POTENSI ARKEOLOGI DI PULAU ALOR

Main Article Content

I Nyoman Rema
Hedwi Prihatmoko

Abstract

Alor is one of the outer islands in Indonesia bordered with Democratic Republic of Timor Leste which has numerous significant cultural heritages from the past, from megalithic tradition to the development of major religions in Indonesia. This article is written to share about archaeological potentials in Alor island which can be developed to strengthen national identity, patriotism, and improve the prosperity of Alor community. The data of this research was collected through literature reviews. The completed data was then managed using descriptive-qualitative method by defining the archaeological remains, the function, and the meaning based on the result of the research, then to sum it up, a conclusion. Some archaeological potentials in this island are misba, traditional houses, moko, bulding structures, old Quran, burial urns, and mystical-growing pots. Those archaeological potentials prove that Alor community still upholds their high cultural values and also become a communication media that establishes a harmony with God, humans, and environment.


Alor merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste dan memiliki berbagai tinggalan budaya penting dari masa lampau, berupa tradisi megalitik hingga berkembangnya agama-agama besar di Nusantara. Tulisan ini bertujuan mengetahui potensi arkeologi di Pulau Alor, yang kemudian perlu dikembangkan untuk memperkuat karakter dan jati diri, cinta tanah air, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Alor. Data penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka. Setelah data terkumpul, pengolahan dilakukan secara descriptif-kualitatif dengan mendeskripsikan tinggalan arkeologi, fungsi dan maknanya berdasarkan hasil penelitian yang kemudian diakhiri dengan penyimpulan. Potensi tinggalan arkeologi di pulau ini berupa misba, rumah adat, moko, struktur bangunan, Al Quran kuno, kubur tempayan, kubur ceruk, dan periuk tumbuh. Berbagai potensi arkeologi tersebut membuktikan tingginya nilai peradaban masyarakat Alor, sekaligus sebagai media komunikasi dalam membangun hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama, dan lingkungannya.

Article Details

How to Cite
Rema, I. N., & Prihatmoko, H. (2023). POTENSI ARKEOLOGI DI PULAU ALOR. KALPATARU, 25(2), 103–116. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/kalpataru/article/view/2644
Section
Articles

References

Ardhana, I Ketut. 2005. Penataan Nusa Tenggara pada Masa Kolonial (19151950). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ardika, I Wayan. 2012. “Budaya Logam di Indonesia.” Indonesia dalam arus Sejarah: Prasejarah, edited by Taufik Abdullah dan A.B. Lapian, 301–4. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.

Barnes, R.H. 1982. “The Majapahit Dependency Galiyao.” Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde. http:// www.jstor.org/stable/27863462.

Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaya. Jakarta: PT GRamedia Pustaka Utama.

Bintarti, D.D. 2001. “Nekara Tipe Pejeng: Kajian Banding dengan Nekara Tipe Heger I.” Universitas Gadjah Mada.

Bosch, F.D.K. 1952. “Local Genius En OudJavaanse Kunst.” Amsterdam: NoordHollandsche Uitgevers Maatschappij.

Dietrich, Stefan. 1984. ““A Note on Galiyao and The Early History of The Solor-Alor Islands.” Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. http://www.jstor.org/ stable/27863586.

Gede, I Dewa Kompiang. 1995. “‘Fungsi Moko dalam Kehidupan Masyarakat Alor.’” Forum Arkeologi, no. II: 72–83.

----------. 2013. “Misba dalam Masyarakat Alor: Kajian Bentuk dan Fungsi.” Forum Arkeologi 26 (3): 181–194.

Gede, I Dewa Kompiang dan Ati Rati Hidayah. 2012. “Survei Budaya Megalitik Kebudayaan Alor, Nusa Tenggara Timur.” Denpasar.

Geria, I Made. 2014. “Kearifan Ekologis Kampung Megalitik Rindi Praiyawang, Sumba Timur.” Forum Arkeologi 27 (2). 89–98.

Gomang, Syarifuddin R. 1993. “The People of Alor and Their Alliances in Eastern Indonesia: A Study in Political Sociology.” University of Wollongong.

Handini, Retno, Truman Simanjuntak, Yani Yuniawati Umar, dan I Dewa Kompiang Gede. 2012. “‘Penelitian Moko Di Alor, Nusa Tenggara Timur, Dalam Lintas Historis.’” Jakarta.

Hidayah, Ati Rati dan Gendro Keling. 2012. “Tradisi Megalitik di Kabupaten Alor (Misba dan Rumah Adat).”Berita Penelitian Arkeologi” No. : 1-33 Denpasar.

