MENGEMBANGKAN KESENIAN TRADISIONAL BADUI AL-FATTAH, WEDOMARTANI, KABUPATEN SLEMAN, DIY: STUDI UNTUK KEBERLANJUTAN SENI TRADISIONAL
Main Article Content
Abstract
Since the beginning of 21st century, Bedouin traditional art has declined due to the influence of modern times. It has even shifted to become a tourist attraction. For this reason, efforts are needed to improve human resources for the sustainability of the traditional arts. By using inductive reasoning, this research was conducted to improve the traditional art to be part of Indonesian cultural identity. Direct observations and interviews were made on the traditional Bedouin art group Al Fattah in Wedomartani, Yogyakarta. The outcome of this study is a recommendation for Bedouin art of Al-Fattah to have better management of the accompaniment and sound system, as well as the arrangement of motion gestures so that the art can be more captivating as well as delivering the message to the audience.
Sejak awal abad 21 ini, kesenian tradisional semakin menurun kondisinya. Kesenian modern, baik nasional dan internasional, yang sangat mudah dijangkau mempengaruhi minat masyarakat mengembangkan kesenian tradisional. Selain itu, kehidupan pesantren sudah agak luntur karena kebanyakan masyarakat mulai memilih sekolah yang dikelola pemerintah. Pengembangan kesenian tradisional mulai melorot pamornya. Untuk itu, dilakukan usaha menariknya dengan menjadi salah satu objek wisata pertunjukan. Selain itu, juga diperlukan usaha memperbaiki pengelolaan guna keberlanjutan kesenian tradisional. Dengan menggunakan penalaran induktif, penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki kesenian tradisional yang akan menjadi wujud identitas budaya Indonesia. Observasi langsung dilakukan terhadap kelompok kesenian tradisional badui Al-Fattah di Wedomartani, DIY. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil kajian, disarankan agar kesenian badui Al-Fattah ini melakukan penataan dalam pengelolaan pengiring dan sound system, serta penataan gerak agar kesenian ini lebih menarik dan pesan kesenian ini dapat tersampaikan kepada pengunjung.
Article Details
This work is licensed under CC BY-NC-SA 4.0
Authors whose articles are getting published must agree with the following rules:
- Publication rights for all contents published in Kalpataru Journal (printed and online versions) belong to The Board of Directors with acknowledgment of the authors (morale right still belongs to the author)
- Legal formal regulation for digital access to electronic journal follows the rule of Creative Commons license Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA), which means Kalpataru Journal is a non-commercial publication, holds the right to keep, format, and manage the articles into the database, maintain, and publish articles
- Published articles both in printed and online versions are accessible for all purposes of education, research, and library archives. The board of directors is not responsible for any violations of the copyrights outside those purposes.
References
Ahimsa-Putra, H. S. (2011). Seni Tradisi: Masalah dan Upaya Pengembangannya. Ranah Majalah Mahasiswa Antropologi UGM, I(I), 7–16.
Ahimsa-Putra, H. S. (2005). Budaya Lokal dan Islam di Indonesia. Dalam A. Triratnawati & M. Amini (Ed.), Ekspresi Islam dalam Simbol-Simbol Budaya di Indonesia (hlm. 42–75). Lembaga Kebudayaan Pimpinan Pusat ’Aisyiyah bekerjasama dengan Adicita Karya.
Bendix, R. (2008). Heritage Between Economy and Politics: An Assessment from the Perspective of Cultural Anthropology. Dalam Intangible Heritage. Routledge.
Chandra, M. (2011). Dunia Mistis dan Dunia Isu Seni Tradisi. Ranah Majalah Mahasiswa Antropologi UGM, I(I), 56–61.
Darvill, T. (1995). Value Systems in Archaeology. Dalam Managing Archaeology. Routledge
Grave, J.-M. de. (2000). Transmisi Pengetahuan dan Nilai Budaya Masyarakat Indonesia Ditinjau dari Ajaran Kanuragan Jawa. Ranah Majalah Mahasiswa Antropologi UGM, XXIV(61), 71–83.
Hasyim, M. W. (2005). Mentransformasi Ekspresi Islam dalam Budaya Lokal. Dalam A. Triratnawati & M. Amini (Ed.), Ekspresi Islam dalam Simbol-Simbol Budaya di Indonesia (hlm. 42–75). Lembaga Kebudayaan Pimpinan Pusat ’Aisyiyah bekerjasama dengan Adicita Karya.
Holt, C. (2000). Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia (Terjemahan). Art Line.
Hughes-Freeland, F. (2007). Consciousness in performance: A Javanese theory. Social Anthropology, 5(1), 55–68. https://doi.org/10.1111/j.1469-8676.1997.tb00340.x
Kearney, A. (2008). Intangible Cultural Heritage: Global Awareness and Local Interest. Dalam Intangible Heritage. Routledge.
Khairinnisa. (2011). Menjadi Penonton yang Benar-Benar Penonton. Ranah Majalah Mahasiswa Antropologi UGM, I(I), 33–37.
Kreps, C. (2009). Indigenous Curation, Museums, and Intangible Cultual Heritage. Dalam L. Smith & N. Akagawa (Ed.), Intangible Heritage (hlm. 195–208). Routledge.
Laksono, P. M. (2009). Spektrum Budaya (Kita). Kepel Press.
Marrie, H. (2009). The UNESCO Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage and the Protection and Maintenance of the Intangible Cultural Heritage of Indigenous People. Dalam L. Smith & N. Akagawa (Ed.), Intangible Heritage (hlm. 169–194). Routledge.
Mire, S. (2007). Preserving Knowledge, not Objects: A Somali Perspective for Heritage Management and Archaeological Research. African Archaeological Review, 24(3–4), 49–71. https://doi.org/10.1007/s10437-007-9016-7
Munawar, A. (2008). Kesenian Badui Al-Huda di Dusun Tajem Maguwoharjo Sleman 1960-2008 [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret.
Notosusanto, N. (Ed.). (1977). Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Balai Pustaka.
Risk, P. (1994). People-based Interpretation. Dalam R. Harrison (Ed.), Manual of Heritage Management (hlm. 320–336).
Santosa, R. B., & Mustofa, W. H. (Ed.). (2006). Panggung di Antara Ritus, Budaya, dan Komersialisasi. Dalam Menjadi Jogja: Memahami Jati Diri dan Transformasi Yogyakarta (hlm. 171–197). Dewan Kebudayaan Kota Yogyakartadan Pusat Studi Kebudayaan UGM.
Sukriyanto. (2005). Dakwah Kultural: Kasus Jawa. Dalam A. Triratnawati & M. Amini (Ed.), Ekspresi Islam dalam Simbol-Simbol Budaya di Indonesia (hlm. 149-168). Lembaga Kebudayaan Pimpinan Pusat ’Aisyiyah bekerjasama dengan Adicita Karya.
Tjandrasasmita, U. (1976). Masuknya Islam ke Indonesia dan Pertumbuhan Kota-Kota Pesisir Bercorak Islam. Bulletin Yaperna, II(III).
Tjandrasasmita, U. (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Gramedia.
Sumber dari Website:
Margiyanto, Suharto Sal, 1977. Kita punya badui yang lain , Tempo, 12 November 1977
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1977/11/12/TAR/mbm.19771112.TAR75944.id.html#
http://santrimogol.blogspot.com/2010/06/seni-shalawat-badui-laras-mudo-kubro_01.html
http://www.antaranews.com/berita/1273053106/tari-badui-sleman-bakal-tampil-di-sidang-oki