ETNOBOTANI SAGU (METROXYLON SAGU) DI LAHAN BASAH SITUS AIR SUGIHAN, SUMATERA SELATAN: WARISAN BUDAYA MASA SRIWIIJAYA

Main Article Content

Vita

Abstract

Abstract. Sago (Metroxylon sagu) is one of potential carbohydrate source which had been used by people since pra-Sriwijaya (2-5 masehi century). Unfortunately  at the moment,  The community of sago  vegetation is rare to be found in Air Sugihan site. Why did that happen. Could sago did not important anymore or the ignorant of people about the advantages of sago. or may be this vegetation  could not growth anymore in present environment.  Therefore, Field survey and Ethnobotany study have to be done by describing/grouping (taxonomy plants) habitat and benefit of sago. The result of this study shown that people had change the growth area of sago into paddy field /plantation. Sago is included in Arecacceae (palmae) group. It has typical form and habitat. Beside that it also has a lot of advantages, its leave could be used as roof house and house wares, its midribs for house wall, its pith for food as sago flour. The skin rod for fuel and house floor. The young rod for fodder, even the former slash could be used as the media of sago caterpillar. From this discussion, could be concluded that Sago Plant is important in preserving the balance of environment, especially in the ground water. All parts of this plant also have an advantages not only in daily living but also in modern industry.


Sagu (Metroxylon sagu) merupakan salah satu sumber karbohidrat potensial yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak pra-Sriwijaya (abad ke-2-5 Masehi), tetapi saat ini disalah satu wilayah bekas kerajaan Sriwijaya yaitu Situs Air Sugihan komunitas tumbuhan sagu sudah jarang ditemukan. Mengapa hal tersebut bisa terjadi. Apakah mungkin sagu tidak begitu penting lagi, ataukah masyarakat kurang mengetahui manfaat sagu (Metroxylon sagu)  dalam kehidupan, ataukah jenis ini tidak dapat tumbuh dan berkembang lagi dengan keadaan lingkungan sekarang. Untuk itu diperlukan survei lapangan dan studi etnobotani melalui pendekripsian/pengelompokan (taksonomi tumbuhan), habitat dan manfaat tumbuhan sagu. Dari hasil pengamatan ini diketahui bahwa masyarakat telah merubah lahan tempat tumbuhnya sagu menjadi areal persawahan / perkebunan. Sagu yang masuk dalam kelompok Arecacceae (Palmae) ini mempunyai bentuk dan habitat yang khas serta berbagai manfaat seperti daunnya untup atap rumah, peralatan rumah tangga; pelepah untuk dinding rumah; empulur untuk bahan makanan berupa tepung sagu; kulit batangnya untuk bahan bakar dan lantai rumah; batang muda untuk makanan ternak dan bekas tebangannyapun sebagai media ulat sagu. Dari bahasan ini disimpulkan bahwa tumbuhan sagu berperanan penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan, terutama dalam menjaga kestabilan air tanah, seluruh organ dari tumbuhan inipun mempunyai manfaat baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri modern saat ini.

Article Details

How to Cite
Vita. (2023). ETNOBOTANI SAGU (METROXYLON SAGU) DI LAHAN BASAH SITUS AIR SUGIHAN, SUMATERA SELATAN: WARISAN BUDAYA MASA SRIWIIJAYA. KALPATARU, 26(2), 107–122. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/kalpataru/article/view/2656
Section
Articles

References

Alcorn, J. B., Warren, D. M., Slikkerveer, L. J., & Brokensha, D. 1995. “Ethnobotanical Knowledge Systems-a Resource for Meeting Rural Development Goals.” The Cultural Dimension of Development: UK United Kingdom: Practical Action Publishing., 1–12. https://doi.org/10.3362/9781780444734.001.

Alexiades, M. N., & Sheldon, J. W. 1996. “Selected Guidelines for Ethnobotanical Research: A Field Manual.” New York.

Arfian. 1993. “Sekilas Tentang Tumbuhan Di Taman Sriwijaya.” In Sriwijaya Dalam Perspektif Arkeologi Dan Sejarah, C5-1-C5-4. Palembang: Pemerintah Daerah Tingkat 1. Sumatera Selatan.

Bintoro, M. H. 2008. Bercocok Tanam Sagu. Bogor: IPB Press.

Botanri S., D. Setiadi, E. Guhardja, I. Qayim & L.B. Prasetyo. 2011. “Karakteristik Habitat Tumbuhan Sagu (Metroxylon Spp.) Di Pulau Seram, Maluku.” Forum Pascasarjana 34 (1). Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Indonesia: 33–34.