----------. 2014. “Ekskavasi Budaya Megalitik Di Situs Aimoli, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.”Laporan Penelitian Arkeologi Balai Arkeologi Denpasar” Denpasar.

Jatmiko. 2014. “Retrospeksi Penelitian Budaya Paleolitik di Nusa Tenggara Timur Dan Prospeknya di Masa Depan.” Forum Arkeologi 27 (3). Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar: 175–86.

Juliawati, Ni Putu Eka. 2013. “Moko Sebagai Mas Kawin (Belis) Pada Perkawinan Adat Masyarakat Alor.” Forum Arkeologi 26 (3). Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar: 195–206.

Juliawati, Ni Putu Eka dan Ati Rati Hidayah. 2013. “Penelitian Hunian dan Budaya Masa Prasejarah di NTT: Survei dan Ekskavasi di Kecamatan Abal, Alor, NTT.” Denpasar.

Kempers, A.J. Bernet. 1988. “The Kettledrums of Southeast Asia: A Bronze Age World and Its Afermath.” In Modern Quaternary Research Southeast Asia, dalam Bart. Rotterdam: A.A. Balkema.

Kusumawati, Ayu. 2010. “Sumba Pusat Tradisi Megalitik Berlanjut di Indonesia Timur.” Forum Arkeologi no. I. Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar: 192–213.

Laufa, Semuel. 2009. “Moko Alor: Bentuk, Ragam Hias, dan Nilai Berdasarkan Urutan. Alor.” Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Alor.

Lipe, William D. 1984. Value and Meaning in Cultural Resources.” Dalam Approaches to The Archaeological Heritage. Edited by Henry Cleere. Cambridge: Cambridge University Press.

Pigeaud, Theodore G. Th. 1962. “Java in The 14Th Century: A Study in Cultural History” Volume IV. The Hague: Martinus Nijhoff.

Prihatmoko, Hedwi dan I Nyoman Rema. 2016. “Ekskavasi dan Survei Situs Aimoli, Desa Aimoli, Kecamatan Abal, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.” Denpasar.

Ririmasse, Marlon. 2015. “Biografi Budaya Bendawi: Diaspora Nekara Perunggu di Kepulauan Maluku.” Berkala Arkeologi 35 (2): 95–116.

Rodemeier, Susanne. 1995. “Local Tradition on Alor and Pantar: An Attempt at Localizing Galiyao.” Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde. http:// www.jstor.org/stable/ 27864680.

Roelofsz, M.A.P. Meilink. 2016. Persaingan Eropa dan Asia di Nusantara: Sejarah Perniagaan 1500-1630. Depok: Komunitas Bambu.

Simanjuntak, Truman, Retno Handini, dan Dwi Yani Umar. 2012. “Nekara, Moko dan Jati Diri Alor.” Kalpataru Majalah Arkeologi 21 no. 2. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata : 65–80.

Soejono, R.P. 1993a. “Jaman Prasejarah di Indonesia.” In Sejarah Nasional Indonesia, edited by Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. akarta: Balai Pustaka.

----------. 1993b. Sejarah Nasional Indonesia. Book. Edited by Marwati D Pesponegoro and Nugroho Notosusanto. 4thed. Vol. I. Jaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Soekmono, R. 2005. Candi, Fungsi, dan Pengertiannya. Jakarta: Jendela Pustaka.

Suantika, I Wayan. 1990. “Peninggalan SiwaBuddha di Goa Gajah (Bali) dan Wadu Pa’a (Bima).” Forum Arkeologi II (2). Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar: 41–49.

Potensi Arkeologi di Pulau Alor, Nyoman Rema dan Hedwi Prihatmoko

----------. 2014. “Temuan Struktur Di Situs Aimoli Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.” Forum Arkeologi 27 (2). Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar: 109–20.

Suhadi, Machi. 2012. “Prasasti Temuan Baru Pada Akhir Abad XX M.” In Aksara dan Makna: Membaca Dan Mengungkap Kearifan Masa Lalu, edited by dan Karsono H. Saputra Suhadi, Machi;, Martin Muntadhim, 15–28. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

van Fraassen, Ch. F. 1976. “Drie Plaatsnamen Uit Oost-Indonesië in De NagaraKertagama: Galiyao, Muar En Wwanin En De Vroege Handels-Geschiedenis van De Ambonse Eilanden.” Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde. http://www.jstor.org/ stable/27863057.

http://www.alorkab.go.id/ https://www.google.co.id/