PUSAKA BUDAYA KAWASAN PESISIR: TINJAUAN ARKEOLOGIS ATAS POTENSI DI KEPULAUAN MALUKU

Main Article Content

Marlon Ririmasse

Abstract

The coastal area has long been the major domain in the review of the world cultural history. The distinctive geographical character has made this region a starting point for the process of contact and interaction between cultures. As the world’s largest archipelago, Indonesia is one of the countries with the longest coast lines; a situation that reflects the colossal potential of the coastal region, not only politically and economically, but culturally as well. As one of the largest archipelagoes in Indonesia, the Moluccas also has the same potency. This paper tries to identify potential cultural heritage of coastal areas in the Maluku Archipelago from the archeological perspective and creates the discussion sphere to develop the management approach. Reconnaissance survey and literature study have been chosen as the approach in this research. This study found that the Maluku region has a great potency of cultural heritage of coastal areas that need to be managed with a sustainable development approach.


Kawasan pesisir sejak lama telah menjadi salah satu tema utama dalam tinjauan sejarah budaya dunia. Karakter geografisnya yang khas, membuat wilayah ini menjadi titik mula bagi proses kontak dan interaksi antar budaya. Hadir sebagai kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menjadi salah satu negara dengan garis pantai terpanjang. Suatu keadaan yang mencerminkan potensi kolosal kawasan pesisir di negeri ini. Termasuk potensi secara kultural. Sebagai salah satu kepulauan terluas di Indonesia, Maluku juga kaya dengan pusaka budaya kawasan pesisir. Makalah ini merupakan langkah awal untuk menemukan dan mengenali potensi pusaka budaya kawasan pesisir yang ada di Kepulauan Maluku dari sudut pandang studi arkeologi serta membuka ruang diskusi bagi arah pengelolaannya. Survei penjajakan dan studi pustaka dipilih sebagai pendekatan dalam kajian. Hasil penelitian menemukan bahwa wilayah Maluku memiliki potensi besar pusaka budaya kawasan pesisir yang perlu dikelola dengan pendekatan pengembangan berkelanjutan.

Article Details

How to Cite
Ririmasse, M. (2023). PUSAKA BUDAYA KAWASAN PESISIR: TINJAUAN ARKEOLOGIS ATAS POTENSI DI KEPULAUAN MALUKU. KALPATARU, 24(2), 73–88. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/kalpataru/article/view/2630
Section
Articles

References

Abdurahman, Paramitha R. 2008. “In Search of Spices: Portuguese Settlements on Indonesian Shores”. Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-Jejak Kebudayaan Portugis di Indonesia. Jakarta: Buku Obor.

Ballard, C. 1988. “Dudumahan: A Rock Art Site on Kai Kecil, Southeast Mollucas”. Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association Vol. 8. Canberra: Australia National University, hlm.139-161.

Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Bengen, Dietrich G. 2001. Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut. Bogor: Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.

----------. 2002. Menuju Pembangunan Pesisir dan Laut Berkelanjutan: Bunga Rampai Pemikiran. Bogor: Pusat Pengembangan Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor.

Ford, Ben. 2001. “Coastal Archaeology”. The Oxford Handbook of Maritime Archaeology. Oxford: Oxford University Press.

Kay, R. dan J. Alder. 1999. Coastal Planning and Management. London: E & FN Spon.

Kusumastanto, T. 2002. “Reposisi Ocean Policy dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia di Era Otonomi Daerah”. Orasi Ilmiah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, 21 September 2002.

Lape, P.V. 2000a. Contact and Conflict in the Banda Islands Eastern Indonesia 11th to 17th Centuries. Unpublished PhD Thesis. Rhode Island: Brown University.

----------. 2000b. “Political Dynamics and Religious Change in the Late Pre-Colonial Banda Islands Eastern Indonesia”. World Archaeology 32 Vol.1. London: Routledge, hlm. 138-155.

----------. 2006. “Chronology of Fortified Sites in East Timor”. Journal of Island and Coastal Archaeology Vol. 1, hlm. 285-297.

Mahirta. 2005. “The Prehistory of Austronesian Dispersal to the Southern Islands of Eastern Indonesia”. Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Achipelago. Jakarta: LIPI Press.

Ririmasse, M. 2008. “Visualisasi Tema Perahu dalam Rekayasa Situs Arkeologi di Maluku”, dalam Naditira Widya Vol. 2 No.1. Banjarmasin: Balai Arkeologi Banjarmasin, hlm. 142-157.

----------. 2013. “Materialisasi Identitas: Monumen-Monumen Perahu Batu di Kepulauan Tanimbar”, dalam Amerta Vol. 31 No. 1. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Simanjuntak, Harry Truman. 2010. “Penutur dan Budaya Austronesia”. Dalam Arkeologi Indonesia dalam Lintasan Zaman. Jakarta: Pusat Arkeologi Nasional.

Soejono, R.P. dkk. 2008. Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia (Edisi Pemutakhiran). Jakarta: Balai Pustaka.

Tanudirdjo, D. 2005. “The Dispersal of Austronesian-Speaking People and the Ethnogenesis of Indonesian People”. Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Achipelago. Jakarta: LIPI Press.

Wibisono, Sonny. 2010. “Evaluasi Penelitian Kajian Pengaruh Islam di Nusantara”. Dalam Arkeologi Indonesia dalam Lintasan Zaman. Jakarta: Pusat Arkeologi Nasional.