Jakarta: Gramedia.

Baier, M. 1987. “Megalithische Monumente Des Bahau-Gebiets (Kecamatan Pujungan / Nordliches Zentralborneo).” Tribus 36.

----------. 1992. “Steinsarkophage Und Urnendolmen.” Tribus 41.

Bosch, F.D.K. 1928. “Lijst van Fotografsche Opnamen OV 1927.” Bijlage A, 38–49.

Graebner, R.F. 1911. “Methode Der Ethnologie.” Science Vol XXXIV : 804–10. Harrison, T. 1959a. “Radiocarbon C-14 Datings from Niah: A Note.” Article. The Sarawak Museum Journal 9 (13–14): 136–38.

----------. 1959b. “Harrisson, More ‘megaliths’ from Inner Borneo.” Sarawak Museum Journal 9 (13-14): 14–20.

----------. 1958. “Megaliths of Central and West Borneo.” Serawak Museum Journal 11: 395–401.

Hitchner, Sarah Lynne. 2009. “Remaking the Landscape: Kelabit Engagements with Conservation and Development in Sarawak, Malaysia.” University of Georgia.

Keith, Henry George. 1947. “Megalithic Remains in North Borneo.” Journal Malayan Branch Royal Asiatic Society XX part 1: 153–55.

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Jambatan.

Labang, Lian. 1962. “Married Megalithic in Upland Kalimantan.” SKJ X No. 9-10: 283–84.

Lloyd-Smith, Lindsay, Graeme Barker, Huw Barton, Efrosyni Boutsikas, Daniel Britton, Ipoi Datan, Ben Davenport, Lucy Farr, Rose Ferraby, Barbala Nyiri, Beth Upex. 2008. The Cultured Rainforest Project: Preliminary Archaeological Result from the First Two Field Seasons in the Kelabit Highlands, Serawak, Borneo (2007- 2008). Marijke J. Singapore: NUS Press.

Manguin, P.Y. 1995. “Report on a Survey of Archaeological Sites, Sungai Bahau, February-March 1992.” In: Sellato, B. The Ngorek: Lithic and Megalithic Traditions in the Bahau Areas and an Interdisciplinary Sketch of Regional History. Jakarta: Culture & Concervation, Kayan Mentarang Conservation Project, WWF and Direktorat Jenderal Pelestarian Alam dan Perlindungan Hutan, 73–83.

Perry, W.J. n.d. The Children of the Sun. A Study in the Early History of Civilization. Meethueen & Co Ltd.

Phelan, Peter R. 1997. Traditional Stone and Wood Monuments of Sabah. Kota Kinabalu: Pusat Kajian.Borneo.

Prasetyo, Bagyo, Dwi Yani Yuniawati, Jatmiko, Retno Handini, Joko Siswanto. 2010. “Penerapan Sistem Informasi Geografi (GIS) Dalam Pengelolaan Cagar Budaya Kawasan Lore, Provinsi Sulawesi Tengah.” Puslitbang Arkenas dan Menristek.

Prasetyo, Bagyo. 2013. “Persebaran dan Bentuk-Bentuk Megalitik Indonesia: Sebuah Pendekatan Kawasan.” Kalpataru Majalah Arkeologi 22 (2): 71–82.

----------. 2015. Megalitik, Fenomena Yang Berkembang di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Galang Press. Prasetyo, Bagyo. 2008. “Penempatan Benda- Benda Megalitik Kawasan Lembah Iyang-Ijen Kabupaten Bondowoso dan Jember, Jawa Timur.” Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI.

Ratzel, Friedrich. 1896. “The History of Mankind.” MacMillan and Co. Ltd.

Schmidt, Wilhelm. 1939. “The Culture Historial Method of Ethnology. S.A. Sieber, Trans.” New York: Fortuny’s. A good introduction to the Kulturkreislehre perspective.

Schneeberger, W. F. n.d. “Contributions to the Ethnology of Central Northeast Borneo (Part of Kalimantan, Serawak and Sabah).” In Studia Ethnologica Bernensia No. 2,. The University of Bern.

Sellato, B. 1995. “The Ngorek: Lithic and Megalithic Treaditions in the Bahau Area and an Interdisciplinary Sketch of Regional History. Report.” Jakarta.

----------. 1990. “Project on Oral Traditions in Kalimantan.” Report to Ford Foundation, April.

Sierevelt, A.M. 1929. “Oudheden in Apo Kajan. OV 1929”.

Situngkir, Biliater. 2009. “Tempayan Batu (Kubur Batu).”

Sukendar, Haris. 1980. “Laporan Penelitian Kepurbakalaan di Sulawesi Tengah,.” Berita Penelitian Arkeologi 25. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Tillema, H.F. 1938. Apo-Kajan: Een Filmreis Naar En Door Centraal-Borneo. Amsterdam: Van Munster.

Triwurjani, Rr, Bagyo Prasetyo, Fadhlan Suaib Intan, Hasanuddin, Bernadetta. 2011. “Penelitian Arkeologi Publik di Tana Toraja.” Jakarta.

Whittier, Herbert. L. 1974. “Some Apo Kayan Megaliths. In: Thee Peoples of Central Borneo.” Edited by J. Rousseau ed. Special Issue of the Sarawak Museum Jurnal 22 (43): 369–81.

Yuniawati, Dwi Yani. 2000. “Laporan Penelitian di Situs Megalitik Lembah Besoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.” Berita Penelitian Arkeologi 50. Jakarta: Proyek Peningkatan Penelitian Arkeologi.