RETAKAN NARASI HISTORIS REYOG PONOROGO: PERSILANGAN CERITA KERAJAAN BANTARANGIN DALAM PERTUNJUKAN REYOG PONOROGO
DOI:
https://doi.org/10.55981/tambo.2024.6571Keywords:
Reyog Ponorogo, Archeology of Knowledge, Sejarah Reyog Ponorogo, Retakan Narasi Reyog PonorogoAbstract
Narasi Kelana Sewandana dan Bantarangin menjadi salah satu narasi dari berbagai narasi yang disebut sebagai asal-usul Reyog Ponorogo. Beragam narasi yang tersebar tersebut mengalami retakan ketika dibandingkan dengan komparasi data yang lain. Pemasalahan ini menjadi fokus dalam artikel untuk menelusuri diskontinuitas (retakan) narasi historis Reyog Ponorogo. Pembahasan ini memakai paradigma arkeologi pengetahuan (archaeology of knowledge). Berdasarkan analisis yang dilakukan ditemukan bukti bahwa dahulu narasi pertunjukan Reyog Ponorogo memakai landasan cerita panji. Temuan data dalam kajian menjadi paparan konstruksi perubahan narasi pertunjukan Reyog Ponorogo yang terbatas pada objek pengkajian dalam artikel. Dengan begitu, diperlukan garis pemisah antara narasi pertunjukan atau narasi historis dalam melakukan pengkajian kesenian Reyog Ponorogo.
References
Comaroff, J. L., & Stern, P. C. (1994). New Perspectives on Nationalism and War. Theory and Society, 23(1), 35–45. https://www.jstor.org/stable/657811
Daksono, H., Kardi, & Penyusun, T. (1996). Pedoman Dasar Kesenian Reog Ponorogo Dalam Pentas Budaya Bangsa. Pemerintahan Daerah Tingkat II Ponorogo.
Effendy, B. (2002). Ketika Ryog di Pangkuan Generasi Pewaris. Majalah Kebudayaan Desantara Edisi 05.
Fauzannafi, M. Z. (2005). Reog Ponorogo Menari Di Antara Dominasi dan Keragaman. Kepel Press.
Foucault, M. (1971). The Archaeology of Knowledge & The Discourse on Language. Pantheon Books.
Hazeu, D. G. A. . (1915). Kawruh Asalipun Ringgit Sarta Gêgêpokanipun Kalihan Agami ing Jaman Kina. H. A. Benyamin. https://www.sastra.org/bahasa-dan-budaya/kagunan/827-kawruh-asalipun-ringgit-hazeu-1915-1112-hlm-129-215?s=reyog
Ida, R. (2016). Metode Penelitian Studi Media dan Kajian Budaya (Ke-2). Prenada Media Group.
Martadiharja, M. (1902, October 18). Kawruh Topeng. Sasadara, Radya Pustaka, 1902-10. https://www.sastra.org/koran-majalah-dan-jurnal/sasadara/414-sasadara-radya-pustaka-1902-10-1807
Moelyadi. (1986). Ungkapan Sejarah Kerajaan Wengker dan Reyog ponorogo. Dewan Pimpinan Cabang Pemuda Panca Marga Leguin Veteran Republik Indonesia Daerah Kabupaten Tingkat II Ponorogo.
P.J, S. S. (2017). Kajian Historis Legenda Reog Ponorogo. 35(1), 41–57.
Pratama, F. N. F. (2023). Kuasa Prabu Kelana Sewandana: Vernakularisasi dan Perang Narasi Reyog Ponorogo. Universitas Diponegoro Semarang.
Purwowijoyo. (1985). Babad Ponorogo Jilid I Bathoro Katong. Pemerintahan Daerah Tingkat II Ponorogo.
Saputra, K. H. (2019). Panji Di Ranah Seni. Perpustakaan Nasional RI.
Simatupang, G. R. L. L. (2019). Play and Display: Dua Moda Pergelaran Reyog Ponorogo di Jawa Timur. Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah, Pasca Sarjana Lintas Disiplin, UGM.
Soekirno, S. (1986, September 21). Festival Reog Ponorogo Mencari Pembakuan. Kompas.
Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Graha Aksara.
Sulardi. (1930). Tetingalan reyog panaraga. https://lontar.ui.ac.id/detail?id=20186300&lokasi=lokal
Timoer, S. (1980). Topeng Dhalang di Jawa Timur. Proyek Sasana Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wirapustaka, N. (1898). Layang Bauwarna. https://www.sastra.org/bahasa-dan-budaya/adat-dan-tradisi/592-bauwarna-padmasusastra-1898-205-jilid-15-ka?s=badha
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Tambo: Journal of Manuscript and Oral Tradition

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.