Budi Utomo, Bambang. 1993. “Belajar Menata Kota Dari Dapunta Hyang, Srijayanasa.” In Sriwijaya Dalam Perspektif Arkeologi Dan Sejarah. Palembang: Pemerintah Daerah Tingkat 1. Sumatera Selatan.

Carlson, T. J., and L Maffi. 2004. Ethnobotany and Conservation of Biocultural Diversity. New York: New York Botanical Garden.

Ekaputri, Erlinda. 2016. “Situs Purbakala Di Lahan Gambut.” Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan:Lestari vol 1 (1) (Memahami Dinamika Kebakaran Lahan Gambut di Indonesia). Jakarta.: Proyek USAID LESTARI: 14–15.

Fajriansyah, Adrian. 2017. “Pempek, Warisan Melayu – Tionghoa. Kuliner Khas.” Kompas, July.

Harsanto, P.B. 1986. Budidaya Dan Pengolahan Sagu. Yogyakarta: Kanisius.

Indradjaya, Agus. 2015. “Permukiman Pra-Sriwijaya Di Kawasan Situs Air Sugihan, Pantai Timur Sumatera.” In Kehidupan Purba Di Lahan Gambut. Surakarta: PT Aksara Sinergi Media.

Karyanto, O. 2015. “Smallholder Sago Farming on Largerly Undrained Peatland: Meranti Island District, Riau Province, Indonesia.” Rome.

Manguin, Pierre-Yves, Soeroso, and Muriel Charras. 2006. “Daerah Dataran Rendah Dan Daerah Pesisir.” In Menyelusuri Sungai Merunut Waktu, Penelitian Arkeologi Di Sumatera Selatan, 49–62. Jakarta: P.T. Enrique Indonesia.

Marsden, William. 1999. Sejarah Sumatera. Edited by Ewa Panjaitan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Mundardjito. 2007. “Paradigma Dalam Arkeologi Maritim.” Wacana 9 (1). Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia: 1–20. doi:http://dx.doi.org/10.17510/wjhi.v9i1.229.

Numberi Freddy. 2011. Sagu. Potensi Yang Terabaikan. Edited by Sinurat Binnari dkk. Jakarta.: PT Bhuana Ilmu Populer.

Patriana D dan Nurhadi R. 2012. “Bentang Lahan Sumatera Selatan.” In Musi Menjalin Peradaban Warisan Budaya Sebagai Identitas, edited by Bambang Budi Utomo, 152. Palembang: Balai Arkeologi Palembang bekerja sama dengan Tunas Gemilang Press.

Peneliti, Tim. 2007. “Pusat Hunian Awal Sejarah Di Pantai Timur Sumatera Selatan.” Jakarta.

Rini, Citra Listya. 2016. “Kisah Sagu Papua.” Republika. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/01/o09okc299-kisah-sagu-papua.

Schuiling, D.L., & Flach, M. 1985. “Guidelines for the Cultivation of Sago Palm.” The Netherlands: Agricultural University Wageningen.

Steenis, van C.G.G.J. 2002. “Flora.” Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Suhandi, Agraha. 1997. Pola Hidup Masyarakat Indonesia. Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.

Suryana. A. 2007. “Arah Dan Strategi Pengem Bangan Sagu Di Indonesia.” In Lokakarya Pengembangan Sagu Di Indonesia, Batam, edited by E. Karmawati, N. Hengky, M. Syakir, A. Wahyudi, M.H. Bintoro, and N. Haska, 1–13. Batam: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

Tim Penelitian. 2009. “Laporan Penelitian Peradaban Awal Masa Sejarah: Permukiman Awal Masa Sejarah (Pra-Sriwijaya) Di Pantai Timur Sumatera Selatan.” Jakarta.

Turukay. 1986. “The Role Sago Palm in the Development of Integratet Farm System in the Maluku Province of Indonesia.” In Proceedings of the Third Internanational Sago Symposium. Tokyo.

Vita. 2016. “Adaptasi Masyarakat Pra-Sriwijaya Di Lahan Basah Situs Air Sugihan, Sumatera Selatan.” Kalpataru. Majalah Arkeologi 25 (1) (Kemaritiman situs-situs Arkeologi di wilayah Indonesia): 1–14.

Whitten, T., Damanik, S.J., Anwar, J., & Hisyam, N. 2000. The Ecology of Sumatra. Series The. Singapore: Periplus Edition (KH) Ltd.