TRACING VISHNU THROUGH ARCHEOLOGICAL REMAINS AT THE WESTERN SLOPE OF MOUNT LAWU
Main Article Content
Abstract
To date, The West Slope area of Mount Lawu has quite a lot of archaeological remains originated from Prehistoric Period to Colonial Period. The number of religious shrines built on Mount Lawu had increased during the Late Majapahit period and were inhabited and used by high priests (rsi) and ascetics. The religious community was resigned to a quiet place, deserted, and placed far away on purpose to be closer to God. All religious activities were held to worship Gods. This study aims to trace Vishnu through archaeological remains. Archaeological methods used in this study are observation, description, and explanation. Result of this study shows that no statue has ever been identified as Vishnu. However, based on archeological data, the signs or symbols that indicated the existence of Vishnu had clearly been observed. The archeological evidences are the tortoise statue as a form of Vishnu Avatar, Garuda as the vehicle of Vishnu, a figure riding Garuda, a figure carrying cakra (the main weapon of Vishnu), and soles of his feet (trivikrama of Vishnu).
Kawasan Lereng Barat Gunung Lawu hingga saat ini cukup banyak menyimpan tinggalan arkeologi, baik yang berasal dari Masa Prasejarah hingga Masa Kolonial. Jumlah bangunan suci keagamaan yang didirikan mengalami peningkatan ketika masa Majapahit Akhir, yang diyakini dibangun dan dihuni oleh kaum rsi dan pertapa. Kaum agamawan tersebut sengaja mengundurkan diri ke tempat yang sunyi, sepi, dan jauh dari keramaian untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Sudah barang tentu kegiataan keagamaan yang dilakukan adalah pemujaan terhadap para dewa. Kajian ini ingin menelusuri jejak keberadaan Wisnu melalui tinggalan arkeologi yang ada. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut digunakan metode arkeologi yakni observasi, deskripsi, dan ekplanasi. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa hingga sekarang belum ditemukan adanya arca Wisnu, namun berdasarkan tanda dan simbol yang berkaitan dengan Wisnu jelas teramati. Bukti-bukti tersebut adalah arca kura-kura yang merupakan salah satu wujud dari avatara Wisnu, Garuda wahana dari Wisnu, tokoh menunggang garuda, tokoh membawa cakra (senjata utama dari Wisnu), dan telapak kaki (trivikrama Wisnu).
Article Details
This work is licensed under CC BY-NC-SA 4.0
Authors whose articles are getting published must agree with the following rules:
- Publication rights for all contents published in Kalpataru Journal (printed and online versions) belong to The Board of Directors with acknowledgment of the authors (morale right still belongs to the author)
- Legal formal regulation for digital access to electronic journal follows the rule of Creative Commons license Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA), which means Kalpataru Journal is a non-commercial publication, holds the right to keep, format, and manage the articles into the database, maintain, and publish articles
- Published articles both in printed and online versions are accessible for all purposes of education, research, and library archives. The board of directors is not responsible for any violations of the copyrights outside those purposes.
References
Akbar, Ali. 2014. Situs Gunung Padang: Misteri dan Arkeologi. Jakarta: Change Publication.
———. 2017. “Reconstruction of an Indigenous Community‘s Belief in Dragon: Research on Prehistoric Batu Naga Site in Kuningan, West Java.” Wacana 18 (3): 614–40.
Arnawa, I Gusti Lanang Bagus. 1987. Peninggalan Tradisi Megalitik di Daerah Tawangmangu, Jawa Tengah. Skripsi, Denpasar: Universitas Udayana.
Darmosoetopo, Riboet. 1975/1976. Peninggalan-Peninggalan Kebudayaan di Lereng Barat Gunung Lawu. Laporan Penelitian, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Djafar, Hasan. 2012. Masa Akhir Majapahit: Girindrawarddhana dan Masalahnya. Jakarta: Komunitas Bambu.
Endraswara, Suwardi. 2012. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ghazali, Adeng Muchtar. 2011. Antropologi Agama: Upaya Memahami Keragaman Kepercayaan, Keyakinan, dan Agama. Bandung: Alfabeta.
Koentrajaningrat. 2014. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Maulana, Ratnaesih. 1984. Ikonografi Hindu. Jakarta: Universitas Indonesia.
Miksic, John N. Ancient History (Indonesia Heritage). Singapore: Archipelago Press.
———. 1996/1997. Perkembangan Seni Arca di Indonesia. Laporan Penelitan, Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Munandar, Agus Aris.1990. Kegiatan Keagamaan di Pawitra: Gunung Suci di Jawa Timur Abad 14-15 M. Tesis, Jakarta: Universitas Indonesia.
———.2013. Istana dan Kaum Agamawan dalam Masa Majapahit in Mengungkap Kebesaran Majapahit. Unpublish.
———. 2014. Mitra Satata: Kajian Asia Tenggara Kuna. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Nugraha, Bachtiar Agung. 2012. Prasasti-prasasti Candi Sukuh: Suatu Tinjauan Aksara dan Bahasa. Skripsi, Depok: Universitas Indonesia.
Poerbatjaraka. 1964. Kapustakaan Djawi. Jakarta: Djambatan.
Prasodjo, Tjahjono. 1990/1991. Kajian Paleografis terhadap Prasasti-prasasti Candi Sukuh. Laporan Penelitian, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Priyanto, H.S. 1999. Pergeseran Pusat Kegiatan Upacara di Situs Megalitik Puncak Gunung Lawu.Berkala Arkeologi 19 (1): 89–106.
Purwanto, Heri. 2017a. Beberapa Keistimewaan Candi Cetho di Kabupaten Karanganyar.Jurnal Sejarah: Candra Sangkala 8 (16): 35–45.
———. 2017b. Candi Sukuh Sebagai Tempat Kegiatan Kaum Rsi.Berkala Arkeologi 37 (1): 69–84.
———. 2017c. Kehidupan Beragama di Lereng Barat Gunung Lawu Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah Abad XIV-XV Masehi. Skripsi, Denpasar: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.
Purwanto, Heri, and Coleta Palupi Titasari. 2017. Candi Planggatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah: Bangunan Suci Milik Kaum Rsi.Naditira Widya 11 (2): 97–110.
———. 2018. The Worship of Parwatarajadewa in Mount Lawu. Kapata Arkeologi 14 (1): 37–48. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24832/kapata.v14i1.472.
———. 2019. Identifikasi dan Pemaknaan Relief Flora Pada Tinggalan Arkeologi di Lereng Barat Gunung Lawu.Forum Arkeologi 32 (2): 75–94. https://doi.org/10.24832/fa.v32i2.580.
Rahardjo, Supratikno. 2011. Peradaban Jawa: dari Mataram Kuno Sampai Majapahit Akhir. Jakarta: Komunitas Bambu.
Rahayu, Andriyati. 2016. Kehidupan Kaum Agamawan Masa Majapahit Akhir: Tinjaun Epigrafis. Disertasi, Jakarta: Universitas Indonesia.
Santiko, Hariani. 1994. Pengertian Triwikrama pada Masyarakat Jawa Kuna. LaporanPenelitian, Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Setyawan, Ahmad, and Sugiyarto. 2001. Keanekaragaman Flora Hutan Jobo Larangan Gunung Lawu: 1. Cryptogamae.Biodiversitas 2 (1): 115-122.
Soekmono. 1985. Amerthamanthana.Amerta 1 (tidak ada): 43–48.
Sumadio, Bambang (ed.). 1975. Jaman Kuno. In Marwati Djoened Poesopnegoro and Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan. Edition II.
Suprapta, Blasius, M. Dwi Cahyono, and Ismail Lutfi. 1998. Kultus Kesuburan dalam Seni Bangun Keagamaan pada Lereng Barat Gunung Lawu (Abad XIV-XV M): Kajian Makna Relegius dengan Model “Sistem Trikhotomi” Terhadap Tanda Ikonografi dan Relief. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
Tim Penyusun. 2005. Eksavasi Penyelamatan Situs Candi Kethek. Laporan Penelitian, Prambanan: Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.
Vogel, J.Ph. 1925. The Earliest Sanskrit Inscriptions of Java, Publicaties van den Oudheidkun digen Dienst in Nederlansche-Indie Deel 1, pp. 15-35. Batavia.
Sumber Internet
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/, WisnuNaik Garuda, diunduh 2020
www.maps.google.com
Wawancara (Gunawan umur 39 tahun)