TINGGALAN MEGALITIK DI KAWASAN PASEMAH SUMATERA SELATAN: KAJIAN ARKEOLOGI PUBLIK

Main Article Content

Rr. Triwurjani

Abstract

In this globalization era, the management of cultural heritage has improved significantly. The general public is now considered capable and has the right to manage their cultural heritage. The problem is how to make archaeology needed by the public and becomes part of their daily lives. Previous researches show that almost all megalithic remains in Pasemah, particularly the statues, are broken, and many stone burials and dolmens are transformed into washing boards or building foundations. This research aims to seek a suitable model for public-based management of cultural heritage in Pasemah. The method used in this research is descriptive-explanatory which is used to explain the phenomenon of archaeological remains and their surroundings. There is also interviews with individuals or communities related with the cultural heritage management. The research reveals that the community now is more aware about the issue and expecting for more courses or discussion forums about cultural heritage in their regions. In addition to preservation of the cultural heritage in Pasemah area, this research also encourages people to be proud of their culture as part of the national identity.


Pada era globalisasi saat ini pengelolaan warisan budaya mengalami perkembangan sangat signifikan, yang semula bertujuan untuk kepentingan negara/pemerintahan sekarang menjadi pengelolaan untuk masyarakat luas. Masyarakat diangggap mampu dan berhak mengelola warisan budaya. Permasalahannya adalah bagaimana arkeologi bisa dibutuhkan oleh masyarakat dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa hampir semua tinggalan megalitik di Kawasan Pasemah, Sumatera Selatan, memperlihatkan kondisi yang tidak utuh, seperti arca-arca dan kubur batu (dolmen) yang hilang atau beralih fungsi menjadi papan cuci dan pondasi rumah. Tujuan penelitian adalah mengetahui model pengelolaan tinggalan budaya berbasis masyarakat, khususnya pada masyarakat di kawasan Pasemah. Metode yang digunakan bersifat deskriptif eksplanatif, yaitu menjelaskan fenomena tinggalan arkeologis dan lingkungannya dan melakukan wawancara secara mendalam melalui diskusi terfokus dengan pihak terkait yang dianggap berkepentingan terhadap pengelolaaan tinggalan budaya tersebut. Hasilnya adalah sebuah pemahaman tentang keterlibatan masyarakat dan menjadikan arkeologi sebagai bagian dari kehidupan yang profan di mana masyarakat meminta diadakan pelatihan ataupun ceramah arkeologi tentang tinggalan di daerahnya. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk melestarikan warisan budaya di kawasan Pasemah dan memicu rasa kebanggaan terhadap budaya sendiri sebagai identitas bangsa.

Article Details

How to Cite
Rr. Triwurjani. (2023). TINGGALAN MEGALITIK DI KAWASAN PASEMAH SUMATERA SELATAN: KAJIAN ARKEOLOGI PUBLIK. KALPATARU, 27(1), 61–72. Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/kalpataru/article/view/2671
Section
Articles

References

Anonim. 2010. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

---------. 2017. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2017.

Geldern, R von. 1945. “Prehistoric Research in the Netherlands Indies.” Science and Scientists in the Netherlands Indies, New York. New York.: Cambridge, Massachusets.The Riverside Press. the Hoskins, Janet., 129–67.

Koentjaraningrat. 1993. Asas-Asas Ritus, Upacara Dan Religi”. Dalam Ritus Peralihan Di Indonesia,. Jakarta: P.N. Balai Pustaka.

Manzilawati, Asfi. 2017. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode, dan Aplikasi. Malang: Universitas Brawijaya Press.

McGimsey. 1972. Public Archaeology. New York: Seminar Press.

Ramelan, W. Djuwita Sudjana, Supratikno Rahardjo, Karina Arifin, Myrna Laksman Huntley, Ingried H.E. Pojoh, dan Agi Ginanjar. 2015. “Model Pemanfaatan Kawasan Cagar Budaya Trowulan Berbasis Masyarakat.” Amerta 33: 63– 76.

Samsuni. 2018. “Cerita Rakyat Nusantara: Sipahit Lidah.” Diunduh 20 Februari 2018. 2018.

Sulistyanto, Bambang. 2006. “Resolusi Konflik Pemanfaatan Sumber Daya Arkeologi di Indonesia: Suatu Kerangka Konseptual.” AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi 24 Nomor 1. https://doi.org/DOI: 10.24832/amt. v27i1.434.

---------. 2009. “Penerapan Cultural Resource Management dalam Arkeologi.” AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi 27. No. 1: 28–41.

---------. 2014. “‘Konflik Horisontal Warisan Budaya, Megalitik Situs Gunung Padang’.” AMERTA, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi Vol. 32.No: 63–76. https://doi.org/DOI: 10.24832/amt.v32i1.384.

Tanudirdjo, D A. 2000. “Reposisi Arkeologi dalam Era Globalisasi.” Bulletin Cagar Budaya 1 No.2: 11–26.

Tanudirjo, Daud A, Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu, Budaya Universitas, Gadjah Mada, Yogyakarta I Kilas, Balik Pengelolaan, Warisan Budaya, and Di Indonesia. 2003. “Warisan Budaya untuk Semua: Arah Kebijakan Pengelola Warisan Budaya Indonesia di Masa Mendatang.” Dalam Kongres Kebudayaan V. file:///C:/Users/ASUS PC/Desktop/Pelestarian 1.pdf.

Triwurjani, Rr., Fadhila Arifin Aziz, Nasruddin, Eka Asih P. Taim, Tohari, Joko Dermawan, Eni Mulyantari, Dayat Hidayat, Kristantina Indriastutu, Untung, Ismiyati. 2014. “Laporan Penelitian Arkeologi Publik Pasemah: Potensi Keanekaragaman dan Persepsi Masyarakat mengenai Cagar Budaya di Kab. Lahat, Pemkot Pagar Alam dan Kab. Empat Lawang, Provinsi Sumatera Selatan.” Jakarta.

Triwurjani, Rr., Nasruddin, Chaksana, A.H. Said, Aryandini Novita, Kristantina Indriyastuti, Armadi, Hidayat. 2013. “Laporan Penelitian Arkeologi Publik di Kawasan Megalitik Pasemah, Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan.” Jakarta.

Triwurjani, Rr. 2006. “Lansekap Kompleks Situs Megalitik di Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.” Dalam Widyasancaya, edited by Agus Aris Munandar, 1:18–38. Bandung: Ikatan Ahli Arkeologi KOMDA Jawa Barat- Banten.

---------. 2015a. “Arca-Arca Megalitik Pasemah, Sumatera Selatan: Kajian Semiotik”. Universitas Indonesia.

---------. 2015b. “Arca Perempuan dan Arca Laki-Laki pada Kelompok Arca Megalitik Pasemah: Sumatera Selatan: Perspekstif Gender.” Forum Arkeologi 28 NO. 1 A: 35–46.

Most read articles by the same author(s